[22] PERGI

4.9K 277 68
                                    

Malam itu suasana hangat menyelimuti tubuh Ali setelah selesai mandi. Ayahnya, Fauzan tidak menyalakan AC sehingga ruangan dalam suhu normal.

Sembari memakai sepatu, ia berkata dalam bahasa Arab,

"أبي، أريد أن أخرج أولاً هناك القليل من الأعمال"

(Ayah, aku mau keluar dulu ada urusan sedikit)

"نعم، لا تأتي المنزل طويلا جدا بالفعل الليلة"

(Iya, jangan pulang terlalu lama,ini sudah malam)

Entah apa yang membawanya ingin menemui wanita yang ia temui siang tadi. Ragu memang, tapi rindu telah menguasai hatinya lebih dulu hingga ia tidak bisa berkutik.

Ia berhenti di depan rumah asri dengan pancuran air kecil sebagai penghias di taman itu. Suasana rumah tampak sepi.

Awalnya ia sedikit ragu karena rumah yang ia pijak sekarang bersebelahan dengan rumah orang yang dijodohkan dengannya, Diana. Bagaimana jika tiba-tiba orang tua Diana keluar dan melihatnya ada di rumah Kira?

Hanya saja pertanyaan yang menguasai pikirannya tak kunjung ia hiraukan. Ia memberanikan diri memencet bel.

Ting nung!

Ia sempat berbalik dan bergegas pergi, terlanjur. Kira lebih dulu membuka pintu dan menghentikan langkahnya.

"Kamu..." Kata Kira tidak percaya.

"Eh... Ehm.. Iya assalamu'alaikum.. Selamat malam." Ali menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Apa alasan yang harus kukatakan atas keberadaanku di sini? Batinnya.

"Wa'alaikumussalam. Kamu... Ngapain di sini?"

Kan... Dia benaran nanya...

Aku harus jawab apa?

Kebetulan lewat? Gak mungkin, komplek ini kan gak di samping jalan raya.

Dekat saudara? Nah. Bisa tuh. Waktu aku bertemu dia pertama kali, aku kan bilang kalau rumahnya dan rumah saudaraku searah. Tapi, saudara dari mana...

Apa iya aku harus bohong?

Ya Allah... Maafin Ali...

"Hello???" Kira menjentikkan jarinya karena melihat Ali melamun.

"Eh? Iya. Habis dari rumah saudara. Kamu masih ingat kan waktu saya nganterin kamu, saya bilang rumah kamu dan rumah saudara saya searah? Jadi sekalian saja saya mampir, yaaa untuk melihat kondisi kamu apakah sudah baik-baik saja atau tambah parah..." Ali melihat Kira dari atas hingga ke bawah.

"...Dan kelihatannya sudah baikan, ya? Kalau begitu saya pamit dulu. Daa..."

"Siapa tamunya???" Teriak Rani yang berjalan mendekat ke arah pintu. Ia melihat laki-laki dewasa berjalan pulang.

"Tunggu!" Teriakan itu menghentikan langkah kaki Ali.

"Assalamu'alaikum... Selamat malam, Tante.. Saya Ali. Teman Kira."

Teman dari mana??? Batin Kira heran.

"Oh, begitu. Kok langsung pulang? Masuk dulu. Kebetulan kami sedang makan, ayo bergabung." Ajaknya.

"Ma..." Sahut Kira dengan nada memelas.

Ali paham akan hal itu, ia mencoba menolak. "Tidak usah Tante, saya bisa makan di rumah nanti."

Rani mengabaikan alasannya dengan gaya merayu, "Eh... Gak baik nolak rezeki. Ayo masuk."

"Pa, ini Ali, temannya Kira. Tidak apa ya kalau dia kita ajak gabung?" Kata Rani.

Lelaki Pilihan (Season 1 & 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang