17

5.4K 574 145
                                    

Jangan lupa voment ya😊

Jangan lupa voment ya😊

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.


Putri POV

Satu setengah bulan berlalu dan Jungkook tak pernah lagi kembali ke rumah.

Sejak pertengkaran kami malam itu, Jungkook tak pernah lagi kembali ke rumah. Bahkan Jisen yang merindukannya  juga tak bisa bertemu dengan Jungkook.

Sekali pun aku meneleponnya atau sekadar mengirim pesan singkat memberitahu perasaan Jisen yang benar-benar merindukannya, tapi Jungkook tak pernah mengangkat atau pun membalas pesanku.

Jisen bahkan pernah marah dan begitu kecewa karena Jungkook tak menepati janjinya untuk pergi ke Puncak seperti yang dijanjikan Jungkook tempo hari.

Jisen selalu menanyakan Jungkook padaku, dan aku merasa sedih karena harus berbohong pada putraku sendiri. Aku selalu mengatakan kalau Jungkook sedang bekerja di luar kota. Aku tak ingin putraku tahu tentang masalah kami.

Aku tersentak saat bel sekolah berbunyi. Akhirnya aku tersadar dari lamunanku dan menatap murid-muridku yang bersorak dan berlomba-lomba menyusun peralatan belajarnya ke dalam tas masing-masing.

Mereka dengan semangat berlari ke depan, menyalamiku dan kemudian keluar kelas.

Waktu kelas sudah kosong, giliran aku yang menyusun barang-barangku ke dalam tas.

Sebelum aku berdiri, kuletakkan kedua telapak tanganku pada pinggiran meja untuk menopang tubuhku dan pelan-pelan mulai berdiri.

Usia kehamilanku sudah empat bulan. Berbeda saat aku mengandung Jisen dulu, kehamilanku kali ini terasa lebih besar meski baru empat bulan. Kehamilanku kali ini benar-benar terasa berbeda dari yang pertama.

Selain perutku yang lebih besar, aku juga sering mengalami demam tinggi dan tidak terlalu sehat untuk mengajar di kelas. Aku menyadari fisikku juga lemah, tapi demi murid-muridku, semuanya kuusahakan agar ilmu yang kuajarkan bisa tersampaikan dan mereka serap.

Baru aku berdiri, kurasakan kepalaku tiba-tiba pusingㅡseperti biasanya. Aku memejamkan mata dan tetap meneruskan langkah.

Baru aku berjalan enam langkah, aku memegangi perutku yang tiba-tiba terasa sakit. Aku berhenti. Aku menarik napas sambil tanganku mengelus-elus perutku yang terasa nyeri sambil kembali meneruskan langkah.

Oh Tuhan, rasanya semakin sakit.

Teramat sangat sakit.

Aku meringis.

Kugigit bibirku kuat-kuat menahankan rasa sakit yang luar biasa di bagian bawah perutku. Aku lambat-lambat berjalan dan memegangi bingkai pintu.

Kutundukkan kepalaku, kupejamkan mataku, kugigit bibirku dan menarik napas susah payah.

"Putri? Kau kenapa?" Suara Jimin bisa kudengar, tapi mataku yang tertutup tak dapat melihatnya. Untuk membuka mata saja rasanya aku tak mampu. Perutku sakit sekali. Aku memegangi bagian bawah perutku.

Hanya Dirimu ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя