TTLS 18

216 46 61
                                    

Malam baru saja dimulai. Para bintang, satu persatu mengisi daftar hadir di langit. Rembulan menampakkan wajahnya sempurna, membuat dingin malam semakin tak tertahan.

Ah, benar. Musim kemarau sudah berjalan dua bulan. Dan pertengahan bulan ini, malam-malam terasa lebih membekukan. Yang hidup di kota seringkali mengumpat, menyalahkan, mengutuk dingin malam yang bahkan tak tau apa-apa. Lalu apa kabarnya yang hidup di kaki pegunungan?

Beberapa orang sudah terbiasa memeluk dingin. Bukan hal yang harus dipermasalahkan. Cukup membuat api unggun, membakar jagung, dan menyalakan radio. Meski seringkali hanya udara dan pepohonan, atau mungkin binatang yang mendengar celotehan si radio. Sementara mulut orang-orang sibuk bergantian bicara, dan beberapa pasang telinga mendengarkan -antara terpaksa dan tidak.

Lalu, di sebuah rumah bercat putih. Entah apa yang ada dalam pikiran gadis kecil itu. Ia baru saja terbangun dari tidurnya. Penghangat ruangan masih bekerja dengan baik, jadi jangan coba-coba salahkan dingin malam, yang bahkan tak bisa bertegur sapa dengannya.

Turun dari tempat tidur berukuran double size, ia melihat sekeliling yang tampak asing. Ini bukan rumahnya, juga bukan rumah Om Ray seperti yang ia tau.

Nara mengendap-endap, berjalan ke arah pintu. Meraih knop dan segera ruangan asing lagi-lagi membuat wajahnya bingung. Lalu sedetik kemudian berubah gusar.

"Ibu..?" Suaranya terdengar pelan, mungkin hanya bisa didengar dengan jarak lima meter.

"Ibu..?" Ia menambah volume suara sambil berjalan mengelilingi ruangan itu. Berterima kasih pada lampu tidur yang tersorot dari kamar. Mesti sedikit gelap karena lampu ruang tamu yang dimatikan, ia masih bisa melihat dengan jelas. Sofa, meja, lukisan di dinding, semua tertata dengan sempurna. Dan tentu saja, asing.

Semakin ia berjalan, semakin gelap ruangan yang dituju. Ditambah ia juga tak tau, ke mana harusnya berjalan. Gadis itu melangkahkan kaki sembari merapatkan tubuh ke dinding. Merayap mirip seekor cicak.

Ketakutannya sedikit demi sedikit mulai tampak. Sebab, tak ada tanda-tanda kemunculan orang yang ia panggil.

"Ibu..?"

Mata Nara mulai berkaca-kaca. Suaranya bergetar, lalu sedetik kemudian sebuah tangisan pecah. Air mata mengalir melewati pipi. Awalnya sedikit, lalu semakin deras.

Sementara di kamar lain, sayup-sayup Anggun mendengar suara tangisan itu. Gadis yang lima hari lalu baru saja merayakan usianya yang ke dua belas tahun, kini mengerjapkan mata. Menoleh ke arah Willy -di tempat tidur terpisah jarak tiga langkah- yang ternyata juga sudah membuka mata. Atau mungkin adiknya itu memang belum tidur sejak tadi?

Anggun membuka selimut, lalu bangun dari tempat tidur. Diikuti Willy yang juga melakukan hal sama.

Keduanya lantas bergegas menuju asal suara. Berjalan melewati beberapa kamar kosong dan ruang makan.

Anggun melihat gadis itu terduduk di lantai sambil menekuk lutut. Menelungkupkan wajah sambil menangis. Angun secepat kilat menghampiri.

Willy yang sejak tadi mengikuti di belakang Anggun, berjalan tiga langkah ke arah kanan. Menaiki sebuah kursi kecil yang -selalu- ada di sana. Menekan saklar, lalu sejurus kemudian ruang keluarga itu terang benderang. Senyuman kecil terukir di bibir Willy, sebelum kemudian ia turun dari kursi.

"Kenapa nangis?" Anggun ikut-ikutan duduk di lantai. Mengusap lembut rambut Nara.

Gadis itu mengangkat kepala. Tangisnya bukan berhenti, malah semakin menjadi-jadi. Ia bergerak mundur, masih dengan merapatkan tubuh di dinding.

Anggun mendekati Nara sekali lagi. Dan saat itu juga Nara semakin menjauh.

Willy yang dari tadi hanya memerhatikan, tiba-tiba berjalan ke arah meja di ruang keluarga itu. Suara denting toples kaca, membuat Anggun menoleh ke sana. Terlihat Willy yang kemudian berjalan membawa segenggam permen warna-warni di tangan. Senyuman sumringah tampak di wajah Anggun. Willy yang terpaut lima tahun dengannya itu memang cukup cerdas dan cepat tanggap. Terbukti juga dengan menyalakan lampu tadi.

Twinkle-Twinkle Little Star [✔️]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt