07.Good Day

1.5K 133 29
                                    

Bilamana sebuah kerinduan itu melemahkan, ingatlah bahwasanya pasti akan ada sebuah pertemuan yang menguatkan.

🌙

©Song Recommendation: BTS–Spring Day©
.
.
.
.
.

"Aku suka pria pekerja keras."

Tubuh Kaori menegang mendengar ucapan  dari ayahnya.Ia tertohok diam kala menoleh pada manik hitam yang menghujam tepat dipusat netranya.Kaori dapat melihat dengan gamblang serpihan harapan yang tersusun rapi didalamnya.

"Pasti akan sangat membahagiakan mempunyai menantu seperti Yuta."

Tawa Ryota mulai menjalar, meski tak mampu mengisi sampai ke sudut sudut ruangan.Entahlah itu karena usianya yang semakin tua tak lagi mampu menggelegarkan tawa yang lebih atau faktor kediamannya yang tak cukup sempit untuk suaranya dapat menggema—terlalu besar.

Pandangannya terpaku pada sosok Yuta yang tersenyum menampilkan gigi gingsulnya diseberang meja.Setelan kemeja biru tua sangat cocok untuknya dengan surai hitam yang disisir rapi.Wajah ramah dibalut senyuman yang manis.Dia nampak sempurna dimata Ryota dan semoga saja terlihat sama dimata Kaori.

"Wah, apa ini sebuah kode keras?" Tuan Sora terkekeh, membenahi posisi duduknya yang kurang nyaman.

"Mungkin saja.Ku pikir aku sangat cocok dengan putramu, dia tipe menantu idaman ku."

"Benarkah? Apa itu artinya anda mengharapkan kita berdua berbesan, Ryota san?"

"Lebih baik kalau mereka mengenal dahulu.Dimulai dengan sebuah dinner mungkin."

Kedua pria lanjut usia tersebut asyik bercanda, tak terlalu menghiraukan dua sosok yang menjadi dasar dari candaan keduanya.

Yuta duduk santai dengan kedua mata mencuri satu lirikan ke arah Kaori.Tersenyum setelah paras ayu tersebut terpahat dengan jelas oleh mata juga otaknya.Kaori itu cantik dan Yuta tak menampik hal tersebut.

Bersikap tenang, hanya itu yang berusaha Kaori tunjukan.Ini bukan berarti ia tak merasa terganggu akan percakapan Ryota dan tuan Sora yang  ada sangkut paut dengan dirinya.Kaori jelas resah dengan posisinya sekarang, ia sangat tahu ayahnya sedang berusaha mendekatkan dia dengan Yuta.Jikalau saja Kaori adalah remaja labil yang kerap kali membangkang pada aturan orang tua yang tak sesuai kehendaknya, sudah dapat dipastikan tak akan ada eksistensi seorang wanita diruang tamu saat ini juga.Pergi lebih baik daripada tetap bertahan dengan ketidaknyamanan.

Kaori sudah dewasa.Usianya bahkan telah berjalan melewati angka 30.Pada usianya yang genap 37 tak lucu lagi apabila ia harus merajuk dan pergi dengan tidak sopan.Sama saja ia berusaha menjatuhkan harga dirinya sebagai wanita yang beretika.

Memilih tetap tinggal dan diam walaupun perbincangan malam ini mungkin akan membuatnya terlelap lebih larut.Kaori pun tidak cukup abai pada senyum Yuta yang terkembang saat melecutkan sebuah tatapan kearahnya.Kenapa pria itu harus tersenyum kepada Kaori? apa Yuta tak tahu kelakuannya itu membuat Kaori terpaksa berpikir lebih banyak.Oksigen bebas ia hela menuju paru paru, sekedar menetralkan keresahan yang berdebur ria dalam aliran darahnya.Yuta dan kehadirannya telah menjadi sebuah tekanan yang nyata bagi Kaori.

🍃

     Teriakan Choi Nara biasanya akan mengusik ketenangan rumah keluarga Jeon tepat saat jam makan malam tiba.Nara bisa saja mendadak menjelma menjadi peluit wasit yang berseru nyaring memberi peringatan pada pemain sepak bola di lapangan hijau.Hanya satu penyebabnya; suami dan anaknya yang selalu telat memulai makan malam.Asyik dengan kegiatan mereka hingga Nara harus mengomeli mereka agar lekas menghentikan aktivitas dan bergegas ke ruang makan.Nara bahkan harus bersedia memutus urat malu menjadi tetangga paling berisik di kompleks karena kebiasaan menyebalkan anak dan suaminya tersebut.

Imam Dari Negri Para Oppa 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang