Prolog

1.2K 166 146
                                    

Embusan angin malam menerpa wajah Anggi dan mengibaskan rambut pendeknya yang sebahu. Wanita yang baru berusia dua puluh tujuh tahun.

Tangan kanannya menyeret sebuah koper berwarna hitam. Sedangkan tangan kirinya menggandeng Nara, seorang gadis kecil yang baru berusia sekitar lima tahun.

Sudah sejam lamanya mereka berjalan tanpa arah. Mengikuti langkah kaki yang entah ke mana.

"Ibu, aku lelah. Bisakah kita berhenti sebentar?"

Nara melepaskan gandengan tangan ibunya lantas mengambil posisi jongkok karena kakinya yang mulai kelelahan.

Anggi memandang ke asal suara. Menunduk ke bawah dan dilihat wajah anak gadisnya yang tengah memelas.

Sepasang mata Anggi beralih pada sebuah halte bus, tak jauh dari tempat mereka berdiri. Nara yang ada di sampingnya, mengikuti arah pandang sang Ibu. Begitu melihat apa yang dilihat ibunya, gadis itu segera bangkit. Rona wajah Nara seketika bahagia, seolah setumpuk kelelahan segera sirna begitu meletakkan tubuh di sana.

Wanita itu melangkahkan kaki seperti sebelumnya. Menyeret pelan sebelah kakinya yang terluka. Sementara itu si gadis kecil berlari secepat yang ia bisa, tak sabar untuk segera merebahkan diri di kursi halte.

Jalanan tampak lengang. Hanya beberapa kendaraan yang melintasi jalanan dua arah itu. Sebab malam semakin larut.

Ya.

Malam semakin larut, dan seorang wanita bersama gadis kecilnya baru saja mengawali perjalanan baru mereka.

🌟🌟🌟

Cerita ini hanyalah fiktif. Tidak terkait dengan profesi atau organisasi tertentu. Kesamaan nama, tempat, cerita dan sebagainya adalah diluar unsur kesengajaan.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Where stories live. Discover now