27.We'll Be Fine

1K 101 29
                                    

Genggam rasa sakit mu.Nikmati setiap belaian perih nya.Genggam dengan erat.Sampai pada akhirnya kamu lupa bagaimana untuk menangis esok.

🌙

©Song Recommendation : Justin Bieber-Nothing like us©
.
.
.
.
.

   Melelahkan.Sungguh.

Sekiranya dunia memang terlalu terjal untuk seorang sosok rapuh seperti Zain.Ia terlampau ingin beristirahat, namun sama sekali tak yakin terlelap beberapa saat akan membantunya lebih baik.Seperti hitungan hari yang telah dilewati sebelumnya, ketika sepasang kelopak matanya membuka di pagi hari, Zain masih merasakan sesak itu tercokol dalam ulu hatinya.Dan bagaimana untuk sembuh ia sama sekali tak tahu.Hingga berakhirlah malam ini, dua jam menuju tengah malam Zain terduduk sendiri dengan novel Hachiko Monogatari di tangannya.

Kemarin sore ketika beranjak pulang, Zain tak sengaja melirik buku bersampul anjing itu tergeletak di atas meja Haruna.Pada awalnya ia tak tertarik sama sekali, berpikir bahwa buku tersebut berisi tips tips mengurus anjing.Bukankah sangat membuang buang waktu membaca referensi mengurus anjing saat kau tak memiliki anjing untuk dipelihara?Bahkan tak terbesit sama sekalipun mengadopsi satu ekor dari toko hewan.Bukankah percuma saja?

Tapi konversasi sesaatnya dengan Haruna memberi sedikit informasi bahwa buku tersebut adalah sebuah novel yang cukup terkenal di Jepang.Bahkan kisah Hachiko sudah menjadi konsumsi hampir sebagian masyarakat dunia.Sontak Zain mengernyit dengan tiga lipatan terbentuk di dahi.Ia tak pernah tahu kisah Hachiko sebelumnya, atau mungkin saja dulu pernah tapi hilang setelah kecelakaan hari itu.Sehingga Zain memutuskan meminjam novel tersebut dari Haruna untuk menemaninya bersepi dua malam terakhir.

   Membaca kisah Hachiko membuat Zain semakin tak menyangka stasiun Shibuya menyimpan cerita yang sebegitu mengharukannya.Kesetiaan Hachiko menanti Prof.Hidesaburo Ueno berhasil meluluhkan buliran tak berwarna dari sudut matanya.Entahlah sesaat itu juga Zain teringat pada Taehyung.Jika Hachiko menanti tuannya selama kurang lebih sembilan tahun di Stasiun Shibuya, Taehyung lebih sabar menanti bertemu dirinya hingga dua belas tahun lamanya— dengan perasaan yang sama sekali tak berubah.

Dia tidak berpaling, membiarkan rindu semakin luas tersemai dalam batin.Zain sampai tak tahu berapa malam yang dipunya Taehyung untuk beristirahat dengan tenang.Tapi kini ia dapat melihat Taehyung damai bersama tidur panjangnya.Zain dapat melihatnya sendiri.Entahlah mungkin saja jiwa pria itu kini tengah menyelinap diantara hembusan angin yang bergerak horizontal.

      Rinai turun sejak lima menit lalu.Meski dalam skala ringan tapi Zain cukup sadar bahwa temperatur udara akan semakin rendah karenanya.Menutup buku setebal 115 halaman dalam genggaman, Zain lantas mendorong letak kursinya ke belakang.Menaruh dengan hati hati novel karya Kaneto Shindo tersebut ke atas nakas— Zain terlalu takut membuat kebisingan yang mengusik.

Langkahnya terukir pelan, nyaris tak menghasilkan suara mendekati sofa krem di sisi ruangan.Seseorang terlelap di atasnya, meringkuk dengan lutut yang tertekuk 80 derajat.Blezer hitam tertanggal dari tubuh kurus Zain, jemarinya yang berbalut perban putih mulai menyelimuti sosok itu tak kalah perlahan.Memutuskan memperhatikan sosok tersebut sejenak sebelum menghembus napas yang cukup membebani dada.Kini tanggung jawabnya bertambah, ada Taehyun yang harus ia jaga.Zain perlu melindungi bocah itu karena sekarang sang ayah sudah tak mampu lagi memberi penjagaan untuknya.

   Kembali duduk pada kursi yang beberapa saat ia tinggalkan, pupil jelaga Zain sedikit mencembung; sebab terbiasa pada cahaya lampu yang sesuai, sehingga leluasalah ia memandangi sosok yang terbaring tenang di atas brankar dengan sangat jelas.Selang infus melekat pada punggung tangan kanannya sementara pada rongga hidung sosok tersebut terpasang alat bantu pernapasan.

Imam Dari Negri Para Oppa 2Where stories live. Discover now