23.Danger

953 102 25
                                    

Budayakan vote, hargai penulis.Nyatanya berpikir itu juga membutuhkan tenaga dan waktu.Dan ingat kata pepatah bahwasanya waktu adalah uang.

Happy reading😊
.
.
.
.
Jangan hanya karena dunia, sesuatu yang hakikatnya hitam berusaha kau jadikan putih.

🌙

      Melempar tas dan tubuhnya asal ke atas sofa, Zain lantas mengusap permukaan wajahnya yang kusut.Sisa kemarahan masih tertahan disana bergelung dengan deru napas yang berlomba lomba minta di bebaskan.Aura panas membungkus tubuh ringkihnya, mengangkat keringat keluar merembes melalui pori pori.

Kemarahan itu mengerikan.Selain menampakkan sisi hitam seseorang, marah merupakan salah satu perilaku yang patut diwaspadai.Karena terkadang kemarahan bisa membumihanguskan kesempatan otak untuk berpikir sehingga muncul perkataan atau bahkan perbuatan yang barangkali menyakiti orang lain.

Andai saja Zain telah mendapatkan kembali semua memorinya di masa lalu, sudah pasti ia tak akan membiarkan kemarahan memperbudaknya.Mengingat bagaimana rasulullah pernah bersabda

ﻟَﺎ ﺗَﻐْﻀَﺐْ ﻭَﻟَﻚَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔ

"Jangan marah maka bagimu surga." (HR. Thabrani)

     Tapi sebuah petasan tak akan pernah meledak jika tidak disulut api.Bagaimana Zain tidak merasa marah jika orang yang selama ini ia percayai bermain licik di belakangnya.Memainkan data data keuangan, menyelipkan dan mengurangi digit digit angka hasil rekayasa untuk meraup beberapa persen laba yang didapatkan hotel.Dimana hasil dari pekerjaan kotor tersebut bisa digunakan untuk menunjang gaya hidup mewah si penguntit yang seharusnya patut Zain curigai sejak awal.

"Hari ini ada masalah?" Ryota duduk di sebelah Zain, menyandarkan punggungnya yang kelewat kenyang mengarungi kerasnya kehidupan pada sofa beludru.

Zain mengangguk, "Ada bandit yang bersembunyi dalam sususan organisasi hotel."

"Bandit?"

"Controller sialan itu selama ini diam diam melakukan penggelapan uang.Hari ini aku memakinya dan langsung memecatnya.Tapi akan ku pastikan besok dia sudah mendekam di penjara."

Zain mengadu kedua gigi gerahamnya— menahan amarah.Ia merasa muak mengingat kembali wajah wanita lintah itu.Pun bagaimana dengan kurang ajarnya wanita bernama Naomi itu mengancamnya saat di seret keluar hotel oleh satpam.Mulut kotor Naomi menyerukan nama Zain sebelumnya— Kaori— dan bersumpah akan membuat Zain menyesal karena telah memecatnya.

"Terimakasih sudah memberikan yang terbaik." Ryota menatap lembut Zain yang dibalas senyum tak kalah tipis dari selebaran koran yang masih tergeletak di atas meja.

"Oh ya kemana Taehyun?"

"Dia ada dihalaman belakang bermain skateboard." Terang Ryota memberi penjelasan pada Zain tentang keberadaan Taehyun.

"Lalu Ta— "Berujar ragu yang berujung kalimat dalam tenggorokannya mengabur di tengah jalan.Zain merapatkan bibirnya tak jadi bertanya.

"Dia dikamar membereskan barang barang."

      Zain hanya diam meski cukup terpuaskan dengan jawaban Ryota.Hatinya memang berkeinginan mengetahui keberadaan pria itu, tapi entahlah ia masih malu dan ragu untuk mengaku.Zain mengecek ponselnya, mendesah lelah seraya menyambar tas tangan yang ia lempar sebelumnya, lantas bangkit berdiri.Sontak aktivitas tersebut menimbulkan sekelumit tanya di benak Ryota.

Imam Dari Negri Para Oppa 2Where stories live. Discover now