41

3.9K 332 28
                                    

Author POV

Putri menatap lurus ke kolam renang. Setelah ia menidurkan Jasmine, ia memilih untuk bersantai sejenak dan memilih duduk di dekat kolam belakang rumah. Tubuhnya bersandar ke kursi dan tak mendengar langkah kaki Yan di belakangnya.

"Kakak melamun ya?" Yan yang baru datang dan melihat kakak iparnya melamun langsung mengambil duduk di sebelahnya.

"Tidak kok," jawab Putri berdusta.

Yan memutar kedua bola mata malas. "Masih saja tidak mau mengaku, dari tadi Yan liat Kakak itu melamun," kata Yan lagi. "Kakak liat nggak kalau barusan kucing Yan lewat di depan Kakak?"

"Liat kok, kakak liat," jawab Putri bohong, bermaksud membela diri.

"Nah, benar kan ternyata Kakak itu lagi melamun. Orang kucing Yan aja udah mati sebulan lalu." Yan menyilangkan tangan sambil menyandarkan punggung ke kursi.

Memang bukan Yan namanya kalau tidak menyebalkan.

"Katy sudah mati?" tanya Putri yang masih ingat dengan kucing kesayangan Yan yang berwarna putih.

Yan mengangguk. "Iya, Kak," sahut Yan. Tapi kemudian ia tidak ingin melanjutkan pembahasan mengenai kucingnya. "Jadi, benar kalau Kakak akan bercerai dengan Kak Jungkook?"

Putri sempat kaget mendengar pertanyaan adik iparnya. Bagaimana bisa ia tahu tentang perceraiannya? Ia kira orang-orang di rumah ini sama sekali tak tahu menahu, tapi ternyata hanya pura-pura tidak tahu saja.

"Dari mana kamu tahu kalau Kakak akan bercerai?" tanya Putri serius.

Yan menggigit bibir. "Dari pembicaraan Papa sama Kak Jungkook yang tak sengaja Yan dengar," jawab Yan jujur.

Putri menghela napas. Percuma ia mencari-cari cara untuk menutupi semuanya jika adik iparnya itu sendiri memang sudah tahu.

Putri yang tak ingin menatap adik iparnya itu pun mengalihkan tatapan ke kolam renang. "Mungkin ini memang yang terbaik untuk kami berdua," ucapnya antara yakin dan tidak yakin.

Yan sendiri sangat tidak setuju. "Kak, kalau kalian bercerai bagaimana nasib Jisen dan Jasmine? Mereka berdua masih sangat membutuhkan kedua orangtuanya." Yan berusaha mengatakannya dengan nada pelan agar tak membuat kakak iparnya itu malah tersinggung.

Putri tahu jawaban Yan benar, tapi begitu kenangan pahit tahun lalu berkelebat di kepalanya, ingin saja rasanya ia membeberkan bagaimana Jungkook yang sebenarnya. Tentu saja Yan tidak tahu bagaimana kisah mereka yang sesungguhnya.

"Yan, kakak sendiri yang akan selesaikan masalah rumah tangga Kakak. Kakak sudah memikirkan semuanya secara matang-matang saat mengambil keputusan."

Yan terdiam. Ia memang tak seharusnya ikut campur masalah rumah tangga kakaknya. Tapi bagaimana bisa ia diam saja. Ia juga ingin yang terbaik untuk kakaknya, untuk keponakan-keponakannya. Ia menyayangi kakaknya, ia juga menyayangi keponakannya, bahkan juga kakak iparnya. Jadi ia sama sekali tak ingin Putri bercerai dengan kakaknya.

Yan tahu kalau kakak iparnya itu sepertinya sedang keras kepala dan sedang sensitif membahas topik ini, oleh karen itu Yan lebih berhati-hati saat mengeluarkan apa yang ada dalam benaknya. "Kak, percayalah, Kak Jungkook hanya mencintai Kakak," ucap Yan benar-benar ingin meyakinkan Putri untuk tidak bercerai.

Hanya mencintainya?  Kalau itu memang benar adanya, tidak mungkin suaminya itu akan berselingkuh.

Putri lagi-lagi menahan diri untuk tidak membocorkan kesalahan suaminya itu di depan adik iparnya.

"Kak, percayalah Kak Jungkook sudah tidak mencintai Sonia lagi sejak kalian berdua menikah."

Putri tersentak. Kenapa Yan menyebutkan Sonia? Apakah Yan sebenarnya tahu kalau perpisahan mereka bermula karena kekasih Jungkook. Sonia.

"Kak, kalau Kakak memang tidak bisa lagi kembali bersama Kak Jungkook, tolong, setidaknya maafkan kesalahannya. Selama Kakak meninggalkannya, dia benar-benar menderita. Penyakitnya benar-benar menyiksanya."

"Penyakit?" tanya Putri.

Kali ini Yan yang terkejut. Apakah ia sudah melakukan kesalahan? Yan menggigit bibir sambil kedua matanya menatap kakaknya ragu-ragu. "Kakak tidak tahu kalau Kak Jungkook sakit?"

Putri menggeleng, menandakan kalau ia memang tidak tahu. "Jungkook sakit apa?" tanya Putri lagi. Penasaran sekaligus juga merasakan kekhawatiran yang tiba-tiba muncul mendatanginya.

Yan menelan ludah. Ia benar-benar keceplosan. Awalnya ia mengira kalau kakak iparnya itu sudah tahu. Tapi melihat raut wajah Putri yang bingung, Yan pun sadar kalau kakak iparnya itu memang tidak belum tahu sama sekali.

"Jungkook sakit apa, Yan?" desak Putri.

"Kak, maaf. Yan tidak bisa memberitahukan Kakak soal ini." Yan langsung bangkit dari duduknya, tidak ingin membahas ini atau mendapatkan pertanyaan yang sama lagi dari kakak iparnya. Namun saat Yan hendak kabur, Putri menyambar tangannya.

"Yan, Jungkook sakit apa?" Mata Putri lebih tajam dari beberapa saat lalu. Seolah ketajaman matanya dapat membuat Yan memberitahukan apapun yang sedang ditutup-tutupinya sekarang.

Yan menggelengkan kepala. Ada perasaan menyesal di wajahnya. "Maaf, Kak. Yan tidak bisa memberitahukan soal ini pada Kakak. Yan sudah janji dengan Kak Jungkook."

"Kenapa?" tanya Putri lagi. Yan menggeleng.

Dan jawabannya pun menggantung sebab Yan tetap pada pendiriannya, memilih bungkam dan kemudian masuk ke dalam rumah.

Tbc

Aku updatenya besok lagi aja ya, soalnya aku ada kelas 😅😭

Maaf, akhir2 ini aku juga ngerasa tulisanku semakin menurun soalnya lagi susah konsentrasi. Pikiranku terbagi entah kemana-mana. Tugas tak terhingga, masa penyembuhan, proses perceraian, lahiran😅

ㅡyan park 😜

Why so serious?😋

Hanya Dirimu ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang