13.Serendipity

979 95 17
                                    

Ada banyak jalan untuk air bisa sampai pada lautan.Pun ada beragam cara untuk kita sampai di titik pertemuan.

🌙

          Melepas seraup gas karbondioksida, Kaori mulai menyenderkan punggungnya kebelakang.Satu tugasnya baru saja usai, menandatangani kontrak kerja sama dengan tuan Ho Aen; pria berkepala pelontos pemilik perusahaan travel yang beberapa menit lalu ia singgahi kantornya.

Diluar taksi angin bertiup cukup dingin, sudah berhasil untuk menikam pori pori jikalau saja lupa memakai pakaian tebal.Kaori menguliti kondisi Seoul dari dalam taksi, beragam hal terekam mengisi ruang kosong otaknya.

Mayoritas orang berpendapat bahwa musim semi merupakan waktu yang terbaik untuk mengagumi keindahan berupa cherry blossom yang mekar.Tapi bagi Kaori musim gugur juga tak terlalu buruk.Meski pada awal bulan Oktober begini suhu udara menurun mencapai angka 20 derajat celsius, memaksa orang orang keluar rumah menggunakan pakaian lebih tebal, tapi jajaran pohon yang berubah warna daunnya terlalu sayang untuk diabaikan.Sungguh menawan.Setiap udara yang berhembus akan membawa beberapa helai daun ginko yang menguning— meninggalkannya kemudian agar  terdampar memenuhi  petak rerumputan dan sisi jalan.

     Kaori tak pernah tahu bahwa musim gugur memiliki sihir atau semacamnya, dan sepertinya musim gugur tak mengandung hal magis itu sama sekali.Tapi Kaori benar benar tak bisa melepaskan kedua matanya untuk berhenti melihat daun daun yang gugur seperti sakura itu.Musim gugur Korea terasa berbeda dengan yang ia lalui di Okinawa.Lebih berkesan dan menyeret minatnya.

Kaori tersentak manakala dengan tiba tiba sopir menghentikan laju taksi. Mendorong tubuh Kaori condong ke depan, nyaris membuat kepalanya beradu dengan jok.

"Astaga, dia ingin mati?"

🍃

   Menarik sedikit ujung blezer yang miring sebelah, Taehyung kembali mengayun tungkainya menuju halte bus terdekat.Seperti biasa menunggu pak Lee menjemputnya di sana.

Satu mobil merah melintas, tiga jari kanan Taehyun menegak.Terhitung delapan mobil telah melintas semenjak ia mendudukkan diri di halte.Mengayun kedua kakinya yang mengambang bergantian.Taehyun mengerutkan bibir ke atas, merasa tak adil karena hanya menjumpai dua sepeda yang lewat.Delapan banding dua itu nilai yang tidak seimbang.

Yah Taehyun memang sengaja menghitung banyak kendaraan beroda dua maupun empat yang melintas; sekedar melepas bosan karena belum jua di jemput Pak Lee.Dan Taehyun harus mengakui, jalanan hari ini cukup sepi.

    Menghembus satu napas jenuh berlanjut dengan menolehkan kepalanya kearah kiri.Taehyun beruntung.Bukan, tidak ada tanda tanda kehadiran sosok pak Lee disana.Namun lebih dari itu yang membuat Taehyun berbunga bunga.Seekor kucing berbulu lilac point berjalan pelan di pinggir trotoar persis menuju ke arahnya.

Taehyun menjatuhkan tubuhnya dari bangku halte, melesatkan kakinya untuk mendekat ke arah si kucing. Beralih berjongkok mengelus bulu bulu yang sedikit kumal itu— tanpa rasa jijik sama sekali, bahkan Taehyun tak memedulikan tas merah maroon seharga ratusan ribu won miliknya bergesekan dengan debu dan daun daun yang berceceran di trotoar.

"Eoh, kakimu terluka?!"

Dagu bersentuhan dengan lutut yang di tekuk, tubuh Taehyun terlihat semakin kecil dan rendah.Namun ia justru lekat memperhatikan luka cakar di beberapa bagian tubuh terutama di salah satu kaki kucing tersebut.Sepertinya sebuah hal biasa untuk seekor kucing liar terluka karena berebut daerah teritorial ataupun makanan dengan sesamanya.Untuk mendapatkan secuil makan memang sangat sulit mengingat mayoritas orang korea yang tak terlalu peduli pada binatang jalanan.

Imam Dari Negri Para Oppa 2Where stories live. Discover now