25

4.2K 443 97
                                    

Putri POV

"Terima kasih, Pak," ucapku pada seorang Pak Pos yang baru saja memberikan sebuah amplop cokelat padaku. Ia pergi dan aku pun kembali masuk ke dalam rumah.

Mataku memandang kepada nama pengirim yang tertera di kertas putih yang tertempel di kiri atas amplop, tapi aku sedikit bingung karena nama pengirimnya adalah Sonia Evelyn Smith. Karena aku sangat yakin aku tidak mempunyai seorang pun teman seperti yang tercantum pada nama pengirim.

Tapi jelas, menurut alamat yang tertulis surat ini ditujukan kepadaku.

Aku menutup pintu lalu merobek ujung amplop, penasaran dengan isi suratnya.

Mataku seketika terbelalak lebar. Ternyata bukan surat. Melainkan beberapa lembar foto. Mataku langsung memanas begitu melihat foto-foto suamiku yang tidur bersama wanita lain. Sonia.

Sonia...

Dadaku tiba-tiba sesak. Aku mulai sulit bernapas. Dan yang paling membuatku tampak begitu bodoh... aku malah menangis. Selama ini Jungkook rupanya hanya berpura-pura menyesal, berpura-pura minta maaf, berpura-pura ingin memperbaiki semuanya, tapi yang terjadi... dia malah tidur dengan wanita lain.

Foto-foto di tanganku terlepas dan jatuh ke lantai. Tubuhku terasa lemas. Tanganku mencari pegangan sebelum aku merosot ke lantai. Aku berhasil berpegangan pada sofa dan sebelah tanganku lagi memegangi perutku. Pikiranku hanya dipenuhi 2 kata. Jungkook dan Bajingan.

Tanpa peduli lagi dengan saran dokter, aku berjalan menaiki tangga. Sudah lama aku tak menaiki tangga, tapi kali ini aku benar-benar tak peduli. Aku masuk ke kamar, mengambil koper di samping lemari lalu menyusun pakaianku ke dalamnya. Air mataku tetap mengalir meski aku mencoba memaksa untuk berhenti. Satu-satunya hal yang kuinginkan saat ini adalah segera keluar dari rumah ini. Aku mengambil satu koper lagi lalu masuk ke kamar Jisen. Jisen yang sedang menonton kartun menoleh ke arahku.

"Ma, kita mau ke mana? Mama kok bawa koper?" tanya Jisen bingung.

Aku menghapus air mataku. "Sayang, kita mau pindah. Kamu susun semua buku-buku kamu ya."

"Pindah, pindah ke mana Ma? Kok kita tiba-tiba pindah?"

Aku cepat-cepat berjalan ke lemari dan menyusun pakaian Jisen ke dalam koper. "Sayang, kita nggak punya banyak waktu. Kamu nurut ya sama apa yang Mama bilang."

Jisen yang masih tidak tahu apa yang terjadi pun mengambil buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas sekolahnya.

Begitu selesai aku turun ke bawah dan sekali lagi naik ke atas untuk mengambil koperku. Jisen masih bingung, tapi aku memang tidak ingin tinggal di rumah ini lagi.

"Ma, itu ada foto ya?" Jisen hendak berlari melihat foto-foto yang berserakan di lantai tapi aku cepat-cepat menahan tangannya.

"Sayang, kamu nggak boleh liat itu," kataku penuh penegasan.

Jisen tak jadi melangkah. "Oh, gitu ya Ma. Oke deh Jisen nggak akan liat." Jisen membuang pandangan ke arah lain.

"Ayo, kita pergi sekarang," kataku lagi menarik kedua koper.

"Loh, Papanya mana Ma?"

"Papa kamu nggak ikut," ujarku. "Udah, Jisen jangan banyak nanya. Sekarang kita harus cepat-cepat pergi."

"Tapi, Ma. Masak Papa nggak ikut kita?"

"Jisen, Mama bilang kita harus pergi sekarang juga."

"Papa?"

"Nggak ada Papa Papa."

TBC

Karena sudah mau tamat dan emang seperti ini 😜

🌹 Pilih satu: Jungkook Rafanza kira2 kita buat agama kristen atau islam?  (demi kepentingan kepenulisan)😊

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang