Bab 28 - B.U.C.I.N

10.6K 1.2K 796
                                    

Sekarang gue ngarti kenapa mereka manggil kita 'bucin'. Karena faktanya, Raden, kita emang beneran Butuh Cincin buat kawin.

================

"Dengan ini saya nyatakan Ananda Mingyu Dirgasena lulus menyandang gelar Sarjana Komunikasi dengan indeks prestasi kumulatif sebesar 3,58," Pak Shindong mengetuk palu diikuti tepuk tangan dari penonton sidang. "Silakan gunakan jubah kebesaran anda, kepada seksi dokumentasi dipersilakan untuk mengabadikan momen ini."

Hoshi adalah orang yang paling semangat memotret Mingyu yang tersenyum lebar. Di sampingnya, Pak Minho yang gak kalah ganteng ikut tersenyum seraya mengacungkan jempol ke arah kamera.

Semua pihak, dari Pak Sindong sebagai ketua sidang, sekretaris sidang yakni Bu Sunny, dua dosen penguji, dan dosen pembimbing berpose sebanyak tiga kali.

"Selamat, Ananda. Akhirnya kamu sarjana juga."

"Terima kasih banyak, Pak. Saya memang bukan mahasiswa berprestasi malah lebih sering ngerepotinnya. Tapi, tanpa izin bapak dan kuasa Tuhan, saya mungkin gak akan maju sidang."

"Saya gak heran untuk satu hal itu, Ananda. Karena ada untungnya kamu nyablak, dicecar pertanyaan Pak Kadir sama Pak Dimas yang terkenal killer tetap saja dimakan. Hal ini udah cukup membuktikan kalau kamu memang serius dan mampu. Sekali lagi selamat, semoga ilmu yang sudah didapat bermanfaat."

Sedetik kemudian Pak Minho pamit keluar ruangan. Sidang berakhir dengan suasana cair meskipun di awal sempat tegang. Kebetulan Mingyu kedapatan jadwal jam 11 yakni peserta terakhir di kloter pertama. Sedangkan sidang kloter kedua dimulai ba'da dzuhur.

Jangan tanya bagaimana campur aduk perasaan Mingyu saat berperang dalam ruangan, karena ternyata segala kekompleksan itu membuatnya tertawa bahagia di akhir cerita. Apalagi saat kaki Mingyu melangkah pertama kali keluar dari pintu.

Ada rasa haru ketika menyandang status baru. Orang-orang kini melabelling Mingyu dengan sebutan mantan mahasiswa lah, alumni lah, sarjana lah, dan apalah-apalah itu..., yang pasti dia merasa perjuangan di detik-detik semester akhir terbayar lunas. Begitu pula saat melihat teman-temannya menyempatkan hadir, membuat Mingyu serasa begitu dicintai.

"My bro," Eisa orang pertama yang memeluk Mingyu. "Congraduation ya, btw ini dari gue dan Koko Jun. Selamat revisian."

Lalu Jun yang ngantri di belakang sang pacar menyalami dan menepuk bahu Mingyu. "Akhirnye yang suka masak di GSM pecah telor juga. Semangat ye revisiannye, do'akan gue segera nyusul lo sidang!"

"Makasih banyak kalian udah nyempetin dateng, jadi enak kan gue."

Gimana gak enak, Eisa ngasih parsel isi snack dong bukan lagi buket-buketan. Luar biasa memang duo pasangan nyentrik nan swag ini. Disusul oleh printilan buket berisi kopi sachetan, mana ada dua bungkus rokok nyempil di sana. Hoshi cuma nyengir sebagai tersangka.

"Gue kasih dua bungkus aje ye, bahaya kalo sampe ketauan si Raden, entar gue digorok jadi hamster qurban."

"Jangan sampe ketauan lah. Tapi makasih ye Bang Ochi, gue jadi gak perlu modal buat beli kopi lagi."

Selanjutnya printilan berupa cokelat dan snack dari Dino serta penghuni GSM yang dititipin ke Hoshi karena gak bisa nyaksiin. Biasa mahasiswa teladan, dikejar kuis dan ujian.

[✔] Semester 8जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें