TTLS 5

415 103 228
                                    

Anggi terlihat berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Menggigit ibu jari sambil sesekali melempar pandangan ke arah luar jendela. Tergambar jelas raut kecemasan di wajahnya.

Sudah dua hari suaminya tak pulang ke rumah. Sejak kejadian hari itu, kala ia mencekoki Nara dengan minuman keras. Esok paginya ia tak melihat sang suami masuk ke kamar atau tidur di sofa, dan itu berlanjut hingga tadi pagi.

Jika esok pagi suaminya itu tak pulang juga, ia berniat membuat laporan orang hilang ke kantor polisi. Atau haruskah ia mencarinya terlebih dahulu?

Malam semakin larut, Nara sudah tidur sejak tadi. Anggi ingin keluar untuk mencari suaminya, tapi bagaimana dengan Nara? Tak apakah jika ia meninggalkan gadis itu barang sebentar? Tapi, bisa jadi pencarian akan memakan waktu yang cukup lama.

Anggi membuka pintu rumah. Berjalan beberapa langkah. Ia menengok ke arah jalan utama komplek. Barangkali sosok yang dicarinya muncul.

"Eh, Bu Irwan? Sedang apa, Bu?" suara seorang pria membuat Anggi seketika berbalik. Seorang pria paruh baya tengah berdiri sekitar tiga langkah darinya. Di samping pria itu, seorang remaja laki-laki memandang datar ke arah Anggi. Dilihat dari bagaimana respon Anggi, sepertinya ia tak mengenal dua orang yang kini berdiri di hadapannya.

"Oh, itu ... emm-"

"Menunggu Pak Irwan?"

Anggi tak menjawab pertanyaan pria itu sampai beberapa saat berlalu. Hingga si remaja di sampingnya angkat bicara, "Aku kemarin lihat Pak Irwan masuk ke Sweet Rose."

"Apa?" ujar Anggi dan pria itu hampir bersamaan.

"Itu, Pa ... Kevin ga masuk kok, cuma liat dari luar kalo Pak Irwan masuk ke sana," jelas Kevin sedikit gugup. Seketika pandangan tajam pria itu pada putranya melunak.

"Beneran? Kamu nggak salah lihat?" tanya Anggi memastikan.

"Iya, Tante. Lagian siapa yang nggak ngenalin keluarga pertama yang tinggal di blok angker. Satu komplek juga pasti merhatiin keluarga Tante."

"Apa perlu kami bantu cek ke sana?" tanya ayah Kevin.

"Emm, nggak perlu, Pak. Makasih. Nanti juga suami saya pasti pulang," ujar Anggi yakin, meski hatinya sendiri meragukan.

"Oh, yaudah kalau begitu, kami permisi," pamit papa Kevin yang dijawab anggukan kepala oleh Anggi.

Remaja dan papanya itu berjalan cepat melewati beberapa rumah kosong yang terlihat menyeramkan. Tadinya kedua orang itu tidak ingin berjalan melewati blok ini. Melihat seorang wanita berdiri, membuat mereka penasaran. Jadi sekedar memastikan, apakah itu hantu atau manusia.

Kini tinggallah Anggi yang masih mematung di tempatnya. Selang beberapa saat ia memutuskan untuk masuk ke rumah.

Berjalan melewati ruang tamu dan berhenti di ruang keluarga. Duduk di sofa tempat biasa suaminya menghabiskan malam bersama lebih dari tujuh botol alkohol. Tempat itu tampak rapi karena sehari yang lalu sudah ia bersihkan.

Duduk sendiri di sofa itu seketika mengingatkannya pada beberapa potong kenangan di masa lalu.

Malam semakin larut, pesta barbeque sudah usai beberapa saat lalu. Irwan mengantar Hana ke kamarnya. Dan tinggallah Hendra menatap bintang yang mulai memenuhi langit, mengelilingi bulan yang membiaskan sinarnya di antara gelombang dan riak air laut.

"Masih belum tidur?" Anggi berjalan menghampiri sosok bertubuh tegap dan tinggi itu.

"Hmm ... " jawab Hendra singkat. Ia sama sekali tak mengalihkan pandangannya ke asal suara.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang