Wrath

14.7K 1.9K 116
                                    

Tubuh keduanya berpelukan erat dibalik selimut tebal, saling berbagi kehangatan dari dinginnya suhu udara. Jungkook memeluk pria nya erat, mendusal manja pada bahu lebar kurus berwarna cokelat. Taehyung yang pertama membuka matanya, menyaksikan bagaiamana indahnya fisik seorang hybrid ciptaan manusia. Wajahnya yang halus, hidung bangir, tulang pipi tinggi dan tak lupa bibir serupa kuncup mawar muda yang menggoda untuk diberi kecupan hangat.

Menahan gemasnya, Taehyung lantas memeluk tubuh mungil hybridnya erat. Membisikkan kata sayang berulang kali hingga Jungkook tersenyum dalam tidurnya.

"Selamat pagi, manis. Lelah hm?" Sapanya hangat. Jungkook tersenyum dan membalasnya dengan kecupan di sudut bibir. "Selamat pagi, Taehyung-ie. Sedikit lelah, tapi semalam akan aku simpan dalam ingatanku."

Taehyung mengecup kening Jungkook sedikit lama lantas bangun dari posisi tidurnya. Selimut yang semula menutupi tubuh atletis itu kini beralih semua ke Jungkook.

"Ingin dipesankan breakfast apa hm?" Tak menjawab, Jungkook sibuk memandangi perut dengan otot samar yang kencang. Kalau begini ia rela tinggal disini selamanya asal bisa melihat pemandangan sebegini sialnya.

"Hei, ingin breakfast apa sayang?"

"U-uh? Samakan saja denganmu-. . . ." Ucap hybrid itu malu malu. Jungkook memasukkan kepalanya ke dalam selimut karena pipinya total memerah. Bayangan soal semalam masih berputar-putar dalam kepalanya. Geraman, gerakan konstan, tamparan antar kulit dan ciuman bar-bar Taehyung adalah hal yang tak bisa dilupakan.

"Mandilah. Nanti akan ku siapkan baju mu, manis." Taehyung tersenyum lantas berlalu dari sana. Jungkook membalut tubuh polosnya dengan selimut. Mungkin air dingin bisa mendinginkan tubuhnya yang masih terasa panas.

.
.

Selesai breakfast, Jungkook mengikuti pemiliknya berjalan ke salah satu kamar yang tak jauh dari kamarnya, mengetuknya bar-bar hingga terdengar umpatan dari dalam. Seorang pria dengan trunks hitam yang membuka pintu, menatap Taehyung tajam sambil berkacak pinggang.

"Brengsek, Kim- . . .J-Jungkook. . ? Kau Jungkook-. . .?" Ucap pria itu terbata, masih tak menyangka sosok manis berbalut sweater abu disamping Taehyung adalah Jungkook yang notabene nya sudah mati di meja besi. Jelas-jelas Jimin ada di rumah sakit waktu Jungkook diselamatkan.

"Taehyung, apa ini Jungkook? Katakan aku sedang berhalusinasi sekarang!"

"Stupid, ini Jungkook. Dia tidak mati. Dia hidup, di Busan. Feelingku benar soal dirinya yang masih hidup. Tak pernah salah begitu bertemu di tepi Haeundae." Jungkook masih menunduk mendengar penjelasan Taehyung. Ia merasa mengingat sosok setengah telanjang di depannya ini.

'akhh- . . .hhh'

"JUNGKOOK!" Taehyung sigap memeluk tubuh mungil yang kini terduduk di sebelahnya sambil memegangi kepalanya. Ringisan bercampur isakan terdengar samar dari mulut hybridnya.

"Sayang, kau kenapa?! Hei, jawab aku. ."

"Bodoh. Ajak dia masuk ke dalam kamarku dulu, Kim."

"A-aku mengingatnya." Tunjuk Jungkook pada pemuda yang tak lebih tinggi darinya, matanya yang berair menyipit. "Dia Jimin hyung, bukan? Temannya Taehyung-ie??" Jimin mengangguk lantas membantu Taehyung mengangkat Jungkook hingga berdiri.

"Kau mengingatku? Iya, Jimin yang tampan disini. Kau semakin cantik omong-omong, aura mu juga berbeda."

"Mau mati kau, Park?" Geram Taehyung sambil mengacungkan kepalan tangannya ke depan wajah Jimin. Sedangakan yang diancam akan dihajar hanya tertawa keras sembari memegangi perutnya yang sakit. "Hanya bercanda, Kim. Lagi pula aku sudah mempunyai yang sama seperti kau."

Little Wolfie +taekook ( ✅ )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant