TTLS 10

357 72 84
                                    

Senja mulai menampakkan kilau emas di langit. Ferdi beranjak dari kursi putar di balik meja. Meninggalkan kantor menuju rumahnya yang nyaman. Membayangkan air hangat meluruhkan setiap letih tubuh yang ia rasakan. Lalu dengan gerakan akhir, merebahkan diri di kasur.

Pria itu baru akan tancap gas ketika terlihat seorang wanita berjalan menghampiri. Kaus putih dengan garis hitam tegas membalut tubuh mungilnya. Ditambah celana jeans hitam yang membuat tampilan terlihat pas. Rambut yang dikuncir kuda tampak melambai-lambai ketika ia berjalan.

"Udah mau pulang?"

"Kamu ngapain di sini? Aku capek, mau pulang!" ujar Ferdi ketus.

"Aku udah buatin-"

Ferdi tancap gas melewati wanita itu. Sama sekali tak memberi kesempatan bicara. Mungkin mood-nya masih buruk sejak kegagalan misi tadi siang.

Jika saja si Diggo -anjing pelacak narkotika dari jenis Belgian Malinois- bisa diajak bergabung dengan tim, mungkin peluang misi jadi berhasil lebih terbuka lebar. Sayangnya, anjing itu tengah sakit dan masih ada dalam perawatan. Niat Ferdi ingin meminjam German Shepherd milik kepolisian pusat, tapi katanya anjing itu tengah di ajak jalan-jalan ke luar kota. Lebih tepatnya, menjalankan misi di sana.

Wanita tadi tampak menunduk, kecewa dengan kepergian Ferdi. Wajahnya terlipat dengan sepasang mata menghadap barisan beton yang ditata dengan sempurna.

"Kamu temen Ferdi?" tanya seorang pria dari arah belakang.

Wanita itu berbalik. "Oh?"

Seorang polisi tampan tengah berdiri sembari menyunggingkan senyuman manis. Jika saja hatinya tidak terpaut pada Ferdi, mungkin pria itu yang akan ia perjuangkan.

"Aku Arya. Wakil Kepala Polisi di sini," ucap Arya memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.

"Saya Friska. Seperti yang anda lihat, saya teman Ferdi," sahut Friska yang dengan cepat menjabat tangan pria di depannya.

"Nggak usah formal gitu. Biasa aja," kata Arya.

Friska hanya menggaruk tengkuk leher sembari mengangguk ragu, tersenyum kaku menampilkan deretan giginya.

"Pantesan dicuekin gitu aja," lanjut Arya terkekeh.

Friska mengerutkan kening. "Maksudnya?"

"Kalo kamu pacarnya, nggak mungkin kan kamu dicuekin apalagi ditinggalin kayak gitu. Kecuali kalian pasangan yang lagi berantem," jelas Arya yang sudah menghentikan kekehannya. Sementara kini matanya menatap pada rantang kecil yang sedari tadi menggantung di tangan kiri Friska. "Itu apa?"

Friska mengikuti arah pandang Arya. "Oh, iya. Ini sedikit makanan yang aku bawa buat Ferdi. Tapi persis yang kamu lihat, dia udah pulang." Kekecewaan terlihat sangat jelas di wajah Friska. Yah, apa boleh buat, Ferdi pergi sebelum sempat menerimanya.

Ah, benar. Daripada terbuang atau memakannya sendiri sambil menahan kecewa, lebih baik dibagikan pada orang lain. "Kamu mau?" tanya Friska kemudian.

"Wah, mau banget dong. Kebetulan perut aku laper," ujar Arya semangat. "Kita cari tempat dulu gimana? Kamu tadi ke sini naik apa?"

"Naik taksi," jawab Friska singkat.

"Yaudah, naik mobil aku aja." Arya lalu pergi menuju ke tempat mobilnya diparkir. Friska otomatis mengikuti langkah polisi berbadan tegap itu.

"Ayo, masuk! Tunggu apa?"

"Oh, emm. Iya," sahut Friska gugup. Tiba-tiba terpikirkan dalam benaknya, bagaimana bisa ia mengikuti pria itu tanpa berpikir panjang. Ini bukan seperti dirinya yang biasa. Kalau bukan Ferdi, Friska sangat enggan berkomunikasi dengan seorang pria. Apalagi baru dikenal, yah walaupun dia seorang polisi.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Where stories live. Discover now