RA-AYA'46

65.9K 6K 262
                                    

"Lagi hamil gak boleh marah-marah, kasihan anak kita."

"Kamu yang bikin aku marah!" Aya menyingkirkan tangan Rafa dari perutnya.

"Aku kan udah minta maaf,"

"Minta maaf terus kalo aku udah marah!"

"Terus mau nya apa? Ntar kalo aku gak minta maaf kamu makin marah,"

"Kapan kamu pergi ke kantornya? Kenapa kamu gak dengerin kata aku?"

"Aku pergi subuh pulang jam tujuh karena biasanya kamu kalo bangun itu kan jam delapan,"

"Tapi tadi enggak kan?"

Rafa diam.

"Ya udah besok-besok kalo mau pergi ke kantor gitu aja, gak usah pamit sama aku." Aya beranjak dari tempat tidur untuk pergi ke kamar mandi.

"Kamu masih kesel sama aku? Kalo enggak kita sarapan dulu yuk,"

Aya yang sudah masuk ke kamar mandi kembali keluar dan berdiri di ambang pintu.

"Masih!" Balas nya lalu masuk seraya menutup pintu kamar mandi.

"Gimana nasib gue lapan bulan ke depan." Rafa mengusap-usap dadanya menenangkan dirinya sendiri.

🎀

"Masih di diemin Aya kamu?"

Rafa memperhatikan Nevan yang sedang mengelap sendiri kaca mobilnya.

Nevan menoleh karena Rafa tidak menjawab pertanyaannya.

"Marah lagi kamu? Mau diemin saya lagi?"

Rafa mengalihkan mata nya dari mobil Nevan pada Nevan langsung.

"Belom pernah denger azab mantu diemin mertua nya kan?"

"Makanya kalo mantu minta bantuan tuh ya dibantu lah, keliatan banget sengaja nya."

"Sengaja apa maksud kamu, hah?"

"Gak mungkin Papi keceplosan pasti sengaja kan?"

"Kalo iya kenapa?"

Rafa menendang ban mobil Nevan lalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Nevan yang sedang cekikikan.

Rafa mengurungkan niat untuk menaikki tangga ketika melihat Aya duduk sendirian di ruang keluarga.

"Samperin gak ya, ntar disamperin gue kena semprot gak disamperin yang ada kena usir." Gumam Rafa seraya berpikir apakah ia harus menghampiri Aya atau tidak.

Rafa yang tengah berpikir menatap Aya dan terkejut karena ternyata Aya juga menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi membuat Rafa menelan ludah.

Karena sudah dilihat oleh Aya Rafa pun menghampirinya dengan kuping dan hati yang sudah pasrah.

"Aku pikir kamu di kamar," kata Rafa sambil duduk di sebelah Aya.

"Tadi kemana?"

"Ke garasi ngeliat Papi yang lagi ngurusin mobilnya,"

Rafa terdiam seperti patung ketika Aya langsung memeluknya dan menyandarkan kepala di bahunya, Rafa pikir Aya akan kembali marah-marah seperti pagi tadi.

RA-AYA [COMPLETED]Where stories live. Discover now