2

6.9K 743 379
                                    

Guys, Yan kembali lagi🤗

Mau curhat dulu🙏
Guys... aku seneng banget liat komentar2 kalian yg bilang lanjut cerita ini😍 aku enggak nyangka cerita ini bakalan ada yang baca, tapi dalam 1 hari aku dapat 60vote dan banyak comment. Seneng banget aku tuh💙

Kalian semangat, aku lebih semangat lagi guys🤗 kalau cerita ini kalian rajin comment, aku mau up cerita ini setiap hari👌

1 pertanyaan aja nih.
Kenapa kalian baca chapter 1 dan milih untuk lanjut baca chapter 2 ? Kenapa gak berhenti aja. Ini kan ceritanya bikin icemoci😜

Jungkook POV

Aku menatap wajah Putri dengan iba. Dia terus memukuli dadaku, mengeluarkan umpatan dan menangis tanpa henti.

Wajahnya telah dibasahi oleh air mata. Dia terlihat sangat tersiksa setelah mendengarkan permintaanku yang ingin bercerai dengannya. Aku tahu dia terluka, tapi aku akan lebih membuatnya merasa terluka lagi kalau aku masih tetap bersamanya.

Aku mencintai Sonia.

Saat ini yang ingin kulakukan adalah kembali dengan Sonia seperti dulu. Karena Sonialah wanita yang kucintai. Wanita yang dapat membuatku bahagia. Bukan Putri, bukan istriku.

Putri memang membuatku bahagia, tapi tidak untuk sekarang.

Semuanya telah berubah semenjak aku bertemu lagi dengan Sonia. Wanita yang dulunya kucintai dan sekarang pun nyatanya aku masih sangat mencintainya.

"Kau benar-benar brengsek," katanya dengan air mata yang berlinang dan mata membengkak. Keningnya berkeringat, dan anak-anak rambutnya menempel di keningnya yang berkeringat.

Aku tidak menanggapi perkataannyaㅡdia mendorong dadaku. Tapi aku masih berdiri di tempatku. Putri dengan ekspresi terluka kemudian meninggalkanku lalu pergi ke kamar.

 Putri dengan ekspresi terluka kemudian meninggalkanku lalu pergi ke kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia sangat marah padaku. Benar-benar sangat marah.

Selama 10 tahun pernikahan kami, tak pernah sekalipun dia kulihat semarah ini padaku.

Aku menghela napas. Aku tidak akan merubah pikiranku untuk bercerai dengannya. Tidak akan.

Kulangkahkan kakiku pergi dari sana lalu menaiki anak tangga. Begitu sampai di lantai dua, aku berhenti di depan kamar kami. Kamarku bersama istriku. Tapi aku tidak ingin masuk ke dalam melihat Putri yang menangis.

Aku memutuskan pergi ke kamar satu lagi, kamar putra kami.

Kutempelkan tanganku di handel pintu, lalu pelan-pelan membuka pintu. Jisen sedang fokus mengerjakan tugasnya. Dia sama sekali tak menyadari kedatanganku sampai aku menutup pintu di belakangku, tapi saat aku berjalan beberapa langkah, barulah ia sadar dan memutar kursinya.

Jisen tersenyum padaku. "Papa," katanya disertai senyuman sumringahnya.

Aku juga tersenyum lembut padanya. Kuusap rambutnya yang berponi dengan gemas lalu melihat tugas sekolah yang sedang ia kerjakan. "Bagaimana, PR-nya sudah selesai?" tanyaku.

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang