9

4.6K 564 125
                                    

"Jimin, ada apa?" tanya Putri yang terkejut sekaligus bingung melihat sikap Jimin yang air mukanya mendadak ingin marah.

Jimin juga bodoh, ia menunjukkan kekesalannya di depan Putri sehingga Putri jadi bingung dan bertanya-tanya sekarang.

Jisen lebih bingung. Ia menatap Jimin, mencoba menyimpulkan sesuatu. Tapi ia tetap bingung.

Jimin sekarang menyesal. Ia menghela napas berat. "Aku minta maaf," kata Jimin yang kemudian duduk lagi.

"Hai, semuanya..."

Jimin harus bersyukur karena ada Feby menjadi penyelamatnya.

Saat ini Feby telah datang bersama seorang pria tinggi berkemeja krem. Bisa di pastikan pria itu baru saja pulang kerja. Terlihat pria itu masih rapi dengan celana hitam panjang yang membalut tungkainya. Sepatu hitamnya juga masih mengilap.

Pria itu mempunyai wajah tampan nan menawan, membuat wanita di sebelahnya tak mau melepaskan gandengan tangannya di lengan kekar pria itu.

"Guys, suamiku baru saja datang," kata Feby. Ternyata pria tinggi itu adalah suami Feby yang sangat dicintainya.

 Ternyata pria tinggi itu adalah suami Feby yang sangat dicintainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin berdiri. Putri menyapa. Sedangkan Jisen melompat dari atas tempat tidur.

"Paman Jin..." Jisen langsung berlari ke arah Jin dan Jin langsung menangkap tubuh Jisen dan membawanya kedalam gendongannya dengan mudah.

Meskipun Jisen sudah kelas 2 SD tapi ia sangat suka di gendong oleh orang-orang yang di sayanginya, termasuk Jinㅡsuami Feby.

"Jisen, sudah lama kita tidak bertemu," kata Jin yang saat ini menatap wajah Jisen yang semakin menggemaskan saja dari yang terakhir kali ia lihat.

Feby yang berada di samping Jin pun mengangkat tangannya untuk mencubit wajah Jisen. Feby benar-benar gemas melihat wajah putra sahabatnya itu. Jisen langsung menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jin.

Jisen sangat anti dengan Feby.

Tapi Jisen sangat sayang dengan suami Feby.

🕊🕊🕊

Jam menunjukkan hampir jam 3 pagi. Jungkook baru saja pulang dari apartemen Sonia. Ia membuka pintu dengan kunci yang di bawanya, untung saja dia selalu membawa kunci jadi mau jam berapa pun dia pulang ke rumah, dia tidak akan kerepotan untuk membuka pintu.

Ruang tengah gelap. Tak biasanya lampu di ruangan tengah dimatikan. Biasanya hanya kamarnya saja yang lampunya dimatikan karena Putri lebih suka tidur tanpa lampu yang menyala.

Kaki Jungkook berjalan menapaki tangga, lalu membuka pintu kamarnya. Ia terkejut.

Istrinya tidak ada di sana.

Dimana istrinya? Kenapa di saat jam 3 pagi seperti ini istrinya malah tidak ada di kamar.

Ia keluar kamar lagi, lalu mengayunkan langkah ke kamar Jisen.

(Cilup Ba!!😂🤘🙏🙏)

Ternyata kamar Jisen juga kosong. Tidak ada siapapun di sana.

Jungkook bingung. Kemana anak dan istrinya pergi?

Apa jangan-jangan Putri membawa Jisen pergi dari rumah?

Apa Putri sengaja melakukannya agar menjauhkan Jisen darinya?

Putri sialan, pikir Jungkook.

Awas saja kalau dia bertemu dengan Putri, dia akan memberi istrinya itu pelajaran.

Jungkook mengeluarkan handphone dari saku celana. Tidak ada satu pun panggilan dari istrinya.

(Kan lu blokir, pintar!)

Ingatan Jungkook kembali, ia sudah memblokir nomor istrinya sendiri. Jungkook kemudian menebak-nebak kemana istrinya pergi membawa anaknya?

Rumah orang tua Putri? Tidak mungkin. Kedua orang Putri berada di Medan.

(Nah, Yan emaknya Putri nih😂)

Kemana pun Putri pergi, Jungkook tak perlu mengkhawatirkannya. Karena dia memang tak akan khawatir dengan wanitu itu.

Jungkook menarik napas. Brengsek. Dia khawatir.

Dia mengingat istrinya yang sakit tadi malam, ia mengingat kata-kata Putri yang mengatakan kalau istrinya itu sakit.

Kalau diingat-ingat lagi, selama 10 tahun pernikahan mereka berdua, tak sekalipun Putri mengeluh karena sakit yang dialaminya, apalagi menunjukkan rasa sakitnya secara terang-terangan seperti tadi malam.

Putri biasanya akan berkata ia baik-baik saja sekalipun putri sedang demam atau tidak enak badan. Putri tidak ingin membuat suaminya cemas karena memikirkannya. Putri paling tidak mau melihat Jungkook cemas akan dirinya.

Jungkook menggelengkan kepala. Ia tidak harus memikirkan istrinya itu. Istrinya sendiri yang pergi dari rumah, kenapa ia harus pusing-pusing memikirkannya.

Tanpa mau ambil pusing, Jungkook berbaring di atas tempat tidur. Dia lebih baik tidur daripada memikirkan istrinya yang lebih memilih keluar dari rumahnya sendiri.

Brengsek. Perasaannya tidak enak. Sekalipun Jungkook memejamkan mata untuk tidur, tapi dadanya terasa sesak. Meskipun ia tidak ingin khawatir, tapi hatinya tidak berkata seperti itu.

Kenapa dia sekarang? Kenapa tiba-tiba perasaan aneh menyergapnya.

Lanjut lagi👇

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang