#29

544 31 0
                                    

Happy Reading

Bolak balik layaknya setrikaan panas diatas baju kusut adalah keadaan ku saat ini. Bedanya aku bolak balik antara basmen tempat Fajar tinggal dan juga kosan ku. Ya, sudah lebih dari satu minggu, mungkin. Aku bolak balik kesana-kemari dan itu artinya aku juga sudah pulang dari Tiongkok.
Itu adalah hal yang sangat ku tunggu, namun hal yang paling menyeramkan juga, karena otomatis keadaan ku akan sama persis seperti saat berangkat kesana. Tapi, aku bersyukur karena saat pulang tidak terlalu hah seperti ayam telo.

Balik lagi ke topik si bolak-balik. Setelah pulang dari sana ku kira aku bisa bebas kembali, tetapi na'as nya aku hihi, si nyebelin alias Mr. Badminton itu ba-tiba jadi aku yang ngurus. Entah asal muasalnya dari mana aku pun tidak tahu. Yang jelas aku kembali seperti dulu, dekat dengannya kembali. Bahkan entah pergi kemana atau terhempas kemana kekecewaan yang selama ini ku alami. Semua itu menghilang seiring dengan aku kembali tersenyum karenanya. Dia juga sudah meminta maaf langsung padaku waktu itu.

Dan seperti yang sudah ku katakan saat Fajar masih tak sadarkan diri, bahwa jika dia siuman, aku akan kembali padanya. Meski tak secara langsung. Tapi aku kan tetap menepati ucapan ku itu. Terlepas dari nantinya aku akan tetap bersamanya atau hanya sebatas sahabat. Aku tak masalah tentang itu.

Dan ku mohon Tuhan, jika suatu saat nanti aku kembali tersakiti olehnya, ku harap itu tak sebanding dengan kebahagiaan ku saat ini. Kebahagiaan ku yang dulu memang terkesan buatan, saat ini entah lah. Ku rasa saat ini kebahagiaan itu murni datang untukku. Sinta, si nyonya dalil dan Rian si irit bicara, aku dengan mereka juga sudah kembali seperti semula. Tidak ada salahnya kan jika aku berhenti berlari dan menerima segalanya yang sudah terjadi. Toh berlari terus menerus hanya membuat tubuh ku kurus kering. Lebih baik aku berhenti dan mencoba merangkul semua kembali. Seperti apa yang mas Restu pernah katakan padamu dulu.

Kadang jalan tak semuanya mulus, batu krikil, macet dan segalanya menjadi hambatan sekaligus tantangannya sendiri. Begitu pun jalan takdir. Tak semuanya mulus, pasti ada hambatannya. Itu sudah pasti ada, entah dalam bentuk apa saja. Bisa juga kebahagiaan. Jika kita diberikan kebahagiaan namun menjadikan kita lalai kepada sang pencipta, kebahagiaan itu akan menjadi bumerang untuk kita dan itu sudah jalannya.

Ekhem...

Deheman dari seseorang membuat ku mengalihkan pandangan pada seseorang yang baru saja datang. Dia tersenyum sambil mendaratkan pantatnya pada sofa yang juga ku dudukki. Saat ini kami ada di apartemennya.

"Kamu nonton tv apa ngelamun." ungkapnya yang mencoba mencari tayangan yang bagus.

"Nonton lah." balas ku cuek.
Fajar hanya mengangguk mengerti. Pria itu meletakan remot lalu menatapku. Aku yang merasa menjadi objek tatapannya pun balik menatapnya.

"Kamu apa-apaan sih ngeliatin aku kek gitu?" ujarku tak suka.

"Kamu cantik." ceplosnya tanpa mengalihkan pandangan. Aku harap pipiku tak berubah menjadi merah karena ulah si-jail Fajar. Selain jail dijuga suka menggoda akhir-akhir ini.
Siapa yang tidak baper jika terus digoda. Ohh hati kuat kan mentalmu nak. Jangan sampai terbuai kembali oleh pria disamping mu itu.

"Baru tahu, kemana aja kamu." sindirku. Fajar terkekeh menanggapinya.

"Iya, emang kamu cantik dari dulu ya." Senyumnya itu membuat ku mengalihkan pandangan sejenak.

"Kamu muji apa ngejek." ujarku kesal. Karena dia malah menunjukan wajah yang, argggg ntah lah.

Fajar tertawa keras membuatku semakin kesal.

"Apaan sih, berhenti nggak? Aku timpuk pake bantal nih." ujarku mulai mengangkat bantal keatas.

"Aaa aku ngga bisa berhenti tertawa sayang." ujar Fajar sambil mencoba berhenti tertawa.

Sedangkan aku langsung terdiam dan tersenyum mendengar panggilannya itu. Dia memanggilku sayang? aaaa ngga salah itu, tapi senangnya hihi.. ayo lah jangan tunjukan wajah bahagia mu Nov Nov nanti dia akan kepedean.

Jaga juga ekspresi mu itu. Jangan sampai dia merasa kamu mudah dirayunya kembali.

"ah ya udah, aku mau pergi."  Aku bangkit dengan wajah kesal.

"Okok aku berhenti ketawa."

Fajar pun mencekal pergelangan tanganku, membuatku otomatis berhenti.

"Duduk!" ujarnya. Saat aku hanya berdiri sambil  menatap nyalang kearahnya.

"Ayo lah jangan menatap ku seperti  itu, aku kan bercanda." Fajar menyengir kearahku. Mencoba merayuku yang masih memasang wajah kesal.

Aku pun duduk kembali disampingnya..

Satu menit..dua menit dan dia hanya diam, nyaman dengan tayangan tv.

Asemm dah, aku dicuekin..
Aku pun akhirnya mengambil  oppo cantikku. Baru saja aku membuka menu oppo ku. Aku dibuat terdiam.. kalian mau  tau karena apa??
Karena tiba-tiba. Dia meletakan secarik kertas.

Jadilah bidadari dalam hidupku untuk saat ini dan selamanya.

Aku menengok kearahnya yang tersenyum dengan sangat manis. Alloh, begitu sempurna ciptaan Mu itu. Namun aku tak tahu apa maksud dari tulisan yang dia tulis itu. Apa dia ingin memulai semuanya dari awal kembali? Tapi apa benar?

"Jangan mulai." ujarku sambil menatapnya sejenak.

Dia merubah mimik mukanya begitu mendengar ucapan ku.

"Lalu harus bagaimana jika aku ingin memulai hubungan suci bersamamu, jika aku tidak boleh memulainya sekarang?" suaranya terdengar tenang namun penuh penekanan juga.

Aku hanya bisa terdiam. Harus aku jawab apa pertanyaannya itu.

"Aku ingin memulai hubungan yang pernah tertunda diantara kita. Aku ingin memulainya dari awal bukan melanjutkan yang sudah pernah terjadi. Aku ingin membahagiakan mu dengan caraku bukan dengan cara orang lain. Aku ingin kamu bahagia karena ku, bukan karena orang lain. Karena kamu bidadariku, bukan bidadarinya dia atau mereka. Kamu hanya untukku bukan untuk yang lain. Karena itu izin kan aku membahagiakan mu." Tak ada keraguan dalam matanya itu, namun hal itu membuat ku teringat dengan hal yang serupa setengah tahun lalu.

Hal yang dia lakukan saat di taman. Dia juga mengatakan ingin memulai hubungan yang serius dengan ku, namun nyatanya itu hanya desakan Sinta. Nyatanya semua itu hanya rencana mereka.

Aku pun menunduk kembali. Apa kali ini dia benar-benar ingin memulai? Atau hanya karena rasa kasihan? Aku pun menatapnya.

"Pikir baik-baik, Fajar. Apa yang kamu katakan bisa membuat harapan untuk orang lain."

"Aku sudah memikirkannya baik-baik, Nov. Aku juga mohon jangan ingat kesalahanku sebagai ketidak tulusan ku. Aku tahu kesalahan ku tidak mungkin termaafkan. tapi percayalah, seiring berjalannya waktu semua yang kulakukan tulus." Fajar menatap dalam mataku. Menunggu jawaban yang ingin dia dengar dari ku. Namun rasanya aku tak bisa mengatakan apapun saat ini.

Tiba-tiba suara ku tercekat. Untuk mengeluarkan satu kata pun rasanya sangat sulit. Apa ini karena aku masih tak bisa memaafkannya? Atau apa aku tak bisa lagi percaya padanya?

"Nov." Fajar menyadarkan ku dari lamunanku.

"Bisakah kita memulai semuanya dari awal?" Fajar kembali bertanya padaku.

"Aku..."

Hai semua..
Akhirnya aku bisa update lagi..
Insyaallah ini part pembuka ku untuk  mulai lanjutin ceritaku  ini..
Terimakasih yang udah pada baca dan vote..
Yang belum vote,aku tunggu  loh vote dari kalian..tuh logo bintang disebelah kanan atau kiri ya??kalau ngga salah kiri deh 😅nah itu kan guna nya buat vote ya kawan 😂😁😉

Jadi nyok pada pencet tuh bintang dan otomatis kalian ngasih dukungan ke aku ini 😊😊

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now