TTLS 11

306 70 96
                                    

Sedan silver Ray baru saja memasuki halaman. Beberapa waktu lalu, Ray tak hanya mengajak Anggi dan Nara makan di sebuah restoran. Tapi juga mengajak jalan-jalan dan menghabiskan banyak waktu, menikmati hari. Hingga tak terasa senja sudah berganti malam.

Sepertinya Anggi dan Nara sangat menikmati momen kebersamaan mereka. Apalagi Nara, ia sangat bersemangat saat bermain mandi bola di zona permainan anak. Dan sekarang gadis kecil itu tertidur pulas membawa semua keletihan ke alam mimpi.

"Apa perlu aku bantu?" Ray melihat Anggi tengah berusaha menggendong Nara.

"Nggak usah, nggak pa-pa."

Ray mengangguk pelan, memilih melangkahkan kaki lebih dahulu. Memasuki rumah dan berniat membersihkan diri.

Sama halnya dengan Ray, Anggi segera membersihkan diri setelah meletakkan Nara di tempat tidur. Meluruhkan semua penat di tubuhnya dengan guyuran air hangat.

Anggi yang baru saja selesai dengan aktifitasnya, berjalan keluar kamar. Melangkah pelan mendekati pria yang kini tengah duduk santai di sofa. Televisi di ruangan itu menyala, tapi Ray justru sibuk bermain dengan ponsel.

"Boleh aku ngomong bentar?"

Ray mendongakkan kepala, seketika ia meletakkan ponsel di meja. "Boleh, duduk aja."

Anggi mendaratkan pantat di sisi lain sofa.

"Aku nggak tau mau bilang gimana. Tapi sebelumnya aku mau ucapin terima kasih, karena kamu udah bantu aku dan Nara. Sediain tempat tidur, makan, bahkan manggil dokter buat rawat lukaku," ujar Anggi yang tanpa sadar menyentuh luka di pelipisnya yang akan sembuh paling tidak dua hari lagi.

Ray hanya manggut-manggut. Mendengarkan dengan saksama setiap ucapan Anggi.

"Besok, aku bakal cari tempat tinggal. Kalau waktunya tiba, aku pasti bales semua kebaikan kamu," lanjut Anggi.

Satu senyuman terukir di bibir Ray. Ia mengembuskan napas dalam. "Aku harap kamu dapet tempat tinggal sesuai dengan yang kamu mau. Kalo nggak dapet pun, rumah ini selalu terbuka lebar buat kalian. Lagipula aku tinggal di sini cuma sendiri. Beberapa orang kusewa buat bantu bersih-bersih. Itu pun cuma seminggu sekali. Yah, kalo kamu nggak keberatan, kamu bisa bales budi dengan bantu aku ngrawat rumah ini. Atau mungkin masak makanan buatku," terang Ray panjang lebar.

"Apa ... bisa kayak gitu?"

Ray mengangguk mantap masih dengan senyuman manis di bibir.

"Tapi, gimanapun aku bakal tetep cari tempat tinggal sendiri," ujar Anggi.

Ray terkekeh. "Iya, terserah kamu. Aku tadi cuma nawarin aja kok."

Anggi berpamitan menuju kamar. Ia lantas merebahkan diri di kasur, di samping Nara yang tertidur pulas.

Dalam benak, beruntung sekali ia bertemu dengan Ray. Jika saja saat itu ia menolak tumpangannya, entah saat ini kesulitan macam apa yang ia hadapi. Ray benar-benar pria yang baik.

Dan untuk sejenak, hal itu mengingatkannya pada Irwan. Bagaimana kira-kira keadaan pria itu sekarang?

Anggi turun dari tempat tidur dan berjalan menuju tas kecil di atas meja rias, berniat mengambil ponselnya.

Dari kemarin malam, sejak ia tiba hingga tadi pagi, ia sama sekali tak mengecek ponsel. Selain karena lupa, ia berpikir kalau tak akan ada yang menghubunginya. Paling-paling Dewi yang akan menyemprotnya dengan kata-kata kotor karena ia tak ijin libur pada nyonya bawel itu secara langsung.

Anggi seketika kecewa melihat ponsel yang ternyata mati. Kehabisan daya baterai, dan ia tak membawa charger. Sungguh, betapa bodoh dirinya.

Ia putuskan beranjak keluar kamar. Menemui Ray untuk meminjam charger.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Where stories live. Discover now