#25

445 21 0
                                    

Happy reading all...

Pagi yang indah pukul 08.30 Nanning, Tiongkok.

Aku dan mbak Aul akhirnya sampai di salah satu hotel yang ada di kota Nanning, Tiongkok ini. Kalian tahu, aku hampir saja berlari keluar dari bandara Soekarno-Hatta saat pesawat akan take-off. Aku benar-benar ketakutan dan tidak punya keberanian. Ya walaupun itu semua baru ada dalam pikiran ku saja. Mana berani aku keluar pesawat saat aku sudah duduk didalamnya.

Ini adalah hal yang paling memalukan dalam hidup ku karena baru pertama kali menaiki pesawat terbang keluar negeri. Jantungku seperti hampir copot saat pesawat dengan kecepatannya mulai tak menapakkan rodanya di landasan

Dan saat tiba bandara negeri ini, aku pun lebih memilih mengistirahatkan tubuh ku didalam kamar hotel yang cukup besar ini. Membiarkan mbak Aul membereskan barang-barang yang kami bawa. Aku hanya membawa satu koper sedangkan mbak Aul sipemaksa itu, membawa dua koper besar yang aku sendiri tidak tahu isinya apa.

"Ini baju kamu mau sekalian apa dibiarin ajah?" Mbak Aul menatap tanya kearahku. Aku pun meliriknya dari atas kasur king size.

"Ya sekalian lah. Mbak ngga liat aku tadi udah kaya ayam telo." balasku dengan wajah yang sudah kuyu ini. Bagaimana pun mabok perjalanannya masih aku rasakan sampai saat ini.
Mbak Aul terkekeh melihat ku dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Harusnya aku tadi vidio ya Nov, biar bisa ku kirim ke mas Restu. Pasti dia ngakak abis di kantor liatnya." Mbak Aul lalu terkekeh.

Aku mendelik tak suka. Bisa-bisanya dia punya pikiran seperti itu. Ya meskipun delikan tajam ku percuma, mbak Aul juga ngga bisa liat aku.

"Mbak mah gitu. Ini semua juga gara-gara Mbak Aul." ketus ku tak suka.

Bagaimana aku tidak kaya ayam telo. Keadaan ku yang payah saat pesawat baru saja cuss langsung membuat mbak Aul dan pramugari kalang kabut. Perutku yang terasa diaduk-aduk, kepala pusing dan pasti ingin muntah udah ngga tahan pokoknya. Pengen cepet-cepet mendarat, namun pesawat baru saja lepas landas, kan nggak mungkin.

Dan saat waktunya mendarat, itu adalah hal yang paling membahagiakan dihidupku. Aku langsung ngacir keluar dan langsung plonggg. Rasanya hilang sudah bebanku yang ada selama di pesawat.

"Pagi ini mau disini aja apa mau jalan-jalan, Nov?" tanya mbak Aul yang sudah selesai membereskan semua pakaian. Aku pun bangkit dari acara rebahan ku.

"Mbak kalau mau jalan, jalan aja. Nova sini aja lah, males jalan." ujarku yang kemudian menyambar sebotol air mineral yang tersedia. Tenggorokan ku rasanya butuh penyegar karena terlalu kering.

"Oke deh..tapi nanti sorean dikit kita harus jalan sambil nunggu wakil indonesia tanding." Aku melirik mbak Aul yang sudah duduk di single sofa yang ada di kamar.

"Emang jadwalnya jam berapa?" Aku benar-benar tak menyangka jika harus langsung menonton. Padahal badan ku masih butuh istirahat.

"Sekitar jam tujuan..kayanya." ujar Mbak Aul sedikit ragu.

Aku pun mengangguk sebagai jawaban. Sudah sampai siji jadi harus aku jabanin. Sekalian juga kalau gitu, jalan-jalan disekitar sini, jarang-jarang kan bisa keluar negeri, apalagi ini gratis. Mari kita manfaatkan sebaik mungkin, hihi.

Setelah istirahat dengan cukup, aku dan mbak Aul pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari hotel untuk mengeksplor keadaan disekitar sini.

Kami pun memutuskan untuk menuju pusat perbelanjaan terbesar di kota Nanning ini. Untung saja hotel yang dipesan tidak terlalu jauh dari pusat perbelanjaan, sehingga kita hanya perlu berjalan beberapa menit saja. Lama menjelajahi pusat perbelanjaan yang ada di kota ini. Aku dan mbak Aul mulai mencari angkutan umum untuk mengantar kami menuju restoran yang cukup terkenal di sini.

"Bisa Mbak bahasa mandarin?" tanya ku yang sudah masuk kedalam taksi yang dipesan mbak Aul.

"Nggak." ujarnya sambil tersenyum. Aku pun langsung menepuk jidatku. Mana aku hanya tahu kata terimakasih dan tidak saja lagi.

"Google kan bisa Nov, kalau ngga pake bahasa inggris lah." ujarnya. Aku pun hanya bisa menghela nafas pelan. Sudahlah serahkan saja semuanya pada mbak Aul.

Benar saja mbak Aul mengeluarkan jurus mbah googlenya dan bahasa kalbunya untuk berinteraksi dengan bapak supir yang membawa kami ini.

Tidak butuh waktu lama kami pun sampai dan mbak aul mulai berinteraksi untuk memesan menu makanan yang ada. Sedangkan aku? Aku hanya diam menonton mereka berinteraksi. Untung saja pelayanan disini sedikit bisa menggunakan bahasa inggris sehingga mbak Aul tidak perlu menggunakan bahasa kalbu kembali.

Pelayan pun tersenyum dan pergi untuk memberikan pesanan kami agar segerah di buatkan.

Lima menit menunggu pelayan pun kembali datang dengan membawa pesanan kami. Setelah mengucapkan terimakasih, kami pun langsung melahap makanan dengan rakus seakan belum makan selama seminggu.

Ha, salahkan saja keadaan ku saat berada didalam pesawat sehingga aku seperti sekarang ini. Makan seperti orang kerasukan. Apalagi saat di hotel aku hanya memakan cemilan ringan.

"Mbak, kita disini berapa hari?" tanya ku setelah menyelesaikan suapan terakhirku.

Mbak Aul melirik ku sekilas lalu melanjutkan memakan makanannya.

"Dua atau tiga hari."

"Ihh ko lama banget." ujarku. Mbak Aul mendengus menatapku. Aku tebak dia akan protes.

"Lama itu seminggu, Nova..dua atau tiga hari mah sebentar, belum lagi nanti kalau bos kulkas Mbak nelpon nyuruh pulang...riwayat mungkin kita cuma sehari doang disini." ujarnya menggebu-gebu.

Aku terkekeh melihat wajah kesal mbak Aul. Haha mbak Aul dengan bos nya memang tidak bisa akur tetapi tidak bisa berjauhan terlalu lama juga. Aneh. entah mengapa.

"Nikmati saja, Mbak." kekeh ku.
Mbak Aul mendengus tak suka.

"Nikmati sirah mu. Aku kerja udah kaya kerja rodi, ngga ada liburnya." Ia mulai mengeluarkan unek-uneknya itu.

"Lah udah risikonya kek gitu. Mau gimana lagi." ujarku menimpalinya.

"Iss sebel aku sama si kulkas itu, Dek, kalau bisa mah aku lapor ke mas Restu biar dia ditahan aja karena nyiksa aku kek gini." tutur mbak Aul.

"Bener mau ngadu sama mas Restu?" goda ku. Mana berani mbak Aul mengadu. Meskipun mengadu ia tak akan meminta mas Restu untuk menahan bosnya itu. Mana ada orang yang tak melakukan kejahatan bisa ditahan, hihi.

Mbak Aul pun berdecak sebal. Aku tertawa girang melihat raut wajah kesalnya itu.

"Yang penting cuan Mbak." ujarku mulai menghiburnya.

"Tapi lama-lama umurku yang nggak panjang, Nov." keluh mbak Aul. Aku hanya bisa menggeleng geli mendengarnya.

Bersambung..
Maaf part nya pendekk. Nexs part ya..

Terimakasih yang udah vote. Semoga dibalas sama yang maha kuasa..

Maaff juga kalau banyak typo yang bertebaran..

Selamat berpuasa..
Semoga lancar ya..

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now