#07

566 31 0
                                    

Happy Reading

Hari-hari yang cukup menyita waktu dan pikiran membuatku semakin lelah. Tugas kuliah yang menumpuk, ditambah harus ngajar dan lainnya. Apa lagi ditambah aku juga tidak bisa nonton Fajar/Rian tanding. Ya, mereka kan lagi tanding di ajang Swiss Open 2019 . Entah itu juga sudah selesai apa belum aku tidak tahu, hiks. Tugas oh tugas kenapa kau sangat banyak sih. Pengen nangis jadinya kan.

Otak juga, kenapa ngandet gini sih? Macam jalan Jakarta kalau hari kerja, macet parah. Ngga bisa jalan. Bapak-ibu anak mu ini ngga kuat. Tapi harus kuat sih. Masa calon guru masa depan putus asa, lembek bin leyor kaya gini. Hih amit dah.

Oh, apa kabar dengan Sinta? Dia baik ko, sangat baik. Tugasnya yang dulu ditolak sudah beres bin lancar. Awalnya aja dia ngga mau ku bantu tapi akhirnya mau juga. Ya ya lah, sepikir kerinya aku ngerjain tugas. Itu tugas aku pikir juga buk. Ngga aku gantungin macam jemuran basah. Apalagi digantung macam harapan.

Dan apa kabar dengan rasa ini? Ngga baik. Rasanya aku kaya hidup tapi ngga punya nyawa. Ya ilah, mati dong? Iya kaya mayat idup ajah gitu. Aku juga belum bilang sama Sinta kalau aku suka Mr. Badminton yang jail, resek dan nyebelin itu. Kalau di tahu, bet. Habis aku diceramahi Sinta.

Iya lah, orang aku pernah bilang kalau aku si ogah punya pacar nyebelin, kepedean kaya Fajar. Tapikan itu semua kan karena awal pertemuan yang kurang enak. Apalagi muka judes sama nyebelin ya Fajar waktu itu. Bener-bener minta di tampok pake bola voli.

"Awas loh!! Nanti kamu suka lagi sama tuh cowo!" ujar Sinta yang menyikut lenganku waktu itu.

"Hidih sorry ya nyonya dalil! Aku ngga akan suka.  Juga ogah aku punya cowok nyebelin dan kepedean kaya cowok itu!!" vonis ku. Ngga mungkin aku suka sama cowok yang main berdiri ajah di depan mobil orang kaya gitu. Mending kalau mobil berhenti. Itu kan lagi jalan.

"Jangan gitu. Nanti malaikat catat omongan kamu dan membalik hati kamu jadi suka dia gimana?" terang Sinta yang menggadeng tangan masuk kemobil. Setelah keluar dari rumah dosen.

"Jangan gitu dong!! Malaikatnya juga lagi bobo cantik, tadi WA aku." ujarku yang langsung duduk di kursi kemudi.

Ya, sepertinya Malaikat utusan Tuhan sudah membalikan hati ku menjadi mencintainya. Aku termakan omongan ku yang katanya ngga suka sama cowok kaya Fajar. Tapi justru aku sekarang mencintainya. Tuhan, Engkau memang maha membalikan hati manusia.

Jadi aku mohon juga balikan hati Fajar agar mencintai ku juga hiks. Meskipun itu agak tak mungkin sih. Tapi aku juga tidak tahu apa yang akan terjadi jika Fajar tau kalau aku mencintai dia. Hah, cinta memang rumit. Serumit kombinasi rumus kimia dan fisika.

"Bengong aja!! Udah kaya kebo." celetuk Sinta yang langsung duduk disampingku. Aku hanya melengos. Hadeh disiang bolong ini aku sedang duduk di taman kampus, yang setidaknya bisa sedikit meredam panasnya matahari dan otak.

"Mikirin apa sih kamu?" tanya Sinta lagi. Aku pun meliriknya sejenak "lagi mikirin Fajar." ujarku dalam hati. Yaelah masa aku mau jawab kaya gitu. Ngga mungkin lah.

"Mikirin bu Muput." ceplosku asal. Sinta mendelik mendengarnya.

"Ngapain mikirin bu Muput?" tanya Sinta dengan muka keponya. Tumben kepo? Biasanya lo-lo gue-gue.

"Dari pada aku bilang aku mikirin Rian. Nanti ada yang marah lagi!" balas ku enteng. Ya, ngga tahu sama yang disamping ini?  Mungkin udah malu, hihi. Iyalah orang dia suka sama Rian.

Awalnya aku juga tidak menyangka dia menyukai Rian, tapi dilihat dari bagaimana sikap Sinta setiap kali nama Rian disebut. Aku simpulkan jika sahabatku itu menyukai Rian. Apa lagi tingkah malu-malunya itu.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now