Bab 9 - Cukup Tahu

9.4K 1.5K 486
                                    

Daripada memulai dengan kata 'kita', gimana kalau hubungan ini berawal dari 'teman makan bakso' dulu aja?

============

"Won, kencan yuk!"

Di suatu pagi yang cerah, dengan intensitas gerah yang masih mendominasi daerah Ciputat, Mingyu di depan beberapa penghuni Griya GSM yang sedang menyantap khusuk sarapan nasi uduknya melontarkan kalimat mengejutkan.

Dino tersedak, Hoshi terbatuk karena kepedesan, Daniel yang duduk di kursi goyang nyungsep dengan tidak elitnya. Sisa yang absen pagi itu adalah Seokmin yang sejak Shubuh narik ojek, lalu Jun, Uji, dan Eunwoo yang ada kuliah pagi. Sementara Wonwoo sebagai korban penawaran—kebetulan sudah rapi dan wangi dengan badan dibalut kaus dan kemeja—menatap Mingyu masam.

"Gak bisa, hari ini gue ada janji."

"Sama siapa? Di mana? Gue boleh ngikut gak?"

"Informan. Di Tebet. Gak boleh."

"Ih, jauh atuh, sayang. Gue temenin ya?"

"Gak usah."

"Gak papa keleus. Sekalian jalan-jalan, udah lama gue gak naik kereta. Berduaan sama lo pasti romantis."

Memang cuma Mingyu doang yang begini. Belum tau aja dia seberapa nikmatnya dempet-dempetan persis ikan sarden dengan penumpang lain di kereta menuju Tanah Abang saat jam berangkat ngantor menyapa. Untuk bernapas saja sudah syukur alhamdulillah. Terkadang di kereta selalu ada saja kisahnya, termasuk tingkah laku penumpang yang kadang membuat ingin mengelus dada.

"Naik motor dong. Lebih romantis juga pake vespa," Daniel baru saja bangkit dan kembali duduk, ikut menimbrung.

"Masalahnya, SIM gue belum diperpanjang, Niel. Nanti kalau ditilang bijimana? Kalo polisinya Wonwoo sih gue serahkan segalanya, termasuk harta, cinta, dan air mata."

"Anjyr, lanjutkeun, Ming. Bismillah gue mendukung lo!"

"Makasih, bro," jempol besar Mingyu teracung di udara. "Jadi, gimana nih Adinda Raden Wonwoo-ku, boleh gak Kakanda menemanimu hari ini?"

"Geleuh gue dengernya woy, jangan mesra-mesraan depan gue sama Dino yang lagi makan napa."

"Au nih Bang Mingyu. Berasa kostan punya Abang doang kali yak? Hargai hati kami para jomblowan dong!"

"Berapa sih? Sini gue beli harga diri kalian. Kebeneran honor ngemsi gue udah cair. Eh, tapi nanti aja deh. Gue mau bayar hutang dulu ke Wonwoo."

Yang dipanggil namanya melirik judes. "Hutang apaan?"

"Itu lho, beberapa minggu yang lalu gue kan udah janji kalo duit cair bakal traktir lo makan."

"Oh."

"Ya udah Kakanda siap-siap dulu. Tunggu di situ ya kamu sayangnya aku. Jangan beranjak ke manapun, repot kalo nyasar. Apalagi nyasarnya di hati orang."

Dan tanpa anggukan sebagai persetujuan Wonwoo, Mingyu naik ke atas meninggalkan entitas yang tersisa sibuk dengan pikiran masing-masing di meja makan.

•••

Seharian penuh Mingyu habiskan waktu menemani Wonwoo di Tebet. Untuk kali pertama anak vespa seperti dia menjadi penduduk Ciputat pada umumnya, naik angkot S10 ke stasiun Pondok Ranji. Kocaknya selama di perjalanan baru kali pertama dia bertemu sapa dengan anak Punk yang kebetulan ngamen di sana. Saking baiknya atau bokeknya, ketika orang-orang memberi uang recehan Mingyu malah menyumbangkan dua batang rokok yang langsung dibalas do'a;

[✔] Semester 8Where stories live. Discover now