#26

475 25 0
                                    

Sekali lagi makasih buat yang udah vote ya..

Happy reading..

Pukul 19.30 waktu Nanning..

Sudah banyak orang yang duduk ditempatnya dengan tenang dan ada juga yang bersenda gurau sambil menunggu pertandingan yang akan dimulai.

Aku dan mbak Aul pun sudah duduk ditempat kami yang sangat strategis menurutku. Mbak Aul sangat pintar memesan tempat duduk yang bisa melihat dengan jelas keadaan yang akan terjadi didalam lapangan pertandingan. Entah harus merogoh kocek berapa mbak Aul untuk mendapatkan kursi ini. Aku menggeleng, tak perlu tahu lah, yang jelas pasti tidak murah.

Aku tiba disini setelah mengisi perut dan berjalan-jalan sebentar dipusat perbelanjaan yang sangat membuat ku merinding..
Bagaimana tidak merinding, ternyata harga didalam sana sangat menguras kantong, meskipun bukan aku yang bayar sih hihi. Tapi tetap saja, aku yang ikut melihat cukup geleng-geleng kepala.

aaaaaaa

Teriakan penyemangat dan tepukan dari penonton juga mbak Aul yang ada disamping ku mampu membuat gendang telingaku berdenging. Hingga aku mengikuti arah pandang mereka yang ternyata mengarah pada lapangan bulutangkis.

Disana, didalam lapangan sudah masuk pemain atau ganda putra yang akan menjadi lawan untuk indonesia.
Tampang mereka memang cukup membuat kaum hawa berteriak hesteris. Gimana tidak histeris, wong muka mereka cakep-cakep.

"Ganteng kan, Nov?" gumam Mbak Aul tanpa mengalihkan perhatiannya. Seperti mbak ku satu itu juga terpesona dengan wajah para atlit itu.

"Iya." jawab ku pendek.

Selang beberapa menit setelah memanggil lawan yang akan bertanding dengan Indonesia. Mbak-mbak, ngga tau lah itu siapa, beralih memanggil wakil Indonesia untuk segerah masuk ke lapangan. Aku membeku mendengar nama ganda putra indonesia itu. Aku kira yang akan bertanding adalah pasangan Ahsan/Hendra, ternyata aku salah. Kalian pasti sudah dapat menebak siapa mereka yang mampu membuat ku membeku di tempatku. Aku benar-benar tak tahu jika mereka lah yang akan turun hari ini.

Kekehan mbak Aul yang melirikku membuat aku kembali menormalkan kebekuan diriku.

"Baru denger namanya aja udah langsung kaku kaya mayat idup." Ceplos Mbak Aul sambil terkekeh lagi. Aku pun menekuk kesal wajahku. Saat-saat seperti ini masih saja menggoda ku.

"Mbaaakk." rengek ku tak suka.

Namun Mbak Aul justru tertawa kecil. Kemudian setelah puas menertawakan aku, dia pun mencoba menahan tawanya.

"Maaf maaf. Kamu bukan kaya mayat idup kok, Nov." ujar Mbak Aul.

"Iya lah aku bukan mayat idup." imbuhku kesal. Gila saja aku di samain dengan mayat idup.

"Tapi kaya murid ketemu guru killer." tawa mbak Aul pun kembali pecah. Aku segerah menutup mulutnya dengan kedua telapak tanganku. Iss Mbak Aul malu-maluin aja.

Penonton yang mendengar pun langsung menatap kearah kami dengan pandangan bertanya. Aku hanya bisa tersenyum malu kearah mereka. Mengisyaratkan bawa tidak ada apa-apa.

"Ihh bau tahu Nov tangan kamu." Mbak Aul melepas bekapan ku.

"Biarin. Mbak malu-maluin tahu." Mbak Aul menyengir tidak berdosa.

"Udah lah. Liat aja tuh pertandingan, katanya mau liat." potongku cepat saat mbak Aul sudah bersiap untuk membalas ucapan ku.

Mbak Aul pun mendengus kesal dan kembali fokus kearah lapangan.

Aku pun menghela nafas pelan lalu ikut mengarahkan indra penglihatan ku untuk fokus melihat objek yang ada didalam lapangan.

Disana terlihat sekali Fajar/Rian yang sedang fokus melakukan pemanasan sebelum pertandingan dimulai. Bulir keringat pun mulai muncul membasahi wajah tampan serta tubuh atletis mereka. Dan selang beberapa menit setelah pemanasan, pertandingan pertama pun dimulai saat wasit sudah memberi aba-aba.

Suasana didalam studio pun mulai gaduh dengan suara-suara teriakan menyemangati jagoan masing-masing dan beberapa benda yang sengaja dipukul agar menambah keseruan pertandingan.

Di dalam studio ini tidak terlalu banyak pendukung Indonesia, mungkin karena jaraknya yang jauh dan membutuhkan biaya yang tidak murah sehingga hanya orang-orang berduit lah yang bisa ikut menyemangati dan menghadir secara langsung pertandingan sengit ini.

Interval pertama dimenangkan oleh pasangan lawan.

Fajar/Rian pun memanfaatkan waktu interval untuk membasahi kerongkongan yang kering dan menyeka keringat yang berlomba-lomba turun membasahi wajah tampan mereka.
Saat wasit meminta mereka segerah masuk kembali kedalam lapangan, Fajar/Rian pun langsung kembali keposisinya. Mereka berdua harus cepat menemukan strategi untuk bisa keluar dari tekanan dan mengimbangi permainan lawan.

Strategi dan siasat harus mereka pikirkan cepat dan matang untuk melawan ganda putra yang sangat mahir memainkan dan menyebrangkan kok dengan apik kedaerah lawan.

Aku yang melihat sedikit bisa menyimpulkan bahwa Fajar/Rian cukup kesulitan mengimbangi permainan lawan mereka. Terlihat dari Fajar yang sering pindah posisi dengan rian dari posisi depan menjadi belakang dan begitu pun sebaliknya secara cepat.

Bulir-bulir keringat dan gurat kelelahan pun nampak terlihat jelas di wajah keduanya saat sorot kamera mengarah pada keduanya.
Sesekali mereka juga memanfaatkan waktu istirahat yang hanya sebentar, untuk sekedar menyeka keringat dengan handuk atau telapak tangan mereka yang juga basah karena keringat.

Tubuh, baju bahkan rambut pirang Fajar sudah sangat basah oleh air yang disebut keringat. Fajar atau Rian terlihat seperti dua orang yang sedang mandi keringat.

Sampai saking banyaknya keringat yang keluar dari dua ganda yang sedang bertanding, lapangan sampai licin hingga membuat mereka beberapa kali meminta petugas untuk membersihkan lapangan.

"Ekhem..serius amat ngamatin nya." suara dari samping ku yang tidak lain mbak Aul, membuatku mendengus tidak suka. Bukannya terlalu serius, hanya saja pertandingan cukup menegangkan menurutku.

"Yang mana tuh yang lagi diamatin? Si Fajar atau..." ucap Mbak Aul menggantung. Sontak aku pun meliriknya tajam. Jangan sok-sokan digantungin kaya jemuran. Jemuran aja kalau bisa protes mah ngga bakalan mau tuh digantungin. Pikirku wkwkw.

"Dua-dua nya." celetuk ku.

"Jangan kemaruk dong!! Satu ajah. Mbak juga mau lah satu."

"Hihh serah aku dong. Mbak kan udah punya si bos kulkas." ujar ku balik menggoda Mbak Aul.

"Hih jangan bawa-bawa si kulkas dong! males bingit bawa-bawa dia." Wajah Mbak Aul berubah menjadi kesal. Aku terkekeh melihatnya.

"Awas lo Mbak, jangan terlalu males sama si kulkas." bisikku tepat didepan telinga Mbak Aul.

Mbak Aul melirikku bingung.
"Kenapa emangnya?"

Aku menyeringai. Mbak Aul masih menunggu jawaban dariku.
"Kalau terlalu males, nanti jadi Malah Lebih Sayang," tekanku pada huruf awal.

Mbak Aul semakin cemberut dengan mata melotot melihat ku. "Sialan kamu, Nov,"

"Dari pada kamu harus waspada,"

"Waspada kenapa?"

"Waspada takut-takut nanti kejebak sama cinta yang sama." kekeh Mbak Aul.

"Sembarangan Mbak ini." setela mengatakannya aku pun kembali melihat kedalam lapangan.

Bersambung..

Mr. Badminton bakal hadir lagi.tunggu aja yahh.
Makasih buat yang udah mampir.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang