#23

470 24 0
                                    

"Kata rindu mu bukan membuat ku bahagia. Melainkan membuat ku tersaikiti"
(Nova Maharani)

"Ikut kita!" suara itu terdengar oleh telingaku dan diikuti tarikan dari seseorang pada pergelangan tangan ku. Membuatku yang terkejut mengikutinya dengan terseret-seret.

Bagimana tidak? Langkahnya dan langkah ku kan berbeda. Seperti jalan hidup aku dan dirinya. Sangat berbeda, tak akan sama.

Rian dan Sinta pun mengikuti langkah Fajar yang menarikku menjauh dengan paksa dari area sekolah. Aku mendengus saat pria itu terus saja menarikku tanpa memperdulikan langkahku yang terseok-seok mengikutinya.

"Anda kira saya kambing ditarik-tarik kek tadi." dengus ku setelah Fajar melepaskan cekalannya. Aku pun memegang lenganku yang dicekal kencang olehnya tadi. Dia kira ngga sakit apa?

"Maaf, aku tidak bermaksud menyakiti mu." Fajar berucap saat melihat ku memegang lengan ku itu.
Aku pun mendengus padanya dan mengalihkan pandangan ku.

Saat aku hendak melangkah pergi. Lagi dan lagi tanganku dicekal. Sialan! Mereka pikir siapa? Beraninya menghalangi ku pergi. Kali ini bukan si jail Fajar yang mencekal tangan ku. Melainkan si irit bicara, Rian.
Aku mendengus menatap tangan ku yang dicekal tangan Rian.

"Apa lagi? Lepasin tangan aku." ujarku ketus.

"Ngga. Sebelum kamu mau bicara sama kita."

Cikk, Rian kira kita ini sedang diem-diem bae apa? Orang dari tadi aja aku ngomong. Helloo situ kupingnya waras kan? upss.

"Situ kira dari tadi saya dongeng? Ini aja saya lagi ngomong." dengusku semakin tak suka pada mereka. Lalu aku pun menghempaskan tangan ku kasar. Hingga cekalan Rian ditangan ku lepas.

Aku melihat satu-satu raut wajah mereka. Si nyonya dalil hanya bisa menunduk. hee nyonya dalil dibawa ngga ada uang ngapain deluk mulu. Sisi lain diriku berbicara.

Sedangkan Fajar, dia menatap ku dengan pandangan yang menurutku sangat memuakkan. Ngapain ngeliatin aku intens kek gitu.

"Aku ingin kita selesaikan masalah diantara kita Nov, kasih kita waktu buat jelasin dan nyelesaiin semuanya." ujar Rian.

"Kita udah ngga ada masalah apa pun, dan aku ngga ada waktu buat ngomong ataupun dengerin penjelasan kalian." balas ku judes. Aku melangkah untuk pergi.

Baru beberapa langkah aku membeku mendengar suaranya. Kemudian aku membalikan tubuh ku menghadap kearah mereka bertiga setelah menguasai diriku kembali.

"Jika kata-kata itu terlontar dari mulut mu dulu, mungkin aku akan terbang ke langit ketujuh dengan hati yang berbunga-bunga. Namun aku beruntung aku tidak pernah mendengarnya waktu itu. Bahkan ketika hari ini aku mendengarnya." Aku men jeda. Lalu melihat Fajar.

"Aku juga beruntung, karena aku tidak akan terbang kelangit ketujuh dengan hati yang berbunga-bunga dan jatuh dengan hati yang sepenuhnya remuk. Kata rindumu yang sekarang tidak akan membuat hati aku berubah Fajar." Aku menatap Fajar dengan tatapan tak bersahabat.

Ckk situ kira dengan situ mengatakan rindu pada ku. Aku akan berbalik dan berlari memeluk mu, No! Buang jauh-jauh pikiran itu. Meskipun aku tidak memungkiri. Kata rindumu mampu membuat jatungku dan tubuhku bekerja tidak sinkron. Jantung ku berpacu cepat, tetapi justru tubuhku membeku tak dapat bergerak.

Ya..

Kata aku merindukanmu lah yang aku dengar dari Fajar saat aku akan pergi. Namun kata itu membuat ku sakit. Sakit memikirkan bahwa selama ini kata cinta yang dia katakan hanya sebuah kebohongan. Dia tak benar-benar mengatakannya dari hati. Selama ini kata cinta maupun rindu itu hanya berasal dari mulut, tak pernah berasal dari hati.

Mr. Badminton ( COMPLETE √ )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant