#01

2.6K 82 0
                                    

Happy Reading

Hari yang cerah dan sejuk, tapi tidak secerah dan sesejuk hati ku yang sedang kesal karena mobil ku harus masuk bengkel disaat yang tidak tepat. Bagaimana tidak, hari ini aku dan sahabatku harus segerah sampai disekolah, bukan untuk bersekolah tapi untuk mengajar.

Biar ku beritahu sedikit tentangku dan sahabat karibku.
Aku Nova Maharani, umurku baru 20 tahun, masih kuliah semester tiga di jurusan pendidikan. Aku memiliki sahabat namanya Ana Sinta Rahayu dia juga sama seperti ku, baru berumur 20 tahun. Masih semester tiga dan tentu jurusan yang sama sepertiku.

Gaya penampilan kami jika kuliah tidak sewow penduduk kampus yang terkenal sebagai bintang kampus. Kami lebih suka menggunakan gamis tapi kadang sesekali menggunakan jins atau kulot tetapi baju yang panjang. Ya, meskipun ilmu agama kami masih dangkal tapi tidak apa kan kalau menutup aurat? toh itu juga kan dianjurkan dalam agama.

Balik lagi kemasalah mobil harus masuk bengkel. Sekarang kami sedang menunggu taksi yang bisa membawa kami ketempat tujuan, tapi sepertinya jalan ini sepi dari kendaraan.

"Ini sih bisa telat." ujar Sinta sahabat karibku itu. Dia sepertinya sudah mulai tidak nyaman berdiri bagai orang hilang dipinggir jalan yang sepi ini.

"Trus mau jalan gitu? Aku sih ogah." ujar ku. Masa harus jalan lagi. Jalan dari bengkel diujung sana saja sudah capeknya minta ampun. Ini kaki udah pegel, woy.

"Kalau disini aku ngeri." ujar sinta yang melihat sekelilingnya dan aku pun ikut ikutan melihat sekelilingku. Tapi bener juga sih.

"Lihat kan? Ngeri. Nanti kalau ada begal gimana? gue masih mau idup Nov, ma bapak ku dikampung gimana." ucapan Sinta membuat ku bergidik ngeri. Aku juga ya ngga mau lah mati muda. Tapi mau gimana lagi? Memang tidak ada kendaraan yang lewat dijalan ini. Kalau ada sudah ia begal agar mau memberinya tumpangan.

Namun saat aku melihat mobil yang melaju searah dengan kami jalan aku pun langsung mengangkat sedikit gamisku agar tidak terinjak lalu berdiri ditengah jalan. Entahlah, saat mengingat ucapan Sinta, aku jadi tak bisa pikir panjang. Yang jelas aku harus mencoba menghentikan mobil itu.

"Nih orang malah mau mati muda." gumam Sinta, tetapi setelah dia melihat mobil yang aku lihat dia juga ikut berdiri ditengah jalan. Tadi katanya kaya mau mati muda, kok sekarang malah ikut-ikutan.

Cekitttt

Suara gesekan antara ban mobil dan aspal pun membuat aku dan sinta yang berdiri ditengah jalan sedikit takut dan kompak menutup mata kami dengan telapak tangan kami. Ya Tuhan, ini sih namanya tutorial menuju Mu secara mudah.

"Kalau mau mati jangan depan mobil kita dong!" ujar suara yang membuat aku dan Sinta menurunkan telapak tangan kami dengan perlahan. Saat kami melihat siapa mereka, bukan cuma aku dan Sinta saja yang kaget, tapi mereka berdua juga kaget. Ya, gimana ngga kaget mereka berdua kan yang dulu ada diposisi aku dan Sinta saat ini.

Ya. Mereka berdua pria yang sempat ku katai minim kewarasan tapi kali ini justru aku dan sinta yang minim kewarasan karena berdiri ditengah jalan. Dua pria yang baru aku dan Sinta tahu ternyata seorang atlit kebanggaan indonesia.

Maklum kami kan tidak terlalu suka tapi bukan berarti tidak suka ya. Kami hanya tidak terlalu menggilai bulutangkis saja. Itu karena hobi kamu bukan disitu, tetapi di bola voli. Cik kenapa jadi merembet kesana. Emang apa hubungannya dengan tidak tahu tentang mereka? Balik lagi dengan dua ganda itu.

Kami tahu mereka seorang atlit bulutangkis setelah berita mereka keluar di beranda sosmed Sinta yang mengatakan bahwa ganda putra indonesia menyabet gelar juara Syed Modi India Internasional yang diadakan di India november lalu dan itu mereka.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now