Bab 17 - Pulang

9.7K 1.5K 697
                                    

Pulang ke mana? Aku gak punya rumah di sini. Aku juga gak punya siapa-siapa di sini.

=============

Sebutlah Ananda Rowoon adalah orang ketiga.

Dia hadir di antara dua hati yang saling menjaga jarak, di antara dua jiwa yang menetapkan bahwa bersama bukan pilihan keduanya. Rowoon bahkan hadir menawarkan sebuah solusi, meski yang ditawari masih terlihat gamang dengan keputusannya kelak.

Orang boleh saja membencinya, tapi Rowoon tidak akan senekat ini melakukan pendekatan tanpa persetujuan. Sebagai anak pertama yang diamanatkan mengemban tanggung jawab, Rowoon terbiasa dengan etika dan kesopanan. Dia tidak menyukai asas menikung pun mengambil jatah orang, apalagi milik adiknya.

Lahir dari rahim yang sama, berbagi kasih sayang orang tuanya, bahkan kesamaan nama menjelaskan jika dua Ananda ini terikat dalam tali bernama keluarga yang mana darah lebih kental dari segalanya. Bukankah tidak adil menyalahkan Rowoon saja jika faktanya Mingyu yang mengizinkan?

Ya, saat berada di Tasikmalaya bukan sekali dua kali Rowoon membujuk Mingyu untuk kembali ke Ciputat. Dari alasan akademik hingga asmara, namun tak ada satupun yang didengarkan oleh adiknya. Hingga Rowoon menyerah pada satu pemahaman, jika Mingyu memang sedang butuh waktu untuk sendirian.

Kerenggangan hubungan dengan Wonwoo yang di awal terlihat intens namun kini saling berjauhan, membuatnya yakin jika ada suatu hal tidak beres di antara mereka. Mungkin Rowoon hanya sok tahu, tapi dia tahu gelagat Mingyu.

Ketika adiknya dikecewakan, dia akan memilih menghilang untuk menetralkan perasaan. Meski kali ini melebihi ekspektasinya, sebab Mingyu seolah larut atau mungkin putus asa untuk mengakhiri derita dan luka.

Rowoon yang kebetulan berada di antara keduanya, mengamati, dan tentunya secara praktis terkena cipratan ..., mau tak mau melibatkan diri. Di suatu pagi dengan sangat tidak sengaja, dia bertanya pada Mingyu ... sampai kapan adiknya akan terus seperti ini? Dan jawaban yang sudah diduga keluar dari bibir Mingyu yakni 'tidak tahu', 'barangkali' sampai hatinya kembali siap.

Tapi tidak ada yang membuat Rowoon menjadi sesemangat ini saat pertanyaan lain terlontar, mengenai kondisi Wonwoo yang semakin hari semakin memprihatinkan. Jawaban Mingyu sangatlah menyakitkan;

"Terserah lo, toh dia bukan urusan gue lagi."

Hmmm hmmm hmmm 36 jam.

Apakah salah jika Rowoon lakukan ini atas dasar peduli? Bohong jika hatinya tidak menaruh perasaan lebih pada sosok manis bernama Raden Wonwoo itu. Sejak melihat potretnya di Instagarem, hati Rowoon berdegub kencang.

Hasrat ingin mengetahui kian menjadi. Maka, ketika melihat Wonwoo berubah layu, naluri Rowoon yang ingin melindungi tersenggol. Memantik bara api di hatinya yang semakin berkobar untuk membuat Wonwoo kembali tersenyum seperti sedia kala.

Ah, jika mengingat hal itu rasanya Rowoon malu sendiri. Apalagi mengetahui posisinya saat ini yang berada di keramaian umum dengan kondisi tersenyum bak orang sakit jiwa. Ya, saat ini dia sedang berada di stasiun Pasar Senen. Menunggu Mingyu yang 'akhirnya siap' untuk menghadapi serba-serbi di Ciputat.

Meskipun cowok bongsor itu menolak dan bersikeras tak mau dijemput, Rowoon tetap melaksanakan tugas sebagai kakak yang baik. Pada dasarnya, dia selalu perhatian, namun Mingyunya saja yang tidak pernah menyadari bahwa Ananda Rowoon memang dipenuhi oleh rasa kasih sayang.

"Sori, lama."

Rowoon menggeleng. Lalu tersenyum manis dan menepuk bahu Mingyu. Keduanya seperti dua tiang listrik di tengah lautan manusia, apalagi jika ditambah Papa Yongki, mungkin ketiganya akan dikira miniatur Monas.

[✔] Semester 8Where stories live. Discover now