11

5.1K 608 170
                                    

Jungkook menegang saat baru saja membuka pintu, melihat pemandangan di depannya. Istrinya telah kembali pagi ini, tapi bukan hanya saja dengan Jisen melainkan dengan seorang pria lagi.

"Papa," sorak Jisen yang merasa senang karena melihat ayahnya di rumah.

Meskipun Jungkook kesal, tapi ia mencoba tersenyum pada Jisen. Tapi tatapan membunuh ia tikamkan pada pria di samping Putri.

Entah siapa yang sedang berdusta, tapi kedua pria dewasa itu sama-sama bersikap sangat tenang. Kecuali mata mereka yang saling menghunjamkan peluru.

"Hai," kata pria di samping Putri pada Jungkook, "aku adalah teman istrimu dan aku hanya mengantar Putri dari rumah sakit," jelas pria itu.

Tentu Jungkook tahu siapa pria itu. Jimin, pria yang dari dulu dibenci Jungkook sebab Jimin sangat dekat dengan istrinya.

Apa pun alasan pria itu, benar tidak benar benar alasannya, tetap saja, Jungkook masih marah.

Tapi wajahnya kemudian berpura-pura melembut. "Ya, terima kasih," jawab Jungkook merasa sangat berterima kasih pada sahabat istrinya itu. Padahal sebenarnya dalam hati ia memaki pria di depannya itu.

Sama seperti Jungkook, Jimin pun melakukan hal yang sama. Berpura-pura menunjukkan rasa senangnya karena dapat membantu teman kerjanya.

Jimin berpamitan pulang dan tinggallah Jungkook bersama istrinya karena Jisen sudah naik duluan ke kamarnya membawa tas sekolahnya dan mengganti bajunya yang belum ia ganti dari semalam.

Baru saja Jungkook menutup pintu, ia kemudian mengejar Putri yang sudah berada di anak tangga ke tujuh. Jungkook dengan gerakan cepat mencengkeram pergelangan tangan istrinya.

"Dari mana saja kau, hah?" tanya Jungkook tegas.

Rahang Jungkook mengeras, tatapannya penuh amarah.

Tangan Putri terlalu lemas untuk melawan atau pun melepas cengkeraman Jungkook.

Ia masih baru pulang dari rumah sakit, itu pun bukan karena saran dari dokter di rumah sakit, melainkan keinginannya sendiri yang ingin cepat-cepat pulang karena tak tahan berlama-lama di rumah sakit.

Kedaan Putri masih lemah, wajahnya masih pucat dan ia masih harus banyak istirahat seperti yang dikatakan dokter padanya.

"Jungkook," jawaban Putri terdengar sangat lemah. "Aku pingsan di rumah semalam dan Feby membawaku ke rumah sakit," jelasnya.

"Oh, ya? Dan kenapa malah pria itu yang mengantarmu?" Jungkook dengan nada tak senang menunjuk pintu, seolah menunjuk Jimin berdiri di sana.

"Jungkook, dia hanya mengantarku pulang," Putri menjelaskan. Tubuhnya masih harus butuh istirahat, tapi saat ini dia malah bertengkar dengan suaminya.

"Oh, ya, tentu saja dia hanya mengantarmu pulang barusan setelah kau tidur dengan pria itu!" Jungkook berseru.

Putri cepat-cepat menggelengkan kepala, menyangkal tuduhan suaminya sendiri. "Jungkook apa maksudmu? Aku sakit. Aku di rumah sakit." Putri meninggikan nada suaranya. Jungkook benar-benar tidak bisa menuduhnya seperti ini. Tidak bisa.

"Kau kira aku percaya padamu." Jungkook mencengkeram lengan Putri hingga wajah Putri ikut memerah menahan sakit. Putri ingin melepaskan cekalan Jungkook dengan tangannya yang lain. Tapi Jungkook seolah hampir mematikan semua urat syaraf di tubuh Putri.

Rasanya sakit setengah mati. Putri menangisㅡmengemis memohon ampun pada suaminya, tapi Jungkook memasang wajah berang.

"Jangan berani-beraninya kau selingkuh di belakangku." Rahang Jungkook mengeras, matanya setajam silet dan Putri merasa takut melihatnya.

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang