RA-AYA'41

72.9K 5.9K 599
                                    

Aya terbangun dari tidurnya karena merasakan usapan lembut pada punggungnya. Ketika kedua matanya sudah terbuka wajah Rafa lah yang ia lihat pertama kali.

Rafa tersenyum, "morning."

Aya belum sadar sepenuhnya, posisi tubuhnya yang miring menghadap Rafa berubah terlentang seraya menggeliat menaikkan kedua tangannya ke atas kepala tanpa sadar jika selimut yang menutupi dadanya perlahan mulai turun.

Mata Rafa tidak bisa lepas dari selimut yang perlahan mulai turun dan sangat berharap selimut tersebut terus turun memperlihatkan apa yang dapat membuat hatinya senang dan bergelora.

Mata Aya yang kembali tertutup saat ia menggeliat terbuka dan malah termenung menatap ke arah televisi.

Rafa menatap Aya yang hanya diam saja, selimut tadi tidak turun sepenuhnya tapi cukup memperlihatkan dada Aya.

Aya memasukkan tangannya ke dalam selimut seperti ingin memeriksa sesuatu.

"Biar aku aja yang ngeraba," tangan Rafa ikut masuk ke dalam selimut saat melihat tangan Aya bergerak dibalik selimut.

"AAAAAA..."

Rafa langsung membekap mulut Aya sekaligus terkejut mendengar Aya berteriak dengan kencang.

"Kenapa jerit? Kurang tadi malem jerit-jeritannya?"

Dada Aya terlihat naik turun dengan gerakan cepat, kedua tangannya memegang erat ujung selimut dan menariknya sampai ke leher.

Aya menatap Rafa dengan mata yang merah membuat Rafa semakin kebingungan.

"Kamu kenapa? Tadi jerit sekarang mau nangis,"

Aya menjauhkan tangan Rafa dari mulutnya.

"Kamu perkosa aku?"

"Hah?" Mata Rafa mendelik sempurna.

"Per... Perkosa apa? Enggak," Rafa menggeleng-gelengkan kepala.

"Kita udah nikah," lanjut Rafa ketika melihat Aya ingin menangis.

"Ini, ini cincin nikah kita." Rafa menunjukkan tangannya dan tangan Aya yang tersemat cincin di jari manis masing-masing.

"Bukannya ini cincin tunangan kita?!"

Rafa melongo.

"Bu..." Rafa menghela napas panjang seraya mengambil ponselnya.

"Ini siapa? Dimana? Kapan?" Rafa menunjukkan sebuah foto pada Aya. Foto mereka berdua yang diambil ketika keduanya dinyatakan sah sebagai suami-istri.

"Oh, kita beneran udah nikah?" Nada suara Aya melemah seraya raut wajah takutnya berubah menjadi lega.

Rafa kembali menghela napas panjang sambil menjatuhkan tubuh dan kepalanya di tempat tidur.

"Aku lupa," kata Aya sambil memberikan ponsel Rafa.

"Aku jantungan tau gak," balas Rafa sambil memegang dadanya dan menaruh ponselnya di nakas.

"Kan aku pikir kamu beneran perkosa aku," Aya menarik selimutnya yang sedikit turun.

"Di gantung hidup-hidup aku sama Papi kalo beneran perkosa kamu,"

"Maaf,"

"Gak aku maafin,"

"Jangan gitu dong," Aya merubah posisi baringnya menghadap Rafa.

"Bodo amat,"

"Aku minta maaf,"

"Ayo kita ulang lagi adegan tadi malem kalo mau aku maafin,"

RA-AYA [COMPLETED]Where stories live. Discover now