#30

565 25 0
                                    

Hai semuanya selamat membaca ya..
Happy reading..

"Aku..aku ngga bisa, Jar."
Akhirnya kata itu pun keluar. Saat ini mungkin aku memang belum bisa memaafkannya.

Ku lihat Fajar juga cukup terkejut dengan jawabanku. Namun memang hatiku masih terasa sakit saat mengingat semuanya.

"Kenapa? Apa karena kamu be..."

"Ya. Aku masih belum bisa melupakan semua yang terjadi dulu. Aku juga belum sepenuhnya memaafkan mu." ujarku.

Fajar terdiam sejenak. Pria itu menarik nafas dalam. Terlihat sekali jika pria itu tersakiti oleh ucapan ku.

"Apa tak ada lagi kesempatan untuk ku?" tanyanya.

Aku menunduk mendengar ucapannya itu. Sejujurnya kesempatan itu ada, namun hatiku yang belum siap untuk memberikan hal itu. Aku pun menggeleng sebagai jawaban.

Untuk beberapa saat hanya ada keheningan diantara kita. Sampai akhir Fajar kembali membuka suara.

"Jika memang karena kamu belum bisa memaafkan aku. Aku terima itu. Tapi aku juga tak akan menyerah dengan mudah, Nov."

"Jar." Aku menatapnya yang mencoba tersenyum itu. "Kita memang tidak bisa bersama." lanjut ku.

"Kata siapa? Semua orang bisa bersama, Nov. Asal kita mau. Saat ini kamu hanya belum yakin saja. Aku tahu itu."

"Ku mohon mengerti lah, Fajar. Kita tak bisa bersama. Jalan kita saja berbeda. Meskipun aku pernah berjan..." Aku terdiam, tak lagi melanjutkan ucapanku.

Bodoh, kenapa aku harus mengatakannya, tinggal mengangguk saja.

Setelah ini entah apa pertanyaan yang akan dilontarkan untuk ku, dan aku harus jawab apa jika dia bertanya. Ucapan menggantung ku itu.

"Berjan?" Fajar menatap penuh selidik kearahku. Tatapannya penuh dengan tanda tanya.

Aku hanya diam, mencoba mencari alasan yang tepat. Aku tak mungkin mengatakan, janji yang tak sengaja ku buat waktu itu. Bisa-bisa dia akan menggunakan hal itu untuk mencoba memulai kembali semuanya.

"Nova..jawab aku!!" bentak nya, karena aku hanya diam dan menunduk.

"Nova Maharani." tekannya lagi saat aku semakin menunduk takut padanya itu. Bayangan saja, aku baru mau bicara dia sudah meninggikan suaranya.

"aaa..aku.. aku ngga bisa kembali sama kamu." ujarku akhirnya tanpa menatap wajah fajar.

"Oke. Tapi kamu berjan apa? Kamu janji sesuatu kan? tatap mata aku dan jawab dengan jujur, Nova?" Berondongnya terus meminta penjelasan dariku.

"Aku..aku nggak bilang janji, Fajar. Kamu salah denger. Yang aku maksud berjalan." elak ku. Semoga Fajar mau berhenti bertanya.

Ku lihat Fajar berdecak mendengar ucapan asal ku.

"Jelas-jelas kamu mau bilang berjanji, bukan berjalan, tapi kamu urung. Sekarang jawab dengan jujur, kamu janji apa?"

Aku pun menggeleng tegas sebagai jawab.

"Kamu mau mempermainkan aku?!" suara Fajar semakin meninggi dan datar.

Aku mendongak. Dia bilang apa? Mempermainkan? Dia yang mempermainkan ku dengan mengatakan ingin kembali bersamaku. Sedangkan aku juga tahu kalau orang yang dia cintai adalah Sinta. Ditambah dia terus saja meninggikan suaranya.

"Kamu yang mempermainkan ku, bukan aku." jawabku sengit.

"Kalau keinginan ku saat ini kamu anggap mempermainkan, kamu salah. Amat salah Nova Maharani. Karena aku serius, sangat serius." ujar Fajar.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now