#27

472 28 0
                                    

FYI guys.
semua yang ada disini hanya karangan penulis yah, kecuali nama tokoh ganda dan beberapa tempat yang memang penulis ambil dari tempat yang pernah dijadikan tempat tanding mereka.

Happy reading.

Kalian tidak akan pernah tahu tentang hari esok akan jadi seperti apa. Kalian juga tidak akan tahu, waktu akan membawa kalian pada siapa, kemana, kenapa, dan mengapa. Hingga akhirnya saat kalian sadar, kalian akan bertanya-tanya tentang semua itu.

Saat waktu mulai menjalankan perannya, kalian hanya sanggup menjalaninya tanpa bisa bicara dan mengelak. Karena semakin mengelak waktu akan semakin membuat kalian terdesak oleh keadaan.

Seperti aku saat ini yang semakin terdesak oleh keadaan yang membuatku tidak bisa apa-apa. Setelah pertandingan usai, bukannya melakukan sesi pengalungan mendali dan lainnya. Dia justru terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Ingat itu, terbaring di ranjang rumah sakit, bukan di kamar hotel atau di rumah.

Semua itu mungkin salah ku. Bukan mungkin lagi, tapi memang slaahku. Harusnya aku memberinya kesempatan untuk menemui ku, dan berbicara seperti yang pernah ku katakan pada mas 'RDH. Tetapi aku justru tidak bisa menepati perkataan ku sendiri itu. Karena nyatanya aku masih sulit untuk bertatapan dengan dia. Aku masih sulit untuk berdamai dengan luka ku.

Karena itu lah aku justru mengikuti egoku yang menyuruhku menghindar dan terus menghindar dari dia. Membuatnya berlari dan terus mengejar ku. Membuatnya meninggalkan semua demi aku.

Gadis bodoh yang diklaim miliknya. Entah harus bersyukur atau marah. Yang jelas saat ini, semua yang terjadi padanya adalah salahku.

Aku menatapnya yang masih nyaman memejamkan matanya. "Bangunlah, aku mohon." cicit ku pelan.

Air mata belum mau berhenti mengalir dari pelupuk mata ku, sedari aku melihatnya-Fajar terbaring tak berdaya dijalan dengan darah yang mengalir dari tubuhnya. Tidak mau Fajar beralas aspal yang keras, aku pun membawanya dalam pangkuan ku dan air mata semakin deras turun dari pelupuk mata saat aku merasakan deru nafasnya semakin memelan saat itu.
Hingga saat ini dia yang sudah terpasang infus dan lainnya pun aku masih tak bisa menahan tangis ku.

Sebelum dia benar-benar memejamkan matanya, aku sempat melihatnya tersenyum dipangkuanku dan merasakan genggaman tangannya. Aku hanya bisa terisak dan memohon agar dia tetap terjaga sampai pertolongan datang padanya. Namun rasa sakit yang dirasakannya mungkin sangatlah sakit hingga membuatnya memejamkan mata.

Kejam kah aku membuatnya seperti ini? Ya, ku rasa begitu. Aku begitu kejam membuatnya hingga seperti ini. Aku begitu kejam dengan tidak memberinya kesempatan dan justru membuatnya terbaring lemah di ruang putih ini.

Dan ada kah yang bertanya kemana yang lain atau Rian dan mbak Aul? Meraka semua sedang mengambil alih semua acara yang seharusnya dihadiri oleh Fajar/Rian seperti acara pengalungan mendali dan yang lainnya, sedangkan mbak Aul dia sedang menunggu diluar. Wanita itu tak mau mengganggu aku yang sedang meresapi rasa bersalah ku ini.

Ya, akhirnya Fajar/Rian lah yang akhirnya menjadi pemenang pertandingan di Nanning. Meskipun awalnya sangat alot dan harus dengan perjuangan yang keras, namun mereka berdua tidak pernah menyerah dan terus berjuang hingga detik ini.

"Fajar." panggil ku dengan suara pelan. Namun Fajar masih setia menutup mata. Mungkin marah dengan ku.

"Bangunlah."

Aku pun terisak dengan menggenggam salah satu tangannya yang terbebas dari selang infus. Melihatnya seperti ini membuatku tidak bisa apa-apa, hanya menangis dan merasakan sesak yang teramat. Rasanya semua udara disekitar ku direnggut paksa dari ki, hingga aku kesulitan untuk bernapas dan berakhir sakit.

"Fajar ku mohon bangun, jangan seperti ini hiks..,"

"Aku mau kamu bangun. Aku mau kamu jaili lagi, aku ngga mau liat kamu kaya gini!!" ujar ku sedikit histeris. Sunggu ini tidak mengenakan. Rasanya begitu sakit, hingga aku pun tidak bisa menjelaskannya. Kenapa semua ini harus terjadi pada dia? Kenapa dia harus seperti ini hanya karena aku?

Aku bangkit dari dudukku lalu memeluk tubuh Fajar yang masih terbaring. Aku begitu lemah melihatnya seperti ini. Ku tumpahkan semua tangis ku padanya, agar dia dapat merasakan betapa hancurnya hati ku saat melihatnya seperti ini. Tak perduli jika dia akan marah nantinya. Aku tak perduli jika dia akan mengataiku karena aku menangis histeris seperti anak kecil. Jika dia bisa bangun, aku tak masalah tentang semua itu.

Sudah ku katakan bukan. Aku bukan wanita sholeha yang begitu menjaga pandangan dan sentuhan ku. Aku hanya wanita biasa yang belum cukup ilmu agama. Aku masih suka melakukan dosa, bahkan sampai saat ini.

"Kamu bilang kamu sayang aku, kamu bilang jangan hukum aku, tetapi kenapa sekarang kamu yang hukum aku?" Aku yang masih memeluk tubuh Fajar pun terus merancau pada pria itu.

"Bangun ayoo..kamu..hiikss kamu bilang yang semu bisa jadi nyata, ka...kalau begitu bangun dan..buat lah semu itu bisa ja-jadi nyata Fajar." ujar ku tersendat-sendak.

Ku lepas pelukan ku. Lalu menatap wajah pucat Fajar, entah kemana senyum yang selalu membuatku bahagia itu pergi. Sekarang di wajahnya hanya ada kepucatan.
Aku terduduk di kursi kembali.

Mengingat semua waktu yang pernah ku jalani bersamanya.
Mengingat semua memori kebahagiaan yang pernah dia lukis dalam lembaran hidupku. Hal-hal yang membuat ku tersenyum ceria.
Ternyata begitu banyak yang dia lakukan untuk membuatku tersenyum. Begitu banyak yang dia lakukan untuk membuatku bahagia. Aku hanya bisa tersenyum kecut saat mengingat semuanya.

Selama ini aku terlalu egois, aku terlalu bodoh, membuat seorang Fajar yang banyak dikagumi dan dicintai kaum hawa memohon maaf padaku, membuatnya memohon pada ku untuk kembali. Aku terlalu egois, aku hanya gadis bodoh yang membuatnya seperti ini. Namun hati gadis mana yang tak terluka dan kecewa saat semuanya ternyata hanya lah kepura-puraan? Semua gadis atau wanita juga pasti akan bersikap seperti ku jika ternyata pria yang dia cinta, yang akan menjadi suaminya ternyata selama ini hanya berpura-pura mencintainya. Dan itu terjadi padaku.

Mengingat semua itu membuatku semakin menangis.

"Kamu bangun atau aku takan pernah kembali disisi mu lagi Fajar Alfian!" ujar ku semakin terisak.

Namun aku juga tersenyum kecut. Akan kah setelah kejadian ini dia masih mau bersama ku? Akan kah setelah semua yang ku lakukan dan membuatnya seperti ini,dia-Fajar masih mau mengajak ku kembali?

Bodoh. Mana mungkin semua itu terjadi. Fajar bisa mencari wanita yang jauh lebih baik yang pantas bersanding dengannya, mungkin seperti Sinta atau yang lainnya.

"Tapi mana mungkin kamu mau kembali hikss..aku..aku terlalu jahat untuk kamu. Aku ngga pantas buat kamu." ujar melonggarkan genggaman tanganku pada tangannya.

Namun aku dibuat tercengang saat dia justru balik menggenggam tangan ku dengan erat. Seakan dia takut aku melepaskannya kembali.

"Jangan pernah melepas apa yang sudah digenggam kembali, atau semuanya akan terlepas." suara lemah itu menusuk gendang telingaku. Membuatku seketika tersenyum mengangguk dengan air mata yang semakin deras.

Aku pun membalas genggamannya yang masih menutup mata. Namun aku tahu, dia sudah terbangun dari ketidak sadarannya.

"Kamu terlalu baik untukku."

Melihatnya siuman membuat ku benar-benar campur aduk. Aku seketika mengucap syukur karena dia bisa melewati semuanya.

Bersambung...

Maaf ya kalau banyak typo dan alur nya ambru adul..
Semua murni karangan penulis tidak ada sangkut pautnya dengan yang lain atau apa pun itu.
Dan terimakasih untuk vote nya lop you all♡♡♡

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Onde as histórias ganham vida. Descobre agora