09.Only Then

1.2K 113 27
                                    

Aku bukan pohon jati yang jenjang lurus menantang langit musim panas.Aku hanyalah aku, yang mencintai dirimu dengan caraku sendiri.Yang mencoba membahagiakanmu dengan mengikhlaskan segenap kisah di masa lalu.

🌙

      Sejenak Kaori dapat melupakan tumpukan pekerjaan yang masih menghuni salah satu sudut mejanya, berusaha menikmati sepiring nasi tauco yang terhidang sekarang.Jendela besar disamping nya memudahkan sepasang manik pekat miliknya meneliti kegiatan di luar restoran.Kendaraan hilir mudik, pejalan kaki memenuhi trotoar dan sedikit mendongak ke atas, Kaori dapat melihat terik mentari diredam gumpalan awan yang berarak di langit biru cerah.

Restoran ini begitu sederhana, tapi cukup nyaman untuk menghabiskan makan siang.Bahkan sudah suapan ke tujuh di lalui Kaori dengan penuh minat.

"Aku tak tahu kalau makan disini cukup menyenangkan." celetuk Kaori setelah kerongkongannya selesai menelan satu sendok nasi tauco dari piringnya.

Yuta menyelesaikan kunyahan Okinawa soba yang masih tertinggal di mulutnya.Menatap lurus kedepan dimana Kaori tengah menelisik sudut sudut restoran.

"Aku sengaja hari ini membawamu makan siang di tempat ini dan syukurlah kalau kau menyukainya.Memang sih restoran nya sederhana tapi sangat nyaman dan enak kan makanannya?"Kekehan lirih terbit dari bibir Yuta.Kaori mengangguk, mengisi ulang sendok nya yang sudah kosong dengan menu yang sama.Suapan ke delapan dan masih terasa menyenangkan.

"Kau ingin makan siang kesini lagi besok?"

Kaori tertegun.Antara mengiyakan atau tidak tawaran dari Yuta.Faktanya Kaori memang suka tempat ini tapi tetap saja bersama Yuta masih terlalu canggung baginya.Tapi sekali lagi ia mengingat akan tujuannya hingga berakhir menerima tawaran tersebut.

"Hai," Kaori menggerakkan kepalanya naik turun teratur, "tapi besok aku yang akan mentraktir mu."(Iya)

"Hey mana bisa begitu? tidak ada sejarahnya seorang perempuan mentraktir lelaki."

Kaori menurunkan sendoknya, sedikit menelengkan kepala ke kanan, "Tapi aku mentraktir mu bukan sebagai perempuan ke lelaki tapi dari Kaori ke rekan bisnisnya."

Kalimat tersebut membungkam Yuta telak.Yang pria itu lakukan sekarang hanya mengangguk pasrah seraya menyantap kembali makanannya.Tapi sepertinya wanita didepannya lebih menarik daripada Okinawa soba sehingga Yuta berakhir menatap Kaori yang sibuk menghabiskan makan siangnya.

"Uhukkk."

Kaori tersedak tatkala mengangkat kepala dan langsung mendapati Yuta menatapnya sambil menopang dagu.Tak lama kemudian pria itu turut terkejut, repot sendiri melihat Kaori terbatuk batuk.Sesegera mungkin menyodorkan sanpin cha yang langsung disambut dengan cepat oleh Kaori.

"Apa yang kamu pikirkan hingga  tersedak begitu?"

Kaori menggeleng, tangannya meletakkan kembali gelas ke atas meja.

Yuta tersenyum tipis akan Kaori yang tak ingin bicara jujur padanya.Tapi Yuta tahu alasan wanita itu tersedak dan sepertinya itu berhubungan dengan dirinya.

"Apa karena aku melihatmu?"

Ekspresi Kaori seketika menegang, apalagi ketika pria itu bangkit dari kursi, mendorong tubuh jangkungnya kedepan hingga refleks Kaori menjauhkan wajahnya dari jangkauan wajah Yuta yang semakin mendekat—kedua matanya membola sempurna.

"Salahkanlah dirimu yang mengagumkan." ucapnya samar nyaris berbisik membuat bulu roma Kaori meremang.

      Benda putih lembut kemudian membelai sudut bibir Kaori, menyeka saus tauco yang tertinggal akibat ia tersedak tadi.Kaori tak sempat berpikir bagaimana perlakuan tersebut terjadi padanya sekarang, Yuta menarik selembar tisu diatas meja pun Kaori tak sadar.Pikirannya tak sinkron, tubuhnya masih membatu.Yuta menarik dirinya kebelakang dengan sebuah smirk terulas di bibirnya.Tidak hanya itu, pria tersebut menyempatkan diri mencomot sebuah umibudo lantas memakannya sekali suap; terlihat menyebalkan.

Imam Dari Negri Para Oppa 2Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin