#31

1.2K 35 0
                                    

Happy reading all..

Aku tak menyangka, seorang Nova Maharani gadis biasa saja, mampu mendapatkan seorang Fajar Alfian. Pria tampan dengan bakat yang luar biasa.

Ya, aku lah pemenang hati atlit badminton itu. Aku lah yang dapat meluluhkan hatinya, meskipun dengan proses yang begitu lika-liku. Namun, proses itu lah yang membawa ku pada kedewasaan sebuah perjalanan cinta. Dimana tangis dan hancur menjadi saksi semua perjalanan cintaku dengan Mr. Badminton itu. Pria yang saat ini membuktikan ucapannya.

Kalian sudah tahu bagaimana prosesnya. Kali ini, sebuah proses baru akan kami hadapi kembali. Dimana perjalanan cinta kami akan kembali menemui lika-likunya. Ku harap kali ini aku atau pun Fajar dapat lebih sabar menjalaninya, karena aku tahu kehidupan baru akan membawa proses baru.

"Hai kok ngelamun?" sentuhan Fajar pada kepalaku menyadarkan ku dari lamunan. Aku tersenyum kearahnya, sedikit terkejut dengan kehadirannya itu.

"Ngelamunin apa? Sampai sampai aku ketuk pintu ngga dibukain?" Aku membulat kan mataku. Benarkah aku tidak mengetahuinya, saking asiknya dengan pikiranku. Tapi memang benar, buktinya dia sudah ada di sampingku saat ini.

Aku pun tersenyum sekilas. "Ngga ngelamunin apa-apa kok. Maaf ya aku ngga denger." ujarku merasa bersalah. Aku mengambil tangannya untuk ku kecup. Fajar pun tersenyum dan duduk disampingku.

"Kamu ngga mau cerita sama aku? Kamu kenapa? Apa aku ada salah?" ujarnya yang sepertinya masih penasaran. Aku menggeleng dengan cepat.

"Emang ngga kenapa-kenapa dan kamu juga ngga punya salah." Aku pun memilih menjatuhkan tubuhku di pelukan Fajar. Pria itu pun membalas dengan mengelus kepalaku yang tertutup jilbab warna kuning kunyit kesukaanku. Aku mendengar helaan nafas keluar dari Fajar.

"Baiklah gadis keras kepala." ujarnya mengalah. Aku memukul pelan dadanya itu, dasar nyebelin.

"Kamu ngga jijik gitu?" Aku mendongak untuk melihat Fajar. Pria itu pun menjawil hidungku.

"Suami mu ini baru pulang latihan loh, dan kamu ngga ngerasain apa baju training aku ini basah?" terangnya. Aku tertawa pelan, kemudian kembali menyandarkan tubuhku pada dadanya.

"Kenapa harus jijik, kan kamu suami aku. Dan aku juga suka ko meluk kamu kalau habis latihan. Keringatnya wangi." ujarku terkekeh. Diikuti kekehan Fajar.

"Ada ada aja kamu ini."

Ya, aku dan si menyebalkan ini sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Setelah hari itu, kami memutuskan untuk membuka lembaran baru dan sebulan setelahnya Fajar melamarku. Saat itu aku dibuat kaget dengan lamarannya itu. Lamaran yang sangat romantis menurutku.

Saat itu dia baru saja memenangkan sebuah kejuaran dan tentunya aku pun datang untuk menyemangatinya. Bukan hanya sendiri tapi juga dengan si nyonya dalil Sinta dan mbak Aul. Saat proses penyematan mendali selesai, aku dibuat terharu dan menangis saat Fajar menceritakan kisah perjalanan cinta kami, dan diakhir katanya dia menginginkan ku menjadi pendamping hidupnya.

Tentu saja satu stadion gempar oleh acara lamaran Fajar. Riuh tepuk tangan mengisi stadion. Bukan hanya sampai itu saja, aku pun dibuat terkejut saat kedua orang tua kami ikut hadir. Aku bahkan tak sanggup menampakan wajahku, bukan karena malu. Melainkan karena aku begitu bahagia hingga tidak ada kata yang sanggup ku keluarkan.

Aku hanya sanggup memeluk mbak Aul. Sinta yang di sampingku terus saja mengelus punggungku, sampai akhirnya aku di tuntun untuk ke tengah lapangan menemui Fajar. Bayangkan saja, meskipun itu bukan turnamen bergengsi yang bertaraf internasional. Tetepi ada lebih dari 100 penonton mungkin yang melihat.

Lalu terjadilah proses lamaran yang membuatku trending topik, seorang gadis berhasil meluluhkan hati ganda putra indonesia, Fajar Alfian.

Aku menangis di pelukannya, ku tumpahkan semua perasaanku padanya dengan wujud tangisan. Aku benar benar mencintainya, rasa itu masih sama seperti dulu dan tak pernah berubah.

Dan sebulan setelahnya pernikahan kami diadakan. Pernikahan yang sederhana namun sangat berkesan. Allah, sangat baik padaku. Dia memberikan luka namun juga memberikan obat dari luka itu.

Takdir memang terkadang mempermainkan, namun takdir tahu siapa pemiliknya.

Kecupan di keningku menyadarkan ku dari lamunanku. Aku mendongak melihat Fajar yang menatapku dengan intens. Apa aku kembali tidak mendengar perkataannya? Ku kira iya.

Aku menunjukan cengiran ku saat Fajar menyentil pelan keningku.

"Aku disini, tapi pikiran mu entah dimana. Dasar gadis menyebalkan." rajuknya padaku.

"Maaf." sesalku.

"Kamu mikirin apa sih, Nov? Aku disini loh, tapi kamu kaya ngga nganggep aku ada." ujar Fajar kecewa.

"Kamu kok ngomongnya gitu." ujar ku mendongak mentap wajah Fajar.

"Kamu dari tadi melamun terus, apa yang kamu pikirin sebenarnya. Kamu ngga mau cerita sama aku?"

Aku mengubah posisiku menjadi duduk, dan ku pandang wajah yang sudah menemani tidurku sebulan lebih ini. Ku usap rahangnya yang mulai menunjukan kekecewaan itu, aku pun memberani kan diri mengecup singkat pipinya.

"Aku cuma lagi kepikiran pas kamu ngelamar aku dulu. Hari itu bener-bener hari yang paling membahagiakan buat aku. Kamu tahu, saat itu aku ngga pernah ngebayangin bahwa aku lah yang akan ada disamping kamu saat ini. Aku ngga nyangka kalau akhirnya aku bisa sama kamu." tentangku.

Fajar mengubah raut wajahnya kembali dan menatapku lembut. Dia membawa ku kedalam pelukannya kembali. Aku bisa merasakan detak jantungnya. Aku berharap Allah akan selalu menakdirkan ku bersama Fajar selamanya, hingga maut memisahkan.

"Dan itu juga hari paling membahagiakan buat aku, sayang. Akhirnya aku bisa membuat kamu menjadi milikku seutuhnya. Aku sangat mencintai kamu. Maaf pernah menghadirkan luka di hati kamu dan terimakasih atas kesempatannya. Aku tidak akan pernah mengulangi kesalahanku untuk kedua kalinya."

"Tetap lah disini, di sampingku. Apa pun yang terjadi nanti. Karena saat ini dan seterusnya kamu lah penyemangat dan tempat ku pulang saat aku sedih atau pun bahagia, kamu lah separuh nyawaku." lanjut Fajar lalu mencium keningku lama.

Aku memejamkan mata, meresap setiap cinta yang diungkapkan Fajar. Dia pun kembali memeluk ku, tidak ku sia-sia kan pukulannya itu. Aku pun membalas, menyalurkan rasa cintaku yang begitu dalam padanya. Dan aku berdoa semoga cinta ku dan fajar akan selamanya bersama hingga Allah sendirilah yang memisahkan kami. Dan mempertemukan kami kembali di surganya.

Tamat..

Hohoho maaf ya kalau tamatnya gaje banget dan alurnya itu cepet,secepet kereta hehe ..

Dan terimakasih buat yang udah ngevote,dan terimakasih juga buat pembaca yang cuma membaca tanpa ngevote, semoga kalian sehat dan dilancatkan segala urusannya.

Dahhhhhhhh semuaa nya lop dari aku author amatir 😘😘😘😘

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Where stories live. Discover now