Bab 27

24.4K 1.2K 77
                                    

Mata birunya enggan untuk berpaling dari wajah cantik gadis yang saat ini tengah tersenyum menatap apa yang ia berikan, merekam semuanya dan menjadikannya sebuah memori yang akan selalu ia ingat.

Sebuah lukisan dimana Gaby terlihat duduk di salah satu bangku yang ada di bagian sudut ruangan perpustakaan universitas dekat dengan jendela besar di mana cahaya matahari menerobos masuk dan mengenai sebagian wajah cantik itu, mata gadis itu fokus menatap buku yang ia genggam dengan bibir yang membentuk sebuah senyuman tipis.

Tanpa Gaby sadari, Sean selalu berdiri mengamatinya dalam diam, mengamati apa yang di lakukan gadis itu, mengetahui apa saja kebiasaan dan semua hal yang bisa membuat bibir itu membentuk sebuah senyuman.

Sean tidak mampu menyimpulkan keindahan itu, bagaimana cara kedua sudut bibir wanita itu membentuk sebuah senyuman menakjubkan, menyebarkan perasaan hangat yang seolah melingkupi dirinya, bagaimana cara mata biru kehijauannya berbinar menampakkan kilatan luar biasa yang tak bisa ia lukiskan dengan kata apapun selain indah.

Gabriella sempurna.

Gabriella adalah gadis sempurna yang tak pantas untuk ia sakiti.

"Kenapa kau memanggilku dengan sebutan itu?"

pertanyaan gadis itu kembali berputar dalam benaknya, tatapan Gaby yang terlihat begitu polos membuat Sean tak bisa menyembunyikan rasa bersalah yang saat ini bercokol di hatinya, memberikan hantaman keras dan menyakitkan.

Gabriella dan Angela adalah sosok yang berbeda, mereka berbeda, dan seharusnya Sean menyadari hal itu. Angela sudah mati, dan itu semua karena ulahnya.

"Maukah kau menikah denganku?"

Suaranya bahkan masih terus terdengar, Sean ingat ketika untuk terakhir kalinya ia mengatakan hal itu di depan Angela, meminta wanita itu menjadi miliknya seutuhnya, mengabaikan takdir yang menjerat mereka. Keegoisan dan keinginan yang begitu besar mambuat Sean tak mengindahkan larangan hingga akhirnya dirinyalah yang mengakhiri nyawa wanita yang paling ia sayangi tersebut.

Sean memejamkan mata, mencoba menghilangkan kenangan menyakitkan itu dari pandangannya, namun seolah melekat begitu erat, wajah serta tubuh sepucat kapas dan terbujur kaku itu tak kunjung menghilang dan malah menjadi sebuah ingatan yang terlihat begitu nyata.

"Angel." Suara lemah serupa bisikan samar keluar dari bibirnya.

Tubuhnya bergetar, nafasnya memendek dengan rahang terkatup rapat, Sean mengepalkan kedua tangannya yang bebas hingga membentuk sebuah kepalan yang siap menghantam apapun yang berada di sekitarnya hingga sebuah gerakan pelan dari gadis itu tanpa sadar mengerakkan tangannya untuk mencengkram pergelangan tangan Gaby erat dan membuat gadis itu sontak meringis menahan sakit.

Wajah itu, wajah yang selama ini tak bisa ia hilangkan dari ingatan terlihat menatapnya penuh kekhawatiran, dan beberapa detik kemudian telapak tangan hangat lainnya bergerak menyentuh rahangnya.

"Apa kau baik-baik saja?"

Pertanyaan yang harusnya Sean tunjukkan setelah apa yang ia perbuat, pergelangan tangan gadis itu  terlihat memerah setelah Sean melepaskannya tergesa.

Namun tidak satupun kata mampu terucap, ia kembali menatap mata biru kehijauan itu, Sorot yang lagi-lagi di tunjukkan Gaby membuat ulu hatinya semakin terasa sakit.

"Sean?" Bahkan suara lembut gadis itu tak lantas membuatnya membuka mulut.

Cukup lama saling beradu tatapan dalam diam dan sebuah seringaian itu tercipta di sudut bibirnya.

My Vampire Secret [REVISI]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora