RA-AYA'33

62.2K 6.3K 678
                                    

Helaan napas keluar dari bibir gadis cantik yang sekarang sedang duduk dengan gelisah, di dalam hati dirinya terus berdoa dan berharap apa yang sudah ia tunggu-tunggu selama hampir dua tahun lamanya benar-benar terjadi hari ini. Rasanya sudah cukup rasa sabar dan lelah yang dirasakan, saatnya mengetahui sebuah kebenaran dari harapan yang sudah dipendam.

Dulu Aya pikir Rafa sudah kembali, ternyata tidak.

Rafa tidak pernah kembali sebelum waktunya, dan sekarang waktu itu telah tiba membuat Aya ketakutan apakah yang pernah Rafa ucapkan benar atau tidak.

Akankah laki-laki itu benar-benar kembali?

Atau hanya sekedar omong kosong yang terlontar dari mulut seorang laki-laki pengecut?

Mengenai laki-laki yang tertangkap basah pernah mengikuti dan memperhatikan Aya adalah orang asing yang sampai saat ini belum Aya ketahui siapa orang itu, dia bukan Rafa karena Aya sempat melihat wajahnya dengan sekilas, jelas bukan Rafa.

Rafa tidak pernah kembali saat itu.

Lamunan Aya terbuyarkan ketika merasakan sentuhan di bahunya.

"Jangan melamun ntar kesambet,"

Aya tersenyum tipis.

"Baru kali ini aku ngeliat Memei pake make-up, keliatan makin cantik."

"Ah apaan, mau gue pake make-up apa enggak Sean gak tertarik juga tuh."

Aya terkekeh.

"Sabar, kayak yang Memei bilang sama aku. Kalo emang jodoh mau sejauh apapun jaraknya pasti tetep ketemu."

Memei mengangguk, "dan gue gak jodoh sama Sean."

"Pesimis banget sih,"

Memei tertawa kecil.

"Hari ini kan?"

Aya mengangguk dengan raut wajah khawatir.

"Kak Rafa pasti dateng,"

Jantung Aya berdetak kencang mendengar ucapan Memei.

Jujur saja Aya benar-benar berharap Rafa akan datang menemuinya tepat di hari ini, sangat berharap. Dan Aya tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya ia nanti saat harapan tersebut hanya sekedar harapan dan tidak bisa menjadi kenyataan.

🎀

"Waah, anak Mami udah besar udah lulus SMA."

Aya memaksakan bibirnya untuk tersenyum mendengar ucapan Reya.

"Dapet satu umum lagi, emang Aya yang paling pinter." Nevan mengusap-usap puncak kepala Aya.

Lagi Aya tersenyum dengan terpaksa.

"Kita pulang sekarang? Kan ntar malem kita mau makan di luar ngerayain kelulusan Aya."

"Emm... Bentar lagi ya, Pi."

"Aya mau nunggu siapa?" Tanya Reya.

Aya tidak menjawab, tanpa dijawab olehnya pun Nevan dan Reya langsung mengerti.

"Kayaknya emang gak dateng,"

"Bentar lagi, Pi."

Nevan menatap jam tangannya, "jam tiga kalo gak ada juga kita pulang, ya."

Dengan rasa yang tidak ikhlas Aya mengangguk. Dengan ekspresi sedihnya Aya terus memperhatikan ke arah gerbang sekolah berharap orang yang ia tunggu segera datang.

RA-AYA [COMPLETED]Where stories live. Discover now