#18

471 27 0
                                    

Hai kawan..
Di part ini aku akan skip jauh banget hehe.
Ya walaupun dipart2 sebelumnya juga iya sih.

So..
Happy reading.

Sejak hari itu, hari dimana aku merasakan betapa hancurnya hati ku. Betapa aku memang bodoh dan betapa lemahnya aku. Aku menjadi diriku yang tertutup dan sendiri. Aku lebih memilih menjauh dari semua hal. Entah itu keramaian atau semua hal tentang dia. Tetapi aku masih Nova yang sama. Nova yang bar-bar dan slengehan. Aku masih Nova yang sama. Meskipun rasanya sulit untuk menjadi sama seperti dulu disaat hati ini tak lagi baik-baik saja. Ternyata seperti inilah rasanya patah hati yang  paling menyakitkan itu.

Sejak merasakan rasanya patah hati yang teramat sakit itu. Aku lebih memilih tertutup, aku tidak ingin terlalu dekat dan tidak juga terlalu jauh dengan siapa pun. Baik itu kawan, lawan atau sahabat. Aku yang sekarang memiliki dinding pemisah yang cukup tinggi. Katakanlah aku pengecut atau apalah itu. Tapi tidak masalah, aku hanya ingin melindungi hati ku. Aku tidak ingin hati ini kembali merasakan sakitnya dihianati dan sakitnya dihancurkan.

Aku juga tidak ingin terlalu mengharapkan kebahagiaan. Apalagi hal itu adalah hasil dari kebohongan. Aku tidak ingin itu terulang kembali. Tidak ingin!!!.

Bagi kalian yang pernah merasakannya pasti lah tahu, bagaimana rasanya hidup dalam kebahagiaan yang diberikan dari sebuah kebohongan. Bahagia namun serasa sia-sia, karena nyatanya itu hanya kebahagiaan palsu. Bahagia, namun kapan pun bisa terjatuh dalam ladang duri. Sakit!! Pasti. Maka dari itu aku mendindingi hati ku. Memilih siapa kah yang memang dapat dijadikan sahabat atau pendamping. Karena meski hari itu sudah lewat, namun sakitnya masih tertinggal di sini. Dihati. Sampai saat ini.

Saat aku sedang menikmati para maba yang berlalu lalang diarea kampus. Aku mendengar bunyi ponselku, membuatku mengalihkan pandangan dari para mahasiswa baru itu.

Tringg..

Ternyata pesan dari aplikasi whatsApp membuatku mengambil oppo dalam tas ku dan membuka pesan.

"Dek kamu ada waktu ngga? " ujar mas RDH dalam pesan singkatnya.

Ya. Masih ingat dengan pak pol RDH alias polisi tampan yang tidak pantas dipanggil pak? Mas Restu Dirgantara Husain. Beberapa bulan ini atau mungkin sudah setangah tahun ini aku lebih sering dengan mas RDH. Bukan untuk pelampiasan atau semacamnya. Aku tidak sejahat itu.

Aku juga tahu bagaimana rasanya tersakiti. Kita hanya sebatas teman yang saling menyemangati. Meskipun banyak yang mengatakan pertemanan diantara wanita dan pria tidak akan murni. Tapi aku dan mas RDH saat ini memang hanya sebatas teman. Entah kedepannya. Aku juga tak tahu hihi.

Dia selama ini selalu menjaga dan memberiku kata-kata positif yang  membuatku lebih tenang.

"Ada mas. Emang ada apa?" balasku. Tidak ingin berbelit- belit

"Mas restu mau ketemu. Boleh ?"

Aku pun mengetik balasan ya, dan setelah itu memasukan oppo ku dalam tas kembali setelah menerima lokasi mas Restu atau mas RDH saat ini.

Aku menaiki taksi setelah menyetopnya didepan kampus. Tak butuh waktu lama aku pun sampai di polres. Ya, tempat pertemuan aku dan mas Restu adalah polres. Maklum dia kan pak pol, mana bisa leluasa pergi kalau bukan di hari cutinya.

"Maaf ya ngerepotin kamu, Dek." suara pria berpakaian polisi lengkap berjalan mendekat kearah ku yang juga baru sampai di depan polres. Aku pun tersenyum pada pria itu.

"Ngga apa-apa ko Mas Restu. Kebetulan aku juga udah selesai kelas."

Mas restu tersenyum mendengar jawabanku. Lalu menyuruh ku duduk dikursi yang ada disana. Kami duduk berdampingan sambil menatap kearag jalan.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now