#06

586 34 0
                                    

Happy reading...

"Mas.." panggil mbak cantik ku pada seorang pak polisi.

"Aul? Kok kamu bisa disini?" tanya pak polisi itu yang terlihat kaget. Wow, satu kata itu lah yang aku gumam kan dalam hati saat melihat pak pol satu itu.

Mbak cantik yang disamping ku ini pun menceritakan semuanya pada pak polisi. Hingga pak polisi berganti menatapku. Please ya pak, aku ngga ngapa-ngapain dia kok.

"Makasih ya dek, udah mau bantu adek saya." ujar pak polisi dengan muka ramahnya. Kirain pak Pol ini mau marahi aku. Ups tapi aku ralat semua panggilan ku padanya deh. Dia ngga pantes dipanggil pak sih. Lebih pantes dipanggil mas hehe. Ngomong apa toh nduk. Tapi memang pak pol satu ini wow.

Saat ini aku memang sedang ada di depan polres setelah mbak cantik memintaku mengantarnya ke polres. Kukira dia mau mengadukan tentang perilaku yang terjadi tadi. Ternyata dia mau ketemu sama saudaranya toh. Ya, mbak cantik ini adalah mbak yang sempat aku bantu tadi, dan ternyata namanya Aul, alias Aya Ulfiya Larasati. Kami berdua sempat berkenalan tadi saat perjalanan kemari.

"Sama-sama, Pak." Aku mengangguk tersenyum.

"Ya ampun! Maaf Nova aku sampai lupa ngenalin kamu sama kakak sepupu aku ini." ujar mbak Aul yang merasa tak enak. Aku hanya mengangguk.

"Mas, kenalin ini Nova. Nova kenalin ini kakak aku. Lebih tepatnya kakak sepupu " terang mbak Aul. Aku mengangguk. Menerima uluran tangan itu singkat padat dan jelas hihi.

"Perkenalkan saya Ipda Restu Dirgantara Husain, panggil saja Restu."

Aku pun memperkenalkan namaku. Singkat, cukup singkat saja. Pak pol satu ini menurutku tidak pantas menjadi polisi yang terkenal menakutkan setelah tentara. Bagaimana tidak, wajah yang manis, kulit putih, tinggi kalau fajar 175cm mungkin pak Pol ini sekitar 182 dan yang ngga ketinggalan, dia itu ganteng juga. Tapi lebih ganteng Fajar Alfian ku hihi. Ya, mulai sekarang akan ku akui kalau ternyata aku tercantol cinta atlit asal Bandung itu. Smashnya yang biasa membuat lawan KO justru membuatku jatuh hati padanya, skip-skip. Kenapa jadi membahas pria itu

Aku melirik jam tangan hitam ku yang menunjukan pukul 13:30. Aku lebih baik ke sekolah. Pasti anak-anak ada disana. Setelah setengah hari mengamen atau berjualan.

"Kalau gitu saya permisi dulu mbak mas, masih ada urusan." pamitku menatap mereka bergantian. Mbak Aul dan mas RDH' alias Restu Dirgantara Husain pun memandangku.

"Ko cepet banget si dek?" keluh mbak Aul dengan muka lesunya.

"Maaf mbak Aul, Nova ada urusan hehe, lain kali deh kita bisa ngobrol-ngobrol lagi." tawarku tak enak.

"Iya Aul, kasihan dek Nova. Mungkin urusannya penting." ujar mas Restu.
Ku panggil Restu saja atau Dirgantara? Kan terdengar gagah perkasa bak abang-abang tentara yang ada dalam cerita wattpad, hihi.

"Ya udah. Hati-hati ya dek Nova, nanti kabari mbak ya, kan udah ada nomernya. Udah di save kan?" berondongnya dengan muka yang masih agak lesu.

"Udah ko mbak. Kalau gitu Nova pamit. Mari mbak Aul, mas Restu. Assalamualaikum." pamit ku disertai senyum manis.

"Waalaikumsalam." ujar mereka kompak.

Kulangkah kan kaki keluar dari area polres yang cukup nyaman ini. Tujuan ku saat ini adalah sekolah. Bukan untuk mengajar tapi untuk bersenang-senang setelah tadi bersitegang dengan mas galak yang super duper kasar. Coba kalau ada Fajar. Dia pasti akan membasmi spesies pria yang macam itu. Iss ini otak kenapa isinya tentang atlit itu terus sih. Jangan terlalu berharap dengan atlit nyebelin bin resek bin Jail itu Nova.

Nanti kamu kena smashnya dan bisa gawat kalau ngga bisa ngembaliinnya, nanti kamu sakit hati Nova lagi. Mana sainganmu spak-spak bidadari lagi

Aku pun turun dari angkot setelah membayar. Ku langkahkan kembali kaki ku untuk masuk ke sebuah minimarket untuk membeli makanan ringan untuk anak didik ku yang barang kali ada disekolah. Ku ambil keranjang dan mencari makanan apa yang hendak ku bawa sebagai cangkingan.

Aku menelusuri setiap rak berisi makanan. Ku ambil dua kotak berisi bolu yang bertabur coklat dan parutan keju. Ku telusuri lagi sampai aku berhenti bagian makanan ringan. Ku ambil dua bungkus Qtela ,pota bee bbq, roti kelapa, malkis coklat dan kacang telur kesukaan ku. Lalu kumasukan dalam keranjang.

Sepertinya keranjangku sudah penuh. Aku pun langsung mengantri di kasir untuk membayar semua belanjaanku. Tak butuh waktu lama semua belanjaan ku sudah masuk dalam dua kantong plastik berukuran sedang. Aku pun langsung keluar dan segerah melangkah kan kaki kepusat kumuh yang justru membuat ku nyaman, tempat itu ada dipinggir rel kereta didaerah Jakarta, tempat sekolahku berdiri.

Aku menaiki tangga kayu untuk sampai diatas. Dari bawah tadi aku sempat melihat ada beberapa anak yang ada didalam. Bersyukur, jadi jajanan yang ku bawa ada yang makan dan aku juga ada temen. Mana si Sinta masih asik sama dunianya lagi. huft menyebalkan!!

"Siang menjelang sore adik adik ku yang gemes." sapa ku riang saat aku sudah ada diatas. Edi, Endah, Aji dan Lala pun yang ternyata tadi kulihat dari bawah menjawab dengan riang dan senang melihat kedatangan ku.

"Kakak mau ngajar? Tapi bukannya biasanya cuma tiga hari ya? Kak Sinta mana?" idih ini anak cerewetnya ko kaya aku sih. Ih ngegemesin deh Endah ini.

"Ngga ko sayang, kakak ngga ngajar kan emang bukan jadwalanya. Kakak kesini cuma lagi kangen kalian aja." Aku menatap mereka bergantian

"Trus juga kakak sedang kesepian, kak Sinta lagi pergi." ujar ku sedih sambil mengeluarkan isi dari dua kantong plastik yang ku tenteng tadi. Tapi justru mereka berempat malas tersenyum senang. Mungkin karena akan ada teman bermain yang cantik macam aku ini ditambah ada jajan yang menggiurkan lidah mereka berempat.

"Tenang aja, kan ada Edi yang ganteng." Aku dan anak yang lain sontak terkekeh macam kuntilanak mendengar ucapan polos Edi. Bocah umur 8 tahun itu memang sangat lucu dan periang. Kadang aku sendiri dibuat bahagia dengan tingkahnya itu.

"Kamu bukan ganteng Ed, tapi genteng bocor." celetuk Lala judes. Yaela ini anak ya, kok mirip kucing sama tikus juga.

"Kamu kali La yang kaya genteng bocor. Dasar cengeng." balas Edi sengit. Hidih kok jadi kangen Fajar ya? Stop Nova, jangan jadi orgil deh.

"Udah udah ini jajannya mau dimakan ngga? Kalau ngga mau kakak bawa pulang lagi nih." ancam ku. Mereka berempat pun kompak menoleh ke arahku.

"Jangan dong kak, kalau Lala sama Edi mau berantem dan ngga mau jajan ini sih ngga papa, biar Aji sama Endah aja yang makan." ujar Aji yang langsung membuka malkis coklat kesukaan ku aku tersenyum mendengarnya.

"Hih si Aji rakus." komentar Lala pendek.mereka pun langsung membuka makanan yang ada didepan mereka. Sama seperti ku yang sudah melahap malkis coklat yang dibuka si ganteng Aji, hehe.

Tidak sia-sia aku datang kemari. Aku jadi punya hiburan dan tidak kesepian lagi.

Drett

Getaran oppo cantikku pertanda ada chat masuk pun membuatku menghentikan comotan kacang telor ku.

"Aku pulangnya nanti jam lima, kamu mau aku bawain apa?" ujar Sinta dari pesan yang baru ku baca. Ternyata dia masih ingat sama aku juga. Ku kira si nyonya itu sudah melupakan aku.

"Bawain lalapan ayam, sama minta sabelnya yang banyak sama penjualnya!." balasku dipesan singkat yang namanya whatsapp.

"Itu aja.ngga ada lagi?"

Tumben baek. Eh Sinta mah emang baik sih hehe. Oke. Aku pun mengetik balasan untuk nyonya dalil yang sekarang entah lagi apa.

"La, suapin kakak malkisnya dong." pintaku manja pada Lala yang sedang mengunyah malkis juga. Lala mengangguk.

Dan aku pun menghabiskan hari yang membosankan ini dengan mereka unyu-unyu ku. Bermain segala macam permainannya jaman jadul dulu. Hingga membuat mereka tertawa bahagia.

Semoga suka. Maaf kalau ada salah salah kata.

Kritik dan saran saya trima,tapi yang membangun.

See you...
Nexs part ya...

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now