19

6.1K 862 326
                                    

Chapter 20 dilanjut kalau udah 400 vote.👌 soalnya aku mau fokus ke Yan & Her Protector👍

Jungkook cukup terkejut mendengar sebuah teriakan dari dalam kamar mandi yang sedang digunakan istrinya.

Tak lama dari keterkejutannya pintu kamar mandi pun terbuka. Jungkook berniat ingin segera memberikan surat cerai itu pada istrinya namun pemandangan mengejutkan terlihat begitu nyata di depannya.

Putri keluar dari dalam kamar mandi dengan wajah pucat pasi. Keningnya di penuhi bulir-bulir keringat. Tangannya memegangi bagian bawah perutnya dan ia... nyaris kehabisan napas.

"Engh..." Putri meringis kesakitan menahan sakit yang luar biasa di bagian bawah perutnya. Air mata telah terbit dari kedua sudut matanya, hidungnya pun ikut memerah.

Jungkook membelalakkan mata saat melihat istrinyaㅡdarah merah segar mengalir dari kedua paha istrinya hingga melewati betisnya dan berakhir menggenang di lantai.

Putri mengalami perdarahan.

"Putri." Jungkook yang tiba-tiba panik pun menjatuhkan mapnya. Ia melompat jauh ke depan dan dengan sigap menangkap tubuh istrinya yang limbung dan hampir jatuh ke lantai.

Putri yang menahan rasa sakit tak tertahankan pada perutnya tetap berusaha melindungi perutnya, apalagi kakinya terasa lemas setelah melihat darah segar mengalir dari dalam tubuhnya. Napasnya... ia hampir kehabisan napas.

Putri mencoba meraup oksigen tapi sulit. Lehernya telah dialiri keringat, Sakit di bawah perutnya seolah ia sedang meregang nyawa.

"Putri, kau baik-baik saja?" tanya Jungkook yang begitu cemas, apalagi melihat wajah Putri yang nyaris tak berdaya.

Putri menggelengkan kepala menandakan tidak. Putri kehabisan tenaga, matanya sedikit-sedikit mulai terpejam, napasnya mulai tak teratur, hingga akhirnya matanya terpejam sepenuhnya.

Jungkook dapat merasakan berat tubuh istrinya sepenuhnya dalam dekapannya. Dengan rasa panik dan khawatir luar biasa ia membopong tubuh istrinya keluar kamar.

***

Putri POV

Aku benar-benar sudah tak kuat lagi. Meski aku memejamkan mata, tapi aku tidak tertidur. Aku hanya terlalu lelah menahan rasa sakit di perutku yang rasanya menjalar ke setiap inci tubuhku.

Aku sudah duduk di dalam mobil. Sesekali kubuka mataku melihat jalan, Jungkook yang menyetir di sebelahku juga memasang raut wajah panik.

Kepalaku bergerak-gerak gelisah kesana-kemari karena tak nyaman, tubuhku di penuhi keringat, dan darah mengalir dari pahku tapi aku tak berdaya untuk sekadar mengelapnya. Kakiku di bawah terkangkang dengan lemas, tangan memegangi perutku yang sakitnya tak juga mau pergi.

Jisen duduk diam di jok belakang. Dari tadi ia tak mengucapkan sepatah kata pun. Aku sendiri ingin mengajaknya bicara, tapi aku tak lagi mampu.

Dadaku naik-turun mengambil napas. "Jungkook, aku tidak kuat lagi," kataku jujur. Rumah sakit masih jauh dan aku akan mati sebelum sampai sana.

"Putri, sebentar lagi kita sampai," ucap Jungkook menenangkan dalam suara penuh ketegangan yang tak bisa ia sembunyikan.

Tapi napasku mungkin tak akan sanggup lagi sampai di rumah sakit.

"Kita ke tempat praktek bidan Shinta saja," kataku. Tempat praktek bidan Shinta sudah tak jauh lagi dari sini dan aku segera ingin di tangani.

Jungkook yang cemas tidak menjawab. Matanya terus menatap ke depan membuat pilihannya sendiri hingga akhirnya ia membelokkan mobilnya ke jalan tempat praktek bidan.

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang