#11

467 28 0
                                    

Happy Reading

Kehebohan terjadi di kampusku, entah ada apa, tapi samar-samar aku dengat dari beberapa mahasiswa yang lewat katanya ada atlit bulutangkis didepan sana. Memangnya siapa sih atlit bulutangkis itu? Lalu tumben sekali kampus kedatangan atlit, biasanya kan bukan atlit.

Aku dan Sinta pun sampai dihalaman kampus, kami hendak keluar kampus tapi sepertinya harus menerobos kerumunan mahasiswi yang sedang berteriak histeris memanggil-manggil nama Fajar/Rian dan beberapa mahasiswa yang juga ikut melihat ganda putra itu. Apa!!! Fajar/Rian? Aku dan Sinta pun kompak saling berpandangan.

"Iss mereka norak banget sih, Fajar/Rian kesini kan mau ketemu aku pastinya." celetuk mahasiswi yang_itu lah kalian juga tahu. Aku melirik Sinta yang sedang bosan mendengarkan si Lia itu. Bukannya tak suka, tapi penjuru Fakultas keguruan sudah tahu bagaiman Lia itu.

"Hah, kamu serius Li?" Ara temen Lia bertanya tak percaya. ck sok mengada-ada. Lia pun mengangguk dengan muka yang dibuat serius.

"Kalaian tau? Fajar tadi malam udah DM aku. Katanya dia emang mau kesini." ucap Lia dengan gaya yang sok-nya, membuat teman satu gangnya merasa takjub.

Aku pun menghela nafas, lalu menarik Sinta untuk melewati geng super duper alay milik Lia itu. hiss membayangkan kealayan mereka bertiga membuat bulu kuduk ku berdiri semua. Meksipun aku sama alaynya juga sih, tapi mendengar kealayan Lia membuatku bergidik.

"Ih ada bocah kembar, paling mau minta tanda tangannya my unche Fajar." ceplos Lia. Sedangkan teman se-gangnya tertawa renyak seakan itu lelucon. Langkah ku pun berhenti. Iya, dia pasti lagi menyindir ku dan Sinta. ck siapa lagi memeng yang bakal disindir dia? Orang yang baru lewat aja cuma aku dan Sinta.

Aku membalikan tubuhku sehingga menghadap si alayers Lia setelah mengkondisikan mimik wajahku menjadi songong bin penteng-tengan, ceilah mengkondisikan.

"Kaya ada yang ngomong, tapi kok wujudnya ngga ada ya, Sin?" ujar ku sambil celingukan. Sinta pun mengangguk lalu celingukan. Seperti Sinta juga berniat menggoda Lia and the gang.

"Aku juga dengar sih, tapi bentar!!" Sinta mengendus-endus seakan mencium bau sesuatu.

"Bau pandan sama bunga melati, jangan-jangan." Sinta melirikku. Aku ingin tertawa melihat wajah Sinta yang begitu menjiwai itu.

"Ini kampus ada hantunya." ceplos ku lalu terbahak. Sedangkan lyia sudah memerah menahan kesal.

"Heh luh kira gue hantu ha! Songong amat luh berdua, mau gue aduin sama Fajar?" ancam Lia. Hidih mangga,aku sih ngga takut. Fajar ajah takut, yang ada tuh orang gue ajak adu mulut deh.

"Aduin aja Li, bocah kembar ini harus dikasih pelajaran. Biar ngga kurang ajar." Lia melirik kearah Ara lalu menatap ke arah ku tajam. Bukannya takut aku malah terkekeh meremehkan.

"Gini ya, mbak-mbak ku yang cantik and alayers s nya lima. Kalian mau ngadu ke Fajar atau ke pak Ucup si satpam kampus sekalian juga aku ngga takut!! Dan mbak kira aku tadi ngga di ajar apa? Sampai mbak mau repot-repot ngajar aku."

"Mbak ngancem kaya gitu, kaya Fajar kenal mbak ajah." kekeh ku. Sinta yang disamping ku pun ikut terkekeh. Dia tahu, bagian kaya gini adalah makananku. Apalagi menghadapi Lia dan gengnya yang memang selalu saja mengusik ketenangan orang lain.

"Lo emang harus dikasih pelajaran, dan gue bakal buktiin kalau Fajar emang kenal sama gue, bahkan kita berdua itu deket." Lia menatapku tajam.

"Ok, mana buktinya? Dan silakan saja kalau mbak mau ngajar aku. Dengan senang hati aku terima."

"Cari mati lu, Nov." bisik Sinta sambil terkekeh kecil.

Lia pun menembus kerumunan mahasiswi yang sedang meminta foto dan tanda tangan, setelah sampai dia pun seperti sedang membicarakan sesuatu dengan Fajar, dengan gaya super duper nyebelinnya. Sayangnya aku tidak dengar mereka ngomong apa. Tapi sepertinya tentangku, buktinya Fajar/Rian langsung melangkahkan kakinya ke arah ku dan Sinta tentunya juga dengan dua temen lia.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant