39

3.4K 303 17
                                    

Aku langsung bergegas keluar begitu mengetahui Umi sudah tiba di depan rumah. Umi datang bersama Jimin. Jasmine yang berada di gendongan Umi langsung mengulurkan kedua tangannya begitu melihatku. Aku yang tadi malam tak bisa tidur karena Jasmine tak bersamaku pun langsung mengambilnya dari gendongan Umi.

"Sayang, Mama sangat merindukan Jasmine." Aku mencium wajah putriku penuh kerinduan. Jasmine langsung mengeluarkan kekehan. Tangan dan kakinya ia goyang-goyangkan karena kesenangan. "Umi, Jisen sama Mira baik-baik saja kan?" aku bertanya tentang putraku.

"Iya, kamu tenang saja. Jisen tidak nakal kok. Dia baik-baik saja sama Mira." Umi meyakinkan dan aku pun mengangguk lega. Jisen tak bisa dibawa kemari sebab ia sedang sekolah.

"Putri, apa kau yakin akan tinggal seminggu di sini?" tanya Jimin saat memandang rumah besar di belakangku.

Aku tahu Jimin tak suka kalau aku tinggal di sini. Tapi aku tetap mengangguk. "Ya, aku akan seminggu tinggal di sini," jawabku yakin.

"Jimin, kamu tak perlu khawatir seperti itu. Lagi pula kan Putri di sini juga tinggal di rumah mertuanya, bersama suaminya," ujar Umi di sebelah Jimin.

"Iya, Umi, tapi bukan itu sebenarnya tujuan Putri datang kemari. Ia ingin bercerai," protes Jimin. Terlihat jelas Jimin masih kesal dengan keputusan yang kuambil.

"Jimin, aku tahu apa yang kulakukan. Kau tak perlu khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini," ucapku dengan tenang, meyakinkannya kalau aku akan baik-baik saja di sini.

"Ya, aku tahu. Tapiㅡ"

"Umi, sudah lama sampai ya?" Jungkook baru keluar dan berdiri di sampingku. Umi langsung mengukir senyum pada Jungkook, tapi sangat berbeda dengan Jimin yang seketika wajahnya berubah masam. Aku tahu dia sangat tidak menyukai Jungkook setelah kejadian setahun lalu.

"Baru saja kok," Umi yang menjawab.

"Oh, begitu ya. Ayo, kita masuk ke dalam," ajak Jungkook mempersilakan tamunya masuk. Tapi Jimin langsung menyela.

"Tidak usah. Kami masih mempunyai banyak urusan," sahut Jimin ketus. Memandang Jungkook dengan tatapan tak suka.

"Jimin, ayo masuk dulu. Minum sebentar," ajakku kemudian.

"Lain kali saja. Aku masih ada banyak urusan. Kalau ada apa-apa langsung telepon aku saja," pesannya. Kemudian sambil membungkuk Jimin mencium pipi Jasmine.

"Jasmine, Papa pergi dulu ya," ucap Jimin lagi kemudian menatap tajam ke arah Jungkook. "Putri, kalau ada sesuatu yang terjadi di sini, kau bisa segera menghubungiku."

Aku tidak langsung menjawab. Jungkook juga menyadari ucapan Jimin yang protektif, tapi Jungkook di sebelahku menyikapinya dengan tenang. "Aku akan menjaga Putri. Dia istriku. Terima kasih juga sudah mengantarkan anak kami," balas Jungkook tersenyum.

Jimin semakin menatap Jungkook geram. Aku bisa tahu Jimin sedang menahan amarah dari kedua tangannya yang terkepal di sisi tubuh. Tapi Jimin berusaha untuk tidak melampiaskan amarahnya jadi ia langsung berjalan ke mobilnya.

Umi yang melihat Jimin pun kemudian ingin menyusul. "Umi pergi dulu ya. Maaf karena Umi tak bisa singgah."

"Tidak apa-apa, Umi," kata Jungkook. "Sekali lagi terima kasih banyak ya sudah mengantarkan Jasmine kemari," ucap Jungkook berterima kasih.

Umi mengucapkan sama-sama dan sebelum pergi Umi memelukku erat lalu tak lupa memberikan kecupan sayang di puncak kepala Jasmine. Umi pun naik ke mobil.

"Jimin, hati-hati di jalan," aku berpesan pada Jimin.

Tapi Jimin hanya mengangguk tanpa tersenyum atau mengucapkan sepatah katapun.

Tbc

Hanya Dirimu ✔️Where stories live. Discover now