#28

511 27 0
                                    

Selamat membaca...

Fajar pov.

"Tapi mana mungkin kamu mau kembali hikss..aku..aku terlalu jahat untuk kamu, aku ngga pantas buat kamu."

Suara gadis dengan isakan yang ku dengar membuatku mencoba membuka mata. Namun baru berniat kepalaku merasakan pening yang sangat luar biasa. Sehingga aku mengurungkan niatku itu.

Aku mulai merasakan genggamannya pada tangan ku mengendur seiring dengan isakan yang meringsut menghilang. Tidak mau kehilangan genggaman tangan yang sangat ku rindukan ini terlepas, aku pun sekuat tenaga menggeraka fungsi gerak tanganku untuk berbalik menggenggam tangannya. Ku harap dia dapat merasakannya.

Aku tahu siapa gadis yang sedang menggenggam tanganku ini. Aku hafal suara ini. Suara yang sangat amat ku rindukan dan menjadi canduku saat ini dan ku harap selamanya.

Nova, gadis yang baru saja aku lihat setelah pertandinganku usai. Gadis yang tidak pernah ku duga ada disini, Padahal sudah ku cari selama ini. Mungkin ini jalan Tuhan untuk membuatku bisa meminta maaf langsung dengannya dan memperbaiki semuanya kembali.

Aku semakin mengeratkan genggamanku. Aku tidak rela jika dia melepaskannya kembali.

"Jangan pernah melepas apa yang sudah digenggam kembali, atau semuanya akan terlepas." ujar ku dengan suara lemah. Padahal aku juga tak akan pernah melepaskannya dengan muda.

Ku harap Nova mendengarnya dan mau menurut dengan perkataanku. Jika saat ini dia kembali pergi, aku tidak akan bisa mengejarnya kembali. Apa lagi dengan kondisi ku saat ini yang baru saja siuman.

Namun aku bersyukur karena aku dapat merasakan dia membalas genggaman tanganku. Meskipun aku belum tahu bagaimana reaksi wajahnya.

Aku pun kembali memaksa membuka kedua mataku. Aku harus menahan rasa pening di kepalaku yang muncul kembali. Aku ingin melihat Nova. Aku ingin melihatnya disini, menemaniku. Aku ingin melihat bagaimana keadaannya saat ini.

Senyumnya berbalut tangis itu menyambut terbukanya mataku. Aku tidak sanggup untuk mengabaikan senyum itu. Aku pun langsung membalas senyumnya.

"Kamu haus?" suara lembut itu langsung menyapaku. Aku hanya bisa mengangguk meng'iyakan. Nova secepat kilat mengambil segelas air yang ada di dekatnya dengan salah satu tangannya yang bebas. Aku pun melepas sesaat genggaman tanganku agar dia bisa membantuku minum. Setelahnya dia pun meletakan gelas kembali, lalu aku langsung menggenggam tangannya kembali. Aku tak mau dia pergi saat ini.

"Aku panggilin dokter, ya." Nova hendak berdiri dan melapas genggaman ku. Namun urung dia lakukan saat melihatku menggeleng sebagai jawaban.

"Aku udah ngga pa-pa, kamu sini ajah." Tolakku masih dengan sura lirih.

"Tapi kamu harus diperiksa,"
Aku tetap menggeleng. Nova pun menghela nafas, mungkin dia khawatir dengan keadaan ku saat ini. tapi memang aku tidak perlu dokter. Aku hanya perlu gadis ku ini disisi ku. Terdengar bodoh memang, tapi itulah kenyataannya.

"Keras kepala." gumamnya. Aku terkeke menyambut gumamannya itu. Ya aku memang keras kepala jika menyangkut tentangnya.

"Aku dengar." balasku.

"Biarin."

Cik Nova mulai kembali menyebalkan. Gadis ini kembali dalam mode saat pertama bertemu. Padahal aku bisa melihat mata sembabnya itu.

"Menyebalkan." balasku. Nova menekuk bibirnya cemberut. Sungguh menggemaskan. Boleh kah aku mencicipi bibir merah mudanya itu.

argghh kenapa otak ku ini berfikir terlalu mesum. Berfikir lah yang jerni, apa ini efek dari benturan pada kepala ku? Sialan kalau begitu.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang