TTLS 6

390 90 185
                                    

Ferdi berjalan menuju ruang Divisi Narkoba dengan membawa satu kotak barang miliknya. Ini adalah hari pertama masuk tim itu, dan menjadi ketua tim.

Ia memasuki ruangan dan seketika para polisi di ruangan itu berdiri. Memberi hormat pada Ferdi, sang Ketua Tim baru.

Ferdi berjalan melewati para anggota dan berhenti tepat di depan sebuah meja yang tampak kosong. Tanpa ditanya, sudah pasti di situlah tempatnya.

Ia meletakkan kotak barangnya di meja dan menghela napas dalam sebelum mengucapkan kalimat pertama.

"Aku rasa aku nggak perlu memperkenalkan diri, kalian pasti sudah kenal aku, kan?" ucap Ferdi penuh percaya diri.

"Kalau tak ada hal yang mendesak, untuk hari ini aku akan pelajari dulu semua dokumen ini," lanjutnya menoleh pada berkas-berkas yang tertata rapi di rak, tepat di belakang ia berdiri.

"Kalian bisa lanjutkan pekerjaan kalian," tambahnya kemudian mengambil dua berkas kasus dua tahun terakhir.

Sementara itu semua anggotanya kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

Ada sekitar tujuh anggota di tim itu. Tiga diantaranya adalah anggota inti yang menjadi asisten Ferdi kelak yang akan banyak membantu.

Ferdi tampak serius melihat berkas-berkas kasus itu hingga ponselnya berbunyi. Notifikasi pesan masuk.

Dengan malas Ferdi melihat sekilas ke arah ponselnya. Kak Rani.

"Apaan lagi dia ini? Tumben banget," gumam Ferdi lantas membuka kunci ponselnya dengan sidik jari.

'Fer, kakak denger kamu pindah ke divisi narkoba ya?'

Ferdi dengan cepat membalas pesan itu.

'Tau darimana?'

'Adalah pokoknya. Beneran tuh?'

'Apa urusannya sama kakak?'

'Isshh, jawab yang bener napa?'

'Iya. Ini hari pertamaku.
Jangan ganggu aku lagi. Aku sibuk!'

Beberapa saat tak ada balasan. Hingga notifikasi kembali berbunyi.

'Semangat buat adek kakak!
Kalo nggak betah, lowongannya masih terbuka lebar buat kamu. 😘'

"Ck!" Ferdi melempar ponsel sekenanya di atas meja. Selain jijik dengan emoticon di akhir, ia juga kesal dengan apa yang dimaksud kakaknya. Masih saja ngotot ingin adiknya jadi mucikari.

Sesaat kemudian ia teringat sesuatu. Mengambil ponselnya kembali dan sibuk mengetik beberapa kata.

'Karena aku udah nggak di sana,
jangan sampe kakak ketangkep lagi.'

'Oke, sayang 😘 '

Sementara di seberang sana, seorang wanita tersenyum senang. Ia menelungkupkan tubuh di sofa dengan kaki diangkat ke atas, mengayun-ngayunkannya pelan. Tangannya sibuk menggeser-geser layar ponsel, membaca percakapan itu sembari tak henti-henti tersenyum.

"Gimana katanya?" Clara merebut ponsel dari genggaman Friska, sahabatnya. Melirik sekilas wanita itu lalu memusatkan perhatian pada layar ponsel.

"Apa-apaan coba emot ini??" Clara menghempaskan tubuh di sofa. Melihat percakapannya dengan Ferdi. Ralat. Percakapan Friska dengan Ferdi yang menggunakan ponselnya.

"Jadi beneran dia masuk divisi itu?"

Friska hanya mengangguk pelan lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju lemari es.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Where stories live. Discover now