🌷 [7] Laughter memories

5.3K 274 55
                                    

Vote dan komen jika kalian suka cerita ini. ;)

Alasanku menyakitimu adalah keegoisan, bukan sekedar paksaan menahan kekhawatiran. Lalu, bagaimana jika simpatiku tergerak untuk membantumu?
-Raqa Abimanyu Dinata-

-Raquilla-
•••

-Raquilla-•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"NABILLA!"

Juan, Ragil, dan Gheral bergegas menghampiri Nabilla. Namun Raqa, tetap diam saja seolah tidak terjadi apa-apa, cowok itu menghela napas lalu menepis lingkaran tangan Tamara dari lehernya.

"RAQA! BANTUIN WOY!" teriak Juan. Sementara Ragil dan Gheral berusaha membangunkan Nabilla dengan menepuk berkali-kali pipi cewek itu.

Raqa mendekat, bukan membantu tapi malah bersedekap. "Biarin aja, gue nggak peduli. Itu lo bedua mending minggir. Kita liat seberapa lama tuh bocah buat pura-pura."

"Tai aja lu Rak piring. Nabilla beneran pingsan oi!" kekeh Ragil.

Meski begitu, respon Raqa tetap sama, acuh, menggidikan bahu ketika Tamara kembali bergelayut di lengannya. Entah kenapa ia belum puas melihat Nabilla menderita. Bahkan, ia rela mengambil resiko soal ancaman Pak Gusti. Toh, beliau tidak ada di sini. Jadi, nikmati aja dulu sambil leha-leha ugha.

"Akhirnya lu sadar ya, Raq. Jadi ketua OSIS itu susah, bikin capek. Mending kita buat rencana malam ini," ujar Tamara. Raqa tidak merespon, malah fokus melihat ketiga temannya yang gelagapan membangunkan Nabilla.

Namun, sepertinya takdir senang sekali mempermainkan kesenangan Raqa. Suara deheman serak khas pria paruhbaya segera menepis jauh senyum kecutnya. Tergantikan oleh dua bola matanya yang hampir membulat keluar.

Raqa mendengus, ia menyadari jika Pak Gusti tengah menatapnya penuh ancaman di tepi aula. Rupanya, Arga tidak main-main. Raqa dibuat seperti tahanan yang harus diikuti kemana pun dia pergi.

Ketika Ragil hampir saja membopong Nabilla, Raqa bergerak maju setelah menepis kasar tangan Tamara. Hingga akhirnya, Raqa berhasil mendekati Ragil lalu merebut punggung cewek itu. Secara perlahan, menyelipkan tangannya di antara lipatan lutut dan tengkuk Nabilla.

"Biar gue yang bawa dia ke UKS, lu minggat aja sana!" ujar Raqa. Lantas saja ketiga temannya itu saling berpandangan, heran.

"Bentar," Juan menahan lengan Raqa. "Gue ragu, kenapa lo tiba-tiba mau?"

"Bukan urusan lo," ketus Raqa.

"Percaya aja dah nyet sama Raqa, palingan habis ini kumat lagi emosinya," ucap Ragil. "Kali ini, gue jamin Nabilla bakal mati sia-sia."

Raqa enggan menjawab, dia berjalan santai sambil menaruh badan Nabilla ke bahunya, persis seperti penculik yang sedang menangkap anak kecil. Sekarang fokusnya hanya dua, bagaimana cara keluar dari kurungan Arga dan memutus tali yang membuatnya terikat dengan Nabilla.

RaquillaWhere stories live. Discover now