TTLS 27

154 29 20
                                    

Seseorang melepas tembakan di udara. Suaranya terdengar cukup keras hingga membuat Tari memutar tubuh menghadap Ray, membuat kontak mata barang sebentar. Polisi datang.

Tari berlari lebih dulu. Sementara itu Ray masih sibuk menyadarkan Anggi yang kini justru terduduk di tanah dengan pandangan kosong.

Tak ada pilihan lain.

Sebelum polisi itu melihat wajah dirinya, ia harus menyelamatkan diri.

Sembari menggendong Nara, Ray berlari sekuat tenaga menuju tepi jalan, tempat mobilnya diparkir.

"Mana Anggi?"

Tak ada jawaban. Hanya deru napas Ray yang terdengar memburu. Pria itu juga masih berusaha menenangkan detak jantungnya.

"Aku tanya, di mana Anggi?"

"Kamu nggak lihat?" Ray menatap Tari yang berada di sebelahnya. "Aku cuma bawa dia. Artinya Anggi ada di sana!" Jari telunjuk Ray mengarah pada gadis kecil yang duduk di kursi penumpang belakang.

Entah karena teriakan Ray atau sesuatu yang lain, Nara yang duduk sendiri, tiba-tiba menangis. Gadis kecil itu memanggil-manggil orangtuanya bergantian, sambil berusaha membuka pintu mobil.

"Apa?"

"Kenapa? Anggi sendiri yang mutusin buat ada di sana."

"Terus? Barangnya?"

"Apa maksudmu?" Keduanya saling bersitatap, dan sepertinya Ray baru menyadari sesuatu.

"Seharusnya kamu yang bawa. Kamu kan yang pergi duluan."

"Semoga Anggi cukup cerdas dengan mulutnya. Atau kita juga berakhir sama."

🌟🌟🌟

Dua polisi patroli tengah berada di tempat kejadian perkara. Sesaat yang lalu, mereka mendapat informasi dari masinis kereta api, kalau kereta mereka telah menabrak seseorang di atas rel.

"Mungkin dia penjual snack keliling yang bunuh diri," ujar salah seorang petugas muda yang baru saja bergabung beberapa minggu lalu dengan divisi patroli.

"Mana mungkin ini bunuh diri? Wajahnya memar. Kemungkinan dia tertabrak saat sibuk berkelahi dengan seseorang. Atau mungkin, lawannya memang sengaja membuat dia terbunuh di sini."

Polisi muda itu manggut-manggut.

"Hubungi divisi kriminal dan kejahatan berat."

"Baik, Pak!"

Sesaat kemudian, polisi muda itu bangkit berdiri dan bergegas melaksanakan perintah. Namun saat melangkah, tanpa disengaja kaki kanannya menginjak salah satu snack, menciptakan bunyi letupan ringan, hingga satu atau dua buah bungkusan kecil keluar darinya.

Atasan polisi muda itu memalingkan pandangan dari jasad korban kecelakaan. Ia kemudian bangkit berdiri ketika mengetahui bawahannya telah merusak barang bukti.

"Gimana bisa kamu nginjek ini?! Kita bahkan ga boleh nyentuh apa pun meski itu cuma daun!"

"Ma-maaf, Pak."

"Eisshh, ck!"

Pandangan polisi itu berubah aneh ketika melihat isi snack yang keluar dari bungkusnya. Ia lalu berjongkok, memeriksa lebih teliti. Bahkan ia juga sengaja membuka satu snack lain.

"Katanya ga boleh ngrusak barang bukti." Polisi muda itu berbisik, yang sudah pasti masih dapat didengar oleh atasannya.

Saat sang atasan membuka bungkus lain, polisi muda itu tampak terkejut. "Wo! Padahal bungkusnya beda, kok isinya sama?" Ia kemudian ikut berjongkok dengan posisi yang sama.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Where stories live. Discover now