Bab 18 - Tak Sempurna

11K 1.5K 784
                                    

Lo emang gak sempurna, malah gue ibaratkan sebagai pecahan kaca. Yang begonya, dalam keadaan apapun gue tetap menyentuh lo meskipun tau akan terluka.

=============

"Gak mau ah. Gue gak mau ikutan!"

Uji mengalihkan wajah saat Mingyu menatapnya heran, "yaelah kak, cuma foto doang. Sayang ini kalo gak diposting, guenya lagi cakep."

"Tapi captionnya jangan lebay napa! Nanti kalo banyak yang salah paham gimana? Gue gak enak sama Wonwoo."

Mendengar nama Wonwoo disebut, Mingyu malah manyun. Masih sedih tapi agak kesal juga karena sejak pulang ke Ciputat cowok itu masih aja bersikap cuek, dia juga pengin ditanya duluan kali. Tapi ternyata Wonwoo malah makin dekat dengan Rowoon. Salah gak sih kalo Mingyu punya inisiatif untuk membuat Raden satu itu cemburu?

"Dia juga gak peduli sama gue. Mungkin udah lupa."

"Tapi jangan gue juga kali."

"Gak ada orang lagi Kak Uji. Udah sih, gak pape."

Uji tuh sebenernya gak enak hati cuy, apalagi sejak tau alasan Wonwoo menolak Mingyu karena dirinya. Makinlah hati cowok yang dikira mirip Levi itu merasa gak tentram. Merasa jadi orang ketiga yang paling mengganggu dan bersalah di hadapan penghuni Griya GSM lainnya. Padahal dia udah menyerah dari jauh hari, bahkan mendukung hubungan Wonwoo dan Mingyu.

"Sebenernya Gyu, gue lupa belum sempet bilang sesuatu sama lo."

"Tentang?"

Ragu untuk melanjutkan, Uji hanya memainkan jari telunjuknya. Tetiba dilanda resah di saat gerbong kereta yang mereka tumpangi justru terasa nyaman karena belum begitu padat penumpang. Kepalanya sibuk berpikir, apa dengan mengatakan ini bisa mengembalikan keadaan, khususnya hubungan mereka seperti sedia kala?

"Gue kayaknya sempet liat Wonwoo di lobi rumah sakit, tapi dari belakang. Tadinya mau gue samperin, eh dianya keburu pergi."

"Hah? Ciyus kak? Kenapa gak bilang?!"

Kepala Uji menunduk. "Mana berani gue. Waktu itu lo keliatan sedih banget, gue takut lo marah kalo bahas Wonwoo."

Iya juga sih, Mingyu gak menampik jika saat itu sedang dalam keadaan sangat kacau karena Wonwoo malah menarik diri, bahkan menjauh darinya. Di saat satu-satunya orang yang bisa memberi senyum tak kunjung menampakkan batang hidung, bukankah wajar jika Mingyu mulai meragukan perjuangannya? Baiknya dilanjutkan atau dihentikan saat itu juga.

Meski lagi-lagi kekuatan cinta telah membuat Mingyu menyiksa diri, merendahkan diri, bahkan mengalami patah hati yang paling sakti di dunia yang fana ini.

"Wonwoo pasti mau jenguk lo. Mungkin karena ada gue di sana, dianya segan. Dan asal lo tau, selama lo pergi gue banyak denger selentingan kabar dari anak-anak jika Wonwoo banyak berubah. Jadi pendiem lah, raganya kosong seolah kehilangan semangat hidup. Skripsi sih yang paling parah, dia sama sekali gak peduli."

Tangan Mingyu terkepal, rasa bersalah mampir di hatinya. "Lantas gue bisa apa jika dia sendiri yang nyuruh gue pergi? Mungkin kalo dia bisa jujur sedikit aja, gue akan bertahan. Tapi ternyata gak semudah itu, kak."

Merasa simpati, Uji menepuk punggung Mingyu yang membungkuk. Dia tahu Mingyu memang sangat menyukai Wonwoo, buktinya saat Uji menjelaskan keadaan Raden yang memprihatinkan, Ananda satu itu menunjukkan raut terluka.

Manusia memang luar biasa ya? Mereka saling melukai tapi juga mencintai di waktu yang sama. Kehidupan yang nyatanya dapat dijalani dengan kesederhanaan akan berubah rumit jika masalah hati turut serta di dalamnya.

[✔] Semester 8Where stories live. Discover now