Bab 24 - Congraduation, Raden!

9.3K 1.3K 631
                                    

Maaf ya Raden, gue pergi dulu. Jaga diri lo selalu dan jangan nakal. I love you.

===============

"Ananda, kepala Raden pusing."

"Hm?"

Wonwoo tepar di atas kasur. Tiba-tiba saja tubuhnya drop setelah seminggu ini non-stop bolak balik kampus untuk mengurusi segala printilan sidang esok. Dari perkara berkas dan tanda tangan, mengonfirmasi dua dosen penguji, dan juga masalah konsumsi.

Sebagai mahasiswa yang cukup pasif selama 8 semester di tambah sebulan di semester 9 ini, dia merasa kaget karena belum pernah merasa lelah yang teramat sangat untuk tubuh dan batinnya.

Belum lagi otaknya yang terkuras untuk memersiapkan materi presentasi. Rasanya Wonwoo ingin berhenti, berharap sidang gagal jadi, tapi nggak deh, dia udah berjuang, gak lucu kalo harus kalah sebelum berperang.

Maka di tengah keringat dingin yang mengucur dari pelipis dan sekujur tubuhnya, Wonwoo yang wajahnya pucat pasi memilih bangkit. Menjatuhkan kepala di dada bidang Mingyu yang khawatir, lalu elusan datang diiringi suara berat dari orang yang disayang.

"Mandi sama air hangat, mau? Badan Raden anget nih, pasti tadi gak pake jaket pas naik motor ya?"

Wonwoo mengangguk. Dia juga baru ingat di saat matahari sedang terik-teriknya, pergi ke Bambu Apus untuk memberikan salinan skripsi pada salah satu dosen penguji. Lumayan juga perjuangan mahasiswa yang sidang di bulan-bulan liburan karena dosen gak semuanya stay di kampus.

Mana di fakultas ada pemadaman listrik massal se-Ciputat Raya, Wonwoo terpaksa naik turun tangga ke lantai 3 dan 7 buat konfirmasi tempat sidang karena lift mati. Lemas dah itu badan singsetnya. Yang bikin lemas lagi karena dia sarapan cuma sedikit tadi pagi.

"Mual masa."

Dengan sigap jari Mingyu memijat tengkuk Wonwoo, tapi cowok itu memilih ndusel di perut Mingyu. Rasanya dia gak tega melihat kekasihnya menderita. Andai bisa berbagi rasa sakit, tapi emang tadi siang dia juga ada jadwal magang. Makanya gak bisa bantu Wonwoo mengurusi segala keperluan.

"Masih mual?" Mingyu mengoles minyak telon di tengkuk dan perut Wonwoo karena stok kayu putih habis. Syukurnya, udah terasa mendingan meskipun keringatnya belum surut.

"Pengin tidur tapi belum mateng persiapan materi buat besok."

"Nunggu keringetnya surut dulu ya, sayang. Baru nanti bersih-bersih dan belajar. Ada yang bisa gue bantu?"

"Sebenernya power point gue belum selesai, masih ada beberapa slide lagi. Tapi gak usah deh, biar nanti edit sendiri aja."

"Bener gak papa? Nanti kalo gue yang ngerjain malah ngerecokin bisa bahaya."

Wonwoo mengangguk sambil senyum lemah. Diikuti Mingyu yang menyeka poni basah kekasihnya.

"Gue bikinin salad buah aja, gimana? Siapa tau mualnya ilang kalo makan yang manis-manis."

"Sama sereal! Sama pisang juga!"

"Oke, ada pesanan lain, Tuan Puteri?"

Wonwoo berpikir, matanya mengerjap lucu. "Gak ada, yang penting jangan lama dan Ananda jangan pergi ke mana-mana."

"Eiiyy, gimana mau pergi kalo alasan gue hidup dan bernapas ada di kamar ini, hehe. Ya udah, Ananda ke bawah dulu ya."

Setelah ditinggal sendiri, Wonwoo memilih membersihkan diri begitu keringatnya surut. Dia harus tetap menjaga kewarasan dan kesadaran untuk berjuang sekali lagi di esok hari.

[✔] Semester 8Where stories live. Discover now