#21

498 22 0
                                    

Happy Reading

Fajar pov...

Setelah lama tidak tahu tentang dia, si menyebalkan dan bawel. Semalam saat selesai pertandingan seperti biasa aku akan membuka instagram ku untuk melihat bagaimana kabar dia saat ini. Bukan tidak berani menemuinya langsung tetapi semua tentangnya seperti hilang ditelan bumi. Aku sudah mencari tahu tentang dia dimana, mencoba menghubunginya pun sudah, namun nomornya selalu tidak aktif. Nova seperti menjauh dari ku. Bukan seperti lagi, tapi memang menjauh dari ku.

Ya, orang yang ku coba temui dan cari adalah gadis bar-bar itu. Namun semuanya nihil. Sahabat baik nya pun tidak tahu dimana keberadaan nya. Sejak malam dimana aku mencoba menemuinya dikosan namun hanya ada Sinta dan kemudian dia melihat ku dengan Sinta. Dia akhirnya lebih memilih memutuskan untuk pergi dari kosan. Menjauh dariku sejauh mungkin

Ini semua salah ku. Salah ku karena menerima permintaan Sinta saat itu. Dan saat ini aku harus kehilangan gadis ku sekaligus sahabat ku juga. Ya sejak saat perginya dia, aku sudah mengklaimnya sebagai gadisku. Tidak salah bukan?

Dia memang gadis ku. Bahkan kami sempat akan menikah meskipun semua itu harus batal karena ulah ku sendiri. Penyesalaan memang datang diakhir. Disaat gadis bar-bar dan menyebalkan itu sudah pergi, justru aku baru menyadari perasaanku untuknya. Aku menghela nafas kasar memikirkan kebodohan ku itu.

Dan yang lebih menyakitkannya disaat akun instagramnya kembali aktif, disaat itu juga dia langsung mengunggah foto pria yang memunggungi kamera, dengan caption.

Tidak semu namun nyata

Membuat amarah dan rasa cemburuku muncul. Apa dia harus mengunggah foto pria langsung disaat dia baru kembali aktif?

Aku tahu itu diskripsi untuk kebahagiaan yang ku berikan padanya. Namun tidak semua semu dan palsu. Aku benar-benar ingin membahagiaankannya saat itu. Semua perhatian yang ku curahkan untuk nya saat itu nyata dan dari hati ku. Tetapi karena niat awal ku yang salah jadi semua yang ku lakukan akan terlihat salah.

Entah kenapa emosi ku pun tak bisa ditahan saat melihat foto itu. Aku tidak rela jika dia mengunggah foto pria lain di media sosialnya. Apalagi aku tahu, semua foto ku sudah dia hapus dari akunnya itu. Tidak ada lagi tentangku dan mungkin itu berlaku juga dalam hidupnya. Aku pun langsung menulis dikolom komentar semalam. Masa bodo dengan netizen yang akan kembali heboh karena jejak komenku di akun Instagramnya. Aku tak masalah tentang itu, jika hal itu bisa membuat Nova muncul, akan aku lakukan berulang kali hingga dia jengang dengan kelakuanku.

Saat melihatnya instagramnya kembali aktif. Aku langsung mengirim pesan. Aku tida ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, dan aku bersyukur dia membalasnya meskipun itu balasan sinis.

"Merasa dihukum he,"

Tentu saja aku merasa dihukum, jika dia pergi menjauh dari ku saat rasa ini belum muncul mungkin tidak akan ada efek sedahsyat ini dalam hidup ku. Mungkin juga aku hanya perlu minta maaf dengan tulus. Namun dia pergi menjauh dari ku saat rasa ini entah sejak kapan tumbuh untuknya. Membuat aku tak bisa melewati hari-hariku seperti dulu lagi. Rasanya ada yang hilang saat dia pergi.

Setiap hari aku selalu memikirkannya, dan tidak jarang juga pertandingan dan latihanku terganggu karena aku yang tidak bisa sepenuhnya fokus. Semua itu karena aku merindukannya, merindukan setiap tingkah gadis bar-bar yang slengean sepertinya itu. Aku sangat amat merindukannya. Aku merindukan rentetan pesan darinya.

Aku pun langsung mengetik balasan untuknya, takut-takut dia akan kembali off. Balasan darinya pun cukup singkat.

"Aku tidak tahu dan tidak ingin tahu."

Dan saat aku membalasnya lagi. balasan yang aku terima dan paling membuat ku kembali berpikir adalah.

"Tidak menghindar hanya saja usahamu dan siapa pun itu yang kau maksud tidak lebih besar dari usahamu saat membuat kebahagiaan semu."

Itu lah balasan darinya. Apa iya? Usaha ku untuk bertemu dengannya tidak lebih besar saat dulu aku ingin membuat Sinta bahagia dan akhirnya terjadilah kejadian yang selalu membuat Nova berpikiran kebahagiaan yang ku berikan hanya kebahagiaan semu. Omong kosong.

Itu semua tidak benar. Sudah ku katakan bahwa aku sungguh ingin membuatnya bahagia. Terlepas dari permintaan yang Sinta ajukan pada ku. Salah ku hanya, aku mengatakan ragu menikah dengannya. Harusnya aku tak usah mengatakan hal itu malam itu.

Aku pun mengetik balasan kembali untuk Nova. Ku harap kali ini aku bisa bertemu dengannya kembali.

"Kamu salah, Nov. Aku sungguh ingin melihat mu bahagia bersamaku terlepas dari permintaan Sinta."

Namun semenit

2 menit

3 menit

30 menit

Tidak ada balas darinya lagi. Hilang sudah harapan ku untuk bisa bertemu dengannya kali ini. Namun aku tidak boleh putus asa. Seorang Fajar Alfian tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan membuktikan pada gadis menyebalkan itu bahwa usah ku jauh lebih besar untuk mendapatkannya kembali dalam hidup ku.

Seorang Fajar Alfian tidak akan menyerah begitu saja. Jika dia mudah menyerah, dia tidak akan mungkin menjadi atlit yang menyabet gelar juara dan emas tingkat internasional atau pun nasional. Akan aku perjuangkan dia yang telah mengambil separuh hatiku itu.

"Kamu melupakan aku seorang Fajar Alfian gadis menyebalkan." gumam ku tersenyum sambil menatap ponsel ku yang menampakkan wajah Nova yang tersenyum ceria kearah kamera.

"Aku akan mendapatkan mu kembali." tekatku.

Apa pun yang akan aku terima darinya aku akan tetap mengejarnya. Aku harus tetap berusaha mengejarnya sampai dia kembali dalam pelukan ku lagi. Itu lah tekat ku.

"Bengong mulu, ayuk latihan." toyoran pada kepalaku pun aku terima. Aku mendengus melihat siapa yang baru saja melakukannya.

Siapa lagi kalau bukan Rian. Si irit bicara itu lah yang melakukannya.

"Lo ganggu gue aja. Mending lo duluan deh." gerutu ku tak suka.

"Cepet deh jar. Udah ditunggu sama pelatih di lapangan ogeb,"

"Tinggal lo duluan si kenapa Rian Ardianto." ujar ku kesal. Dia memang kadang terlalu usil untuk urusan berlatih.

Aku pun memasukan semua barang yang akan ku bawa latihan. Apa lagi kalau bukan dua raket dan handuk untuk membersihkan keringat kedalam tas ku.

Aku mendengus melihat Rian yang justru leyeh-leyehan diatas kasur.

"Lo nyuruh gue cepet-cepet tapi lo sendiri malah leyehen kek gitu." gerutuku.

Giliran Rian yang mendengus tidak suka.

"he gue mah udah beres lah, tinggal cus doang. Emang lu lelet kaya siput."

"Gue juga udah beres lah. Cepetan entar disemprot sama babeh." ujarku.

Aku pun langsung melangkah kan kaki ku keluar dari kamar. Aku bisa di getok pake raket kalau telat sampai lapangan. Rian pun mengikuti ku dari belakang.

Kami berdua menggunakan motor seperti biasa untuk sampai di tempat latihan para atlit.

Tidak butuh waktu lama kami untuk sampai ditujuan kami. Karena tempatnya tidak jauh dari basemen.

Aku dan Rian pun langsung bersiap-siap untuk berlatih setelah sampai di lapangan..

"Setelah selesai, aku akan mencari mu." ujar dalam hati.

Akan aku buktikan pada dia bahwa apa yang aku lakukan selam ini juga tulus. Akan aku buktikan bahwa apa yang ada dipikirannya selama ini salah. Meskipun aku tahu aku pernah melakukan kebodohan itu.

Bersambung..

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now