#04

789 39 0
                                    

Happy Reading gess


Pagi yang dingin ditemani dengan gorengan tempe, coklat panas, aku dan sahabatku yang masih galau ini sudah stuck di depan tv sejak pukul empat kurang lima belas menit lalu, sampai sekarang Fajar/Rian sudah bersiap akan melawan negara tetangga lagi. dih kadang aku mikir, ngga bosen apa tuh Malaysia ngelawan Fajar/Rian lagi? Ya, kali ini disemifinal Fajar/Rian harus melawan wakil Malaysia lagi. Aroon dan entah siapa itu satu lagi aku tidak tau. Aku hanya fokus dengan Fajar yang sedang melakukan pemanasan dengan Rian.

Ohmaygot belum mulai saja dia sudah keringetan seperti itu. Apa lagi kalau sudah mulai, itu lapangan pasti basah dengan keringat Fajar kali ya? Ngomong-ngomong dia kalau lagi kaya gitu manis banget. Aura dominannya seakan menguap keudara menghipnotis penonton, wajah seriusnya membuatnya terlihat berbeda dengan Fajar biasanya, dan itu membuat aku tak bisa melepas tatapanku  dari wajahnya yang ada dilayar tv. Entah kenapa melihatnya dari sini saja mampu membuatku seakan senam jantung deg deg deg. Holsit ngomong apa kamu Nova Nov Nov.

Tapi serius, menatapnya dari sini saja tidak membuatku seorang Nova bosan. Apa lagi para perempuan yang melihat dia dari sana? Sudah pasti  mereka tak  akan bosan bukan? yang ada justru terpikat oleh pesiona Fajar, Rian.

Hahh

Dengar itu!! Suaranya saja mampu membuatku dag dig dug ser. Entah hati dan jantung ini sedang mengalami apa? Rasanya aku ingin lari dan memeluk tubuh yang basah karena keringat itu. Ohmaygos Fajar, kenapa seorang Fajar Alfian yang super duper jahil dan nyebelin membuat jantungku seakan bergenderang minta perang. Apa yang dia lakukan pada jantungku ini, ya Tuhan.

"Woy! Mikirin siapa hayoo senyum-senyum gitu. Fajar ya? Hayo ngaku kamu." Aku menghela nafas mendengar Sinta mulai menggoda.

"Bilangnya dia nyebelin, ngeselin, jengkelin, tapi kok kamu pikirin." Sinta masih saja terus bersuaar menggoda ku. dih hello, kenapa juga tebakan mu benar nyonya dalil, kan aku jadi malu.

"Hihh, sok tahu. Tapi ya emang bener sih." ujar ku tekekeh. "Udah lah mending liat tuh Fajri, udah interval pertama tuh." ujar ku menunjuk layar tv dengan dagu. Sinta tersenyum mengejek, dan petandingan pun dimulai kembali setelah interval.

Pertandingan ini tidak kalah sengit dari pertandingan kemarin malam. Pagi ini wakil Malaysia sepertinya tidak mau dikalahkan lagi oleh pasangan Indonesia Fajri. Hello Fajri juga ngga mau kalah sama kalian keluess, apa lagi aku. Aku ngga akan rela dan ngga akan ridho kalau sampai pasangan Malaysia mengalahkan Indonesia ku tercinta.

Nonono big no, Indonesia harus menang dan masuk ke final. Ngomong tentang final, wakil Indonesia dari ganda putra juga sudah ada yang masuk ke final loh. Pasangan senior Ahsan/Hendra berhasil mengalahkan lawannya dengan perjuangan yang sangat keras. Cidera yang dialami kaki Ahsan sempat membuatnya meminta penanganan oleh tim medis yang bertugas. Walaupun merasakan sakit karena cideranya itu, tapi Ahsan tetap semangat untuk menaklukan lawannya itu dan membawa ganda putra Indonesia masuk ke final. Sungguh bangga memiliki atlit sepertinya.

"Riannn kenapa semash mu nyangkut terus? Apa karena ngga ada aku." dumel Sinta dengan muka kecewanya. Hidih, dia bilang apa tadi? Karena ngga ada dia, trus tuh muka kok sama persis kaya tadi siang pas tugasnya ditolak. Ho ada apa ini, jangan-jangan ada percikan api asmara dihati Sinta. Keadaan langka sih ini.

"Heh situ ngomong sadar ngga? Karena ngga ada kamu, kalau ada kamu malah Rian bawaannya bukan mau nyemesh ke lawan tapi kemukamu itu." Aku pun tertawa diakhir kata. Sinta hanya menekuk bibirnya kesal digoda seperti itu oleh ku.

"Sadarlah, kamu ngga liat aku lagi nonton Fajri, kalau aku ngga sadar, aku ngga ada disini dan pastinya kalau ada aku dia pasti semangat! kalau ada kamu itu mah." dengusnya lalu meminum coklat panasnya. Kesambet apa ini orang, jangan-jangan bener lagi ada percikan api asmara.

Tapi biarin saja sih, sekali-kali lah nyonya dalil itu merasakan indahnya jatuh cinta. Jujur saja, sampai umurnya 20 tahun dia belum pernah pacaran. Dia itu sangat memegang prinsipnya, yaitu jomblo sampai halal. Dia memang perempuan soleha, beda dengan ku. Meskipun aku berkerudung aku sudah berpacaran beberapa kali. Ya, namanya juga manusia, apa lagi disuguhi pria-pria tamvan dan berotot sispack bak roti sobek gimana ngga ngiler hihi. Makanya aku beberapa kali pacaran, maafkan hamba ya Tuhan. Apalagi sekarang kita hidup dijaman melenial seperti sekarang ini.

Tapi tenang saja, aku juga menjaga batasanku. Aku masih di zona aman, ya meskipun neraka tetap menanti, mungkin.

"Fajar..ya Alloh, kenapa smash mu yang tajem bin kenceng harus nyakut sih." gerutu Sinta. Ha? Beneran smashnya Fajar nyebelin nyangkut. Aku pun melihat kerah layar, lah iya. Kenapa juga smash sampeyan pake nyangkut dinet bang. Mending nyangkut dihati eneng, bang hihih. Ngomong apaan aku.

Pertandingan pun semakin sengit dan suara adzan subuh pun melambai mengingatkan aku dan Sinta untuk menunaikan kewajiban kami.

Kami pun sejenak mematika tv yang sedang menyiarkan Fajri bertanding itu. Semangat ya Fajri!! kita sholat dulu, biar hati ku yang dag dig dug karena kamu dan pertandingan ini reda sejenak. Setalah sholat kami berdua melanjutkan menonton pertandingan. Saat  kamu kembali menontona, set pertama dimenangkan wakil Malaysia dengan skor 19-21. Semangat Fajri!! Masih ada set kedua dan ketiga.

Pertandingan yang sengit pun dimulai kembali tubuh tinggi dengan muka serius itu sudah basah karena keringat. Sesekali Fajar mengusapnya dengan baju atau telapak tangannya. Melihatnya seperti membuatku sedikit sedih, pasti tekanan dalam dirinya saat ini cukup besar.

Permainan cepat dan smash-smash pun Fajri keluarkan tapi sepertinya ini memang bukan rezekinya Fajri. Meskipun mereka berdua sudah mengeluarkan kemampuan mereka tapi ada saja yang membuat poin selalu berpindah ke wakil Malaysia.

Entah smash yang nyakut, pengamatan yang kurang jeli, adu net yang tetiba jatuh kedaerah sendiri dan melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang disengaja atau tidak, aku tidak tahu. Yang jelas memang bukan rejekinya. Ya, wakil Indonesia harus tersingkirkan oleh wakil Malaysia.

"Ya..kok Fajri ku kalah sih." ucap Sinta kecewa. Aku juga kecewa sih tapi gimana lagi? Orang bukan rejekinya di All England. Sinta masih melihat layar tv yang menampilkan wajah lelah dan kecewa Fajar/Rian disana. Oh, sabar ya Mr. Badminton.

Aku pun memilih mematikan tv dan membereskan karpet yang berantakan. Pagi ini 9 Maret 2019 aku sudah kecewaa, bukan karena cowokku tak memberi kabar tapi karena wakil Malaysia yang akhirnya berhasil menumbangkan wakil Indonesia. 

Apa? 9 maret? Serius? Oh tidak. Aku melupakannya, dua hari yang lalu Fajar nyebelin ulang tahun. Kenapa bisa lupa Nova.

"Kamu inget sekarang tanggal berapa sin?" tanyaku. Sinta yang sedang membereskan buku menoleh kerahku sekilas sebelum mengangguk.

"Dan kamu juga inget dong, dua hari lalu tanggal berapa?" Sinta mengangguk lagi menjawab pertanyaanku.

"Tanggal berapa?" Sinta menghadap kerahku dan menghela nafas.

"Tanggal 7 Maret 2019." terangnya tegas dan sejurus kemudian matanya membola sempurna menatapku. Aku tebak dia juga lupa, aku tertawa dalam hati, akhirnya bukan aku saja yang melupakan hari lahirnya  sinyebelin Fajar.

"Ulang tahun Fajar!!" ucap kami berdua berbarengan. Sinta pun mengambil vivo v5  yang tergeletak dikasur. Aku pun mengikutinya yang duduk bersila diatas kasur.

He dia nelpon Fajar, dia berani? Ku kira tidak. Ohmaygos sahabat ku ini ternyata bisa gerak cepat kalau sudah kenal mah. Iya, itu memang sifatnya. Beda lagi kalau sama aku, aku justru tidak terlalu berani, mungkin karena aku suka. Ha? Ngomong apaan aku, aku suka sama Fajar nyebelin itu. Itu ngga mungkin ya, yang ada aku bukan suka, aku enek kali hihi.

Aku sendiri tidak tahu, yang jelas aku mungkin tidak menaruh hati pada pria keturunan Bandung itu.

Segitu dulu.maaf kalau ada salah-salah kata.

Salam sayang dariku

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now