Bab 32

18.4K 1K 73
                                    

Seluruh kesadaran yang Gaby miliki perlahan tersedot habis, tubuhnya bahkan sudah mati rasa. Ia tak kuat lagi, namun bunyi letusan senjata api itu perlahan membuat Gaby berusaha untuk membuka kedua kelopak matanya.

Seseorang datang, seseorang telah membuat Sean melepaskannya. Dan tepat ketika ia perlahan membuka mata, siluet samar itu melangkah mendekat ke arahnya kemudian berjongkok sebelum memposisikan kedua tangan untuk mengangkatnya.

"Bertahanlah nak" suara lembut yang mengalun membuat Gaby menghembuskan nafas lega sebelum benar-benar tenggelam dalam kegelapan.

***

Gadis itu menunduk, menatap jari-jari kakinya yang saat ini menginjak rerumputan hijau yang terasa begitu lembab. Ia kemudian meraih ujung dress putihnya dan mengernyit.

Mungkinkah dia sudah mati?

Gaby kembali mendongak, menatap sebuah rumah yang saat ini berjarak beberapa meter di hapadannya.

Rumah bergaya abad pertengahan itu sangat membekas dalam ingatannya, rumah yang selalu mengingatkan akan kehadiran sosok ibunya sebelum akhirnya sang ayah mengajaknya untuk pindah. Rumah yang ia tinggalkan selama hampir tiga belas tahun lamanya.

Ia baru saja hendak melangkah mendekati rumah itu, namun terhenti dan dengan cepat berbalik begitu mendengar suara langkah kaki di belakangnya.

Gaby menahan nafas serta merasakan jantungnya di remas begitu kuat ketika melihat punggung pria yang saat ini hanya beberapa langkah darinya, dan tepat ketika pria itu berbalik, Gaby tak mampu menahan diri, air mata itu perlahan kembali membasahi pipinya.

"Kemarilah Gabriella" pria itu mengulurkan tangan dengan tatapan lembut seolah apa yang pernah ia lakukan tidak pernah terjadi.

Dan Gaby seharusnya tidak menuruti permintaan pria itu. Ya.. seharusnya itulah yang ia lakukan. Namun ia kembali harus membenci dirinya sendiri ketika tatapan mata biru lembut itu berhasil membuatnya melangkah maju.

Hanya satu langkah sebelum seseorang mendahuluinya, tepatnya seorang gadis kecil berlari sembari merentangkan kedua tangannya membuat pria bermata biru itu bersimpuh untuk menyambut pelukan gadis kecil itu.

"Kenapa kau menangis hem?" Suara lembut Sean mengalun seiring tangan pria itu bergerak mengusap punggung gadis kecil itu, mencoba untuk menenangkan tangisannya, sementara Gaby bergeming dengan tubuh bergetar melihat semua interaksi keduanya.

Gadis kecil itu menghentikan tangisannya sembari melepaskan pelukan, membiarkan Sean menatapnya lama sebelum menghapus air mata yang masih membasahi pipinya.

"Apa tuan akan benar-benar pergi? Apa tuan tidak menyukaiku? Ji-jika aku terlalu manja, dan jika aku menjadi gadis yang menyebalkan, maka aku akan berjanji tidak akan seperti itu lagi... A-aku-.." gadis kecil itu kembali terisak membuat Sean kembali meraihnya masuk ke dalam pelukan.

"Sshhh.. kau tau, kau tidak pernah menjadi gadis kecil yang menyebalkan, dan aku suka ketika kau bersikap manja padaku"

"Lalu kenapa tuan memilih untuk pergi, apa kau tidak meyukaiku?"

Sean berdiri, kemudian memberikan senyuman lembut sebelum meraih salah satu tangan mungil gadis kecil itu. "Maukah kau ikut denganku kali ini?"

My Vampire Secret [REVISI]Where stories live. Discover now