6

4.9K 607 60
                                    

"Putri!"

Tubuh Putri hampir saja ambruk ke lantai kalau saja Feby yang baru datang ke rumahnya tak berhasil menangkap tubuhnya di depan pintu.

Feby adalah sahabat baik Putri yang juga sekaligus adalah teman kerjanya di sekolah tempatnya mengajar.

Feby dengan hati-hati memapah tubuh lemah Putri ke sofa dan mendudukkannya di sana.

"Putri, kau kenapa?" tanya Feby yang sangat heran melihat tubuh Putri yang lebih mirip bak mayat hidup sekarang.

Bibir Putri pucat seperti mayat, rambutnya berantakan, dan wajahnya menampakkan wajah paling lelah.

Putri tak mampu menjawab pertanyaan sahabatnya. Ia dengan kepala tertunduk menggelengkan kepala dengan bahu bergetar hebat mengingat keadaan rumah tangganya yang akan hancur.

Benar-benar akan hancur.

Feby menggenggam tangan Putri, sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk menyingkap rambut Putri ke belakang telinga. Ia tidak langsung mendesak Putri dengan pertanyaan, walaupun memang itulah yang ingin dilakukannya. Ia akan sabar menunngu Putri sampai Putri sendiri merasa siap.

Feby tidak mengucapkan apa-apa, ia menggenggam tangan Putri kuat, mengusap-ngusap punggung Putri dengan lembut dan menunggu Putri sampai mau mengatakan sesuatu.

Sayangnya, Putri tak juga kunjung bicara meskipun Feby sudah menunggunya beberapa saat.

Feby berusaha memperlihatkan wajahnya yang tenang. "Putri, aku akan menunggumu sampai kau sudah merasa tenang untuk berbicara," kata Feby pengertian. Ia tidak akan mendesak sahabatnya, apalagi malah membuat merasa sahabatnya tidak nyaman atupun malah ragu untuk mengatakan sesuatu.

"Putri, kau tunggu di sini dulu, ya. Aku akan mengambilkan air minum untukmu," ucap Feby lagi.

Meskipun ia tidak ingin meninggalkan sahabatnya yang sedang terluka, tapi ia memutuskan mengambil air hangat untuk Putri.

Feby sudah sering datang ke rumah Putri, jadi ia hapal betul di mana Putri menyimpan barang-barang dapurnya. Tak butuh berapa lama, Feby kembali lagi dengan segelas air hangat di tangannya.

Ia pelan-pelan duduk di samping Putri. "Putri, sebaiknya kau minum dulu, ya." Feby mengangkat gelas dan butuh beberapa saat juga sampai Putri mengambil gelas itu.

Putri yang dengan wajah berlinang air mata menatap Feby sebelum meminum air hangat. "Ayo, diminum," kata Feby lagi dengan suara tenang.

Ketika mata Putri terpejam dengan air mata masih mengalir di wajah, saat itulah air hangat itu menuruni kerongkongannya.

"Feby, Jungkook ingin menceraikanku," ucap Putri dengan suara tangis yang tertahan-tahan dan bahu bergetar hebat.

Feby melebarkan mata seketika. Sungguh sangat lebar. Ia benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Bagaimana mungkin?" kata itu hanya ada dalam pikirannya karena ia tak jadi mengucapkannya. Bukan kata itu lah yang tepat untuk ditanyakan pada sahabatnya yang sedang menangis tersedu sekarang.

Feby memeluk Putri erat-erat. Ia ingin menyalurkan kekuatan yang ia miliki untuk sahabatnya. Ia mengusap punggung Putri lagi. Feby sendiri bahkan ingin menangis mengetahui sahabatnya akan bercerai dengan suaminya. Yang di dalam diri Feby berharap perceraian itu sama sekali tidak akan pernah terjadi.

Selama ini, Feby adalah sahabat terbaik Putri. Feby tahu segalanya tentang Putri karena mereka sudah bersahabat sejak masih duduk di bangku SMA. Feby tahu tentang perjodohan Putri dan Jungkook, ia juga tahu kalau ternyata akhirnya Jungkook dan Putri saling mencintai dan mempunyai kehidupan rumah tangga yang sempurna seperti yang dilihatnya selama ini.

Tapi, Feby tak pernah tahu kalau rumah tangga sahabatnya itu ternyata sedang ada masalah.

"Putri, kau bisa cerita padaku saat kau sudah tak ragu untuk mengatakannya. Tenanglah, aku ada di sampingmu," ucap Feby mengusap-usap punggung Putri. Ia benar-benar tak menyangka dengan cobaan yang dihadapi oleh temannya saat ini.

Feby melonggorkan pelukan, menatap wajah Putri yang tak dapat lagi digambarkan dengan kata-kata. Putri benar benar putus asa.

Butuh beberapa waktu untuk Putri mau membuka cerita. Feby masih dengan sabar menunggu Putri sampai mau bersuara.

Begitu Putri merasa sedikit lega, ia pun mulai bercerita tentang semuanya. Ia bercerita mulai dari apa yang dialaminya bersama suaminya dan juga juga tentang kehamilannya.

Feby melebarkan mata. Mata itu bahkan terlihat ingin keluar dari tempatnya. Feby, benar-benar melebarkan mata. "Putri," ucap Feby langsung melihat perut Putri.

"Kau benar-benar hamil?" tanya Feby lagi. Ia ingin memastikan sekali lagi.

Dengan air mata yang tak dapat berhenti mengalir di wajahnya, Putri mengangguk pelan.

Saat ini, Feby pun ikut menangis. Dia benar-benar tidak menyangka dengan apa yang dialami sahabatnya.

"Sudah berapa lama usia kehamilanmu?" tanya Feby cepat.

"10 minggu," jawab Putri.

"Ya, Tuhan..." Feby benar-benar kehabisan kata-kata. Ia memegangi kepalanya sendiri. Ia ikut merasa khawatir dan sangat panik.

"Putri, kau sudah memberitahunya pada Jungkook?" tanya Feby yang saat ini membekap mulutnya dengan kedua tangan.

Kepala Putri menggeleng. "Dia tidak akan peduli denganku," kata Putri putus asa.

"Tapi dia masih suamimu, dan kau sedang mengandung anaknya."

Belum sempat menjawab, Putri mengerjapkan matanya, lalu ia pingsan.

Besok lagi ya guys😊

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang