35

3.4K 308 72
                                    

Putri POV

Entah sudah berapa lama aku hanya memandangi handphone di tangan. Ragu-ragu untuk menelepon nomor Jungkook. Tanpa sadar jariku sudah melakukan panggilan dan langsung diangkat.

"Assalamualaikum," kata Jungkook di seberang telepon. Entah kenapa jantungku berdebar-debar kencang mendengar suaranya.

"Waalaikumussalam," balasku berkata.

"Putri?"

"Ya. Ini aku. Aku hanya ingin mengingatkan tentang perceraian kita. Minggu depan tolong datang ke Kantor Pengadilan Agama. Kita harus selesaikan permasalahan kita secepat mungkin."

Terdengar suara helaan napas berat di seberang telepon. "Putri, apa tak ada sedikitpun lagi kesempatan untukku?"

"Tidak," kataku cepat dan langsung memutuskan sambungan telepon. Aku takut lama-lama berbicara dengannya. Aku tidak mau mendengarnya membujuk, yang ada nantinya aku malah jadi bimbang dengan keputusanku sendiri. Keteganganku seketika sirna saat menatap Jasmine yang tersenyum padaku.

"Kenapa, Jasmine senyum-senyum?" tanyaku melihatnya yang berbaring. Jasmine mengangkat kedua tangannya.

"Putri, boleh Umi berbicara?"

Aku menoleh dan melihat Umi yang baru muncul berdiri di pintu kamar yang terbuka. Setelah itu Umi duduk di pinggiran tempat tidur.

"Ada apa, Umi?" tanyaku.

Umi memandang wajahku. "Umi bukannya ingin ikut campur urusan rumah tangga Putri. Umi hanya ingin bertanya. Apakah Putri sudah yakin dengan keputusan Putri?"

Aku tahu apa maksud dari pertanyaan Umi. Sejak beberapa minggu lalu Jungkook di sini, sejak saat itulah Umi pun tak pernah membahas tentang kami. Apalagi Umi tahu aku sudah mengurus perceraian kami. Umi yang sangat mengerti tidak ingin membuatku bertambah stres.

"Ya, Umi. Putri sudah memikirkannya matang-matang," jawabku.

"Hari itu, sebelum suami Putri pulang ke Jakarta. Dia menemui Umi. Dia menangis dan berkata dia benar-benar menyesal. Dia juga memberi Umi uang dan mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga Putri dan anak-anak. Umi bisa merasakan kalau dia benar-benar menyesal atas apa yang telah terjadi," ucap Umi lagi.

Aku menarik napas dalam-dalam. "Keputusan Putri sudah bulat. Dia menyesal ataupun tidak menyesal bukan urusan Putri."

"Putri, terkadang apa yang terjadi adalah untuk mengajarkan kita. Dalam pernikahan harus banyak bersabar dan bertoleransi. Tidak boleh mementingkan diri sendiri."

"Umi," kataku yang hampir menangis saat mengingat kejadian setahun lalu, "justru karena terlalu banyak bersabarlah makanya semuanya jadi seperti ini."

"Putri..." Umi menggenggam tanganku. "Kalau Putri pikir masih ada rasa sayang dan cinta untuk dia, Umi rasa tak salah kalau Putri kasih dia satu kesempatan lagi untuk dia berubah," Umi memberitahu.

"Umi minta maaf kalau apa yang Umi katakan ini tidak menyenangkan hati Putri. Umi hanya Ingin yang terbaik untuk anak Umi," kata Umi yang sudah menganggapku seperti anaknya sendiri. Tangan Umi menggenggam tanganku erat.

"Umi, ini yang terbaik," ucapku yakin.

Umi tersenyum. "Umi doakan yang terbaik. Semoga Allah tunjukkan jalan dan mempermudahkan segala urusan Putri," ucap Umi lagi.

Aku sekadar mengangguk.

TBC

Sekarang kalian tim mana👇

🐾Tim merasa kasihan sama Jungkook

🐾Tim merasa Putri egois

🐾Tim benci Jungkook tapi juga sayang 👉👈

🐾Tim berpikir "Ini cerita kapan tamat?"😂

🐾Tim nunggu "Update lagi."😜




Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang